Denpasar (Antaranews Bali) - Anggota DPD RI Gede Pasek Suardika mengajak generasi muda Bali untuk berani keluar dari zona nyaman agar dapat memenangkan kompetisi di era global.
       
"Saya melihat kelemahan generasi muda Bali diantaranya masih ada yang minat belajarnya masih rendah dan mental bertarung juga lemah, karena sudah biasa berada pada zona nyaman," kata Pasek Suardika saat menjadi narasumber dalam Diskusi Akhir Tahun, Apa Kabar Bali 2018, di Denpasar, Sabtu.
       
Menurut dia, zona nyaman yang didapatkan pemuda-pemudi Bali karena mereka hidup di daerah pariwisata. Daerah pariwisata cenderung membentuk zona nyaman.
       
"Khususnya SDM Hindu di Bali perlu menyiapkan diri agar ke depan bisa 'survive' berkompetisi pada kehidupan yang lebih canggih, tanpa batas, dan sifatnya global ini," ujar senator asal Bali itu.
       
Pemuda-pemudi Bali haruslah menjadi generasi yang tangguh dalam melawan kekuatan global. Jika tidak, mereka akan jauh tertinggal, apalagi di era Masyarakat Ekonomi ASEAN ini SDM yang pintar-pintar sudah banyak yang bekerja di Pulau Dewata.
       
"Sekarang level pekerjaan yang kasarpun sudah diambil. Tidak bisa kita larang karena efek perjanjian kerja sama sebelumnya. Sama dengan orang Indonesia yang bekerja di luar negeri cukup banyak, mereka (negara lain-red) tidak bisa melarang," ucapnya yang juga politisi Partai Hanura itu.
       
Oleh karenanya, kata Pasek, mau tidak mau generasi muda Bali harus menyiapkan diri berkompetisi. Yang ingin menjadi pekerja keras di pekerja keras, yang ingin pekerja cerdas menyiapkan diri untuk menjadi pekerja cerdas.
       
"Sebenarnya orang Bali, 'bahan bakunya' bagus karena anak-anak Bali dilahirkan melewati proses ritual, mulai ritual antara bapak ibunya, bayi dalam kandungan, hingga mereka dewasa. Konsepnya untuk kesempurnaan diri supaya lebih bagus," ujarnya.
       
Jika dianalogikan seperti kayu, kata Pasek, sebagus apapun kayu tersebut kalau tukang ukirnya tidak bagus, ya bisa rusak juga, belum lagi kalau penyimpanannya tidak bagus. "Tetapi kalau nyimpennya bagus, ngukirnya bagus, maka kayu itu nilainya akan jauh lebih tinggi dibandingkan kayu sebelumnya," ucapnya.
       
Pada diskusi yang digelar oleh Forum Persaudaraan Mahasiswa Hindu Dharma Universitas Udayana itu juga menghadirkan dua narasumber lainnya yakni Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda dan Prof Dr I Wayan Windia.   

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018