Singaraja (Antaranews Bali) - Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Buleleng, Bali, mengadakan kajian pendidikan vokasi dalam konferensi internasional (3/11) yang melibatkan peserta dari Jerman, Thailand, Australia, Malaysia dan Pakistan, sedangkan karakter identitas kebangsaan dikaji melalui seminar nasional (2/11) yang diikuti ratusan peserta dari kalangan akademisi dan mahasiswa.

"Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) Undiksha mengkaji pendidikan vokasi melalui the 1st International Confrence on Vocational Education and Technology (IConVET) yang bertema 'Establishing Entrepreneurial Skills in Vocational Education and Technology (VET) towards Industry 4.0'," kata Ketua Panitia Pelaksana, I Made Putrama, S.T.,M.Tech., di Singaraja, Buleleng, Bali, Senin.

Terkait kegiatan yang sudah terlaksana dengan sukses itu, ia menjelaskan tujuan konferensi internasional adalah untuk memperoleh masukan terkait inovasi SDM, khususnya dalam bidang vokasional dan teknologi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam rangka penyelenggaraan pendidikan lebih baik.

"Kegiatan itu diselenggarakan dua sesi, yakni utama dan paralel. Sesi utama dengan pembicara Sven Urban selaku Manager, Electrical Engineering-Germany,  dan Prof. Kongkiti Phusavat, Ph.D,  selaku dosen Kasarstart University-Thailand dan Made Windu Antara Kesiman, Ph.D, selaku dosen FTK Undiksha," katanya.

Sementara pada sesi paralel diisi presentasi oleh 47 pemakalah dari kalangan mahasiswa,  dosen,  peneliti dan praktisi. "Konferensi ini juga untuk menyosialisasikan hasil studi, penelitian, pengembangan, pemikiran, penelaahan atau evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan, khususnya di bidang teknologi dan vokasi," kata Dekan FTK Undiksha,  Dr.  I Gede Sudirtha, M.Pd.

Untuk seminar nasional yang diadakan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS) Undiksha diikuti ratusan peserta dari kalangan akademisi dan mahasiswa ini untuk memacu partisipasi perguruan tinggi dalam pembangunan karakter kebangsaan ditengah menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Wakil Rektor II Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M.Pd., mengatakan karakter identitas bangsa tengah menjadi sebuah persoalan. Hal tersebut berpotensi memicu munculnya "chauvinisme akademis", seperti arogansi berlebihan dari pakar dalam memberikan pandangan terhadap suatu permasalahan.

Ia pun mendorong para pakar harus memiliki atau memahami bidang ilmu yang lain. "Dalam dunia akademis yang terpenting adalah sharing ilmu konsep ide gagasan dalam rangka memperkuat disiplin ilmu dan pengalaman akademis dari berbagai daerah untuk bersama-sama merumuskan identitas karakter kebangsaan," katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Seminar Nasional FHIS Undiksha, Dr. Dewa Gede Sudika Mangku, LL.M. mengatakan acara tersebut tak hanya sebatas forum ilmiah, namun untuk memperkenalkan Undiksha ke khalayak lebih luas terkait kepedulian kampus di Bali utara itu terhadap permasalahan bangsa di zaman revolusi industri 4.0, seperti degradasi moral dan radikalisme.

"Khusus untuk karya ilmiah yang dipresentasikan peserta, hasilnya akan dipublikasikasikan berupa e-prosiding supaya lebih mudah terakses," katanya. (ed)

Pewarta: Made Adnyana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018