Jakarta (Antaranews Bali) - Politisi PDI Perjuangan Deddy Sitorus menilai kesalahan besar ketika ada pihak yang menyamakan Jenderal Sudirman dan Mohammad Hatta dengan Prabowo Subianto serta Sandiaga Uno.
"Saya menyayangkan ada pihak yang menyamakan Jenderal Soedirman dan Mohammad Hatta dengan Prabowo Subianto serta Sandiaga Uno. Menyamakan Prabowo-Sandiaga dengan Sudirman dan Bung Hatta adalah kesalahan besar," kata Deddy dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.
Deddy mengatakan, sama halnya dengan Soekarno, Hatta dan Jenderal Sudirman adalah tokoh besar Indonesia yang dibesarkan oleh ide-ide otentik dan pertarungan ideologi maupun fisik.
Dia menilai mereka adalah para pendiri bangsa yang bertindak sebagai pejuang pemikir sekaligus pemikir pejuang hingga menginspirasi Indonesia hingga saat ini.
"Sosok mereka dalam sejarah adalah sumber inspirasi bagi Indonesia. Mereka bertransformasi dari masa penjajahan hingga menjadi pribadi-pribadi terbaik bagi negeri ini," ujarnya.
Deddy yang merupakan Kepala Kantor Rumah Aspirasi Jokowi-Kiai Ma'ruf itu menilai upaya tim koalisi Prabowo-Sandiaga menyamakan capres-cawapresnya dengan Jenderal Sudirman dan Bung Hatta adalah pelecehan terhadap sejarah.
Menurut dia salah satu kubu yang bertarung di Pilpres 2019 melecehkan memori kolektif bangsa dengan menyamakan mereka dengan sosok yang sama sekali tidak pantas.
"Upaya mereka ini adalah wujud kegagalan bernalar dan klaim palsu yang tidak punya dasar etis dan historis," katanya.
Deddy yang merupakan Wakil Direktur Relawan Jokowi-Kiai Ma’ruf itu menilai sangat dipahami jika cucu Bung Hatta, Gustika Jusuf Hatta, mengungkapkan kemarahannya karena tidak terima Bung Hatta disamakan dengan Sandiaga Uno untuk kepentingan politik.
Dia menilai, kemarahan cucu Bung Hatta pada tim Prabowo-Sandiaga bisa mewakili pandangan mayoritas masyarakat Indonesia yang tidak terima Bung Hatta disamakan dengan Sandiaga Uno.
Sebelumnya, koordinator juru bicara Koalisi Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak membuat pernyataan tentang alasan mengapa dirinya mendukung Prabowo-Sandiaga.
Dilansir dari laman Twitter Faldo Maldini, Dahnil Anzar menyebut bahwa dirinya menemukan sosok baru untuk kemajuan Indonesia di dalam diri Prabowo-Sandiaga.
Dahnil menilai Prabowo-Sandi sebagai bagian baru dari model Bung Karno dan Bung Hatta. Menurut dia, Prabowo seperti kombinasi antara Bung Karno dan Jenderal Soedirman.
Selain itu dia menilai Sandi merupakan bagian baru dari Bung Hatta sehingga Prabowo-Sandi pantas menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Namun dalam akun Twitternya, Dahnil mengklarifikasi bahwa dirinya bukan menyamakan Sandi dengan Bung Hatta, namun bagaimana Sandi bisa meniru Bang Hatta. Karena sejak awal Sandi meneladani konsepsi dan pemikiran ekonomi Hatta sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945.
Menurut Dahnil, semangat Bung Hatta harus menjadi rule model kepemimpinan di masa depan dan para anak muda wajib meneladani pemikiran Bung Hatta.
Karena itu Dahnil menilai Bung Karno, Bung Hatta dan Jenderal Soedirman menjadi inspirasi kepemimpinan masa depan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Saya menyayangkan ada pihak yang menyamakan Jenderal Soedirman dan Mohammad Hatta dengan Prabowo Subianto serta Sandiaga Uno. Menyamakan Prabowo-Sandiaga dengan Sudirman dan Bung Hatta adalah kesalahan besar," kata Deddy dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.
Deddy mengatakan, sama halnya dengan Soekarno, Hatta dan Jenderal Sudirman adalah tokoh besar Indonesia yang dibesarkan oleh ide-ide otentik dan pertarungan ideologi maupun fisik.
Dia menilai mereka adalah para pendiri bangsa yang bertindak sebagai pejuang pemikir sekaligus pemikir pejuang hingga menginspirasi Indonesia hingga saat ini.
"Sosok mereka dalam sejarah adalah sumber inspirasi bagi Indonesia. Mereka bertransformasi dari masa penjajahan hingga menjadi pribadi-pribadi terbaik bagi negeri ini," ujarnya.
Deddy yang merupakan Kepala Kantor Rumah Aspirasi Jokowi-Kiai Ma'ruf itu menilai upaya tim koalisi Prabowo-Sandiaga menyamakan capres-cawapresnya dengan Jenderal Sudirman dan Bung Hatta adalah pelecehan terhadap sejarah.
Menurut dia salah satu kubu yang bertarung di Pilpres 2019 melecehkan memori kolektif bangsa dengan menyamakan mereka dengan sosok yang sama sekali tidak pantas.
"Upaya mereka ini adalah wujud kegagalan bernalar dan klaim palsu yang tidak punya dasar etis dan historis," katanya.
Deddy yang merupakan Wakil Direktur Relawan Jokowi-Kiai Ma’ruf itu menilai sangat dipahami jika cucu Bung Hatta, Gustika Jusuf Hatta, mengungkapkan kemarahannya karena tidak terima Bung Hatta disamakan dengan Sandiaga Uno untuk kepentingan politik.
Dia menilai, kemarahan cucu Bung Hatta pada tim Prabowo-Sandiaga bisa mewakili pandangan mayoritas masyarakat Indonesia yang tidak terima Bung Hatta disamakan dengan Sandiaga Uno.
Sebelumnya, koordinator juru bicara Koalisi Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak membuat pernyataan tentang alasan mengapa dirinya mendukung Prabowo-Sandiaga.
Dilansir dari laman Twitter Faldo Maldini, Dahnil Anzar menyebut bahwa dirinya menemukan sosok baru untuk kemajuan Indonesia di dalam diri Prabowo-Sandiaga.
Dahnil menilai Prabowo-Sandi sebagai bagian baru dari model Bung Karno dan Bung Hatta. Menurut dia, Prabowo seperti kombinasi antara Bung Karno dan Jenderal Soedirman.
Selain itu dia menilai Sandi merupakan bagian baru dari Bung Hatta sehingga Prabowo-Sandi pantas menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Namun dalam akun Twitternya, Dahnil mengklarifikasi bahwa dirinya bukan menyamakan Sandi dengan Bung Hatta, namun bagaimana Sandi bisa meniru Bang Hatta. Karena sejak awal Sandi meneladani konsepsi dan pemikiran ekonomi Hatta sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945.
Menurut Dahnil, semangat Bung Hatta harus menjadi rule model kepemimpinan di masa depan dan para anak muda wajib meneladani pemikiran Bung Hatta.
Karena itu Dahnil menilai Bung Karno, Bung Hatta dan Jenderal Soedirman menjadi inspirasi kepemimpinan masa depan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018