Nusa Dua (Antaranews Bali) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mendorong adanya akselerasi pembangunan Tanah Air dan global lewat inovasi dari institusi negara.

"Kita ingin mencontoh, memodifikasi praktik terbaik yang ada untuk tujuan lokal yang pada akhirnya mengakselerasi pembangunan sehingga memberikan kesejahteraan kepada masyarakat," katanya setelah membuka forum internasional di Nusa Dua, Bali, Senin.

Dalam forum bertajuk "High Level Meeting on Country-Led Knowledge Sharing" (HLM on CKLS) itu, Bambang mengharapkan agar institusi negara termasuk BUMN dapat memberdayakan pengalaman dan inovasi lokal yang sudah berhasil sehingga ada peningkatan kapasitas baik dalam dan luar negeri.

Keberhasilan di Indonesia, kata dia, dapat dibagi kepada peserta forum yang dihadiri ratusan peserta dari 30 negara yang merupakan negara berkembang di kawasan Asia, Afrika dan negara kepulauan di Pasifik.

Begitu juga sebaliknya, lanjut dia, Indonesia juga bisa belajar dari pengalaman negara lain untuk mendukung pembangunan dalam negeri.

Salah satu BUMN yang hadir membagikan pengalaman inovasi dalam forum itu yakni produsen vaksin dan antisera, Bio Farma, karena badan usaha itu telah berkontribusi global dengan produk yang sudah digunakan lebih dari 140 negara di dunia.

Direktur Utama Bio Farma Rahman Roestan hadir dalam sesi diskusi panel bersama perwakilan dari beberapa pembicara internasional seperti dari Jerman, Kenya, Turki, Jerman, serta perwakilan Bank Dunia dan USAID.

Dalam paparannya, Rahman berbagi tentang strategi inovasi Bio Farma dalam berbagai bidang produksi vaksin, dengan pengalaman dan kepakaran di bidang produksi vaksin hingga mampu bertahan dan terus melakukan inovasi.

"Kami sudah menghasilkan inovasi produk vaksin Pentabio, '5 in 1' dalam satu kemasan (DTP, Hepatitis B, Hib), kemudian inovasi kemasan vaksin alat suntik sekali pakai, untuk vaksin Hepatitis," katanya.

Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga memiliki inisiatif penting dalam pembentukan forum riset "life science" nasional sejak tahun 2011 melalui sinergi pentahelix melibatkan akademisi, dunia bisnis, pemerintah,  komunitas dan media.

Berdiri sejak 128 tahun, perusahaan pelat merah itu memiliki kapasitas produksi 2 miliar dosis per tahun, menjadikan yang terbesar di Asia Tenggara dan memenuhi 60 persen kebutuhan vaksin nasional, termasuk kebutuhan vaksin untuk jemaah haji dan umrah, serta 40 persen kebutuhan vaksin dunia melalui WHO dan UNICEF.

Dalam forum HLM on CKLS itu, selain dihadiri delegasi dari 30 negara juga menghadirkan pembicara dari Kementerian Desa Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tim Koordinasi Nasional Kerjasama Selatan-Selatan yang berada di bawah Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, Sekretariat Negara.

Selain itu, lembaga internasional di antaranya "Japan International Cooperation Agency" (JICA), USAID, dan Islamic Development Bank (IsDB). (ed)

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018