Semarapura (Antara Bali) - Harga itik di pasar Klungkung saat ini  anjlok, meskipun umat Hindu di Bali banyak yang menggelar upacara pengabenan secara massal dan memerlukan ternak tersebut sebagai kelengkapannya.

"Harga itik yang tadinya Rp45 ribu per-ekornya, kini menjadi hanya Rp32 ribu," kata I Made Sukriadnya, salah seorang penjual itik asal Desa Lepang, Kabupaten Klungkung, Minggu.

Upacara "ngaben" atau pembakaran mayat saat ini tidak mampu mendongkrak harga itik, malahan hewan yang sering dipakai sarana upacara itu harganya anjlok.

Menurut Sukriadnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya harga itik itu. Salah satunya adalah naiknya harga pakan ternak jenis unggas itu.

"Selain itu, banyaknya sawah yang gagal panen juga membuat harga itik ikut melorot," katanya.

Disamping itu, permintaan itik memang sedang menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. "Untuk ngaben massal tahun lalu permintaan di Desa Lepang mencapai 3.000 ekor, namun tahun ini hanya 1.000 ekor," ucapnya.

Menurut Sukriadnya, peternak itik saat ini banyak yang menderita kerugian mencapai Rp62 juta. "Itik tidak laku sementara para peternak mesti mengeluarkan biaya pakan yang cukup tinggi," jelasnya.

Anjloknya harga itik itu juga dialami oleh 26 peternak itik di Desa Lepang, seperti yang diungkapan I Made Wija, salah seorang peternak asal wilayah Lepang.

Menurutnya, harga dedak atau bekatul awalnya Rp2.100 per kilogramnya, kini naik menjadi Rp2.600 per kilogram.

Malah Wija mengakui, sebelumnya harga itik miliknya sempat mencapai Rp60 ribu per ekornya. "Ya kalau sekarang paling mahal Rp35 ribu," ujarnya.

Sekalipun musim upacara "ngaben", namun permintaan tahun ini turun sempai 50 persen dari tahun sebelumnya.

"Penyebabnya di antaranya karena kebanyakan umat saat ini membagi daging seekor bebek menjadi dua, bahkan lebih, sebagai sarana upacara pengabenan," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011