Denpasar (Antaranews Bali) - Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian mempercepat pengembangan bisnis pelaku usaha rintisan khususnya bidang fesyen dan kriya di Bali karena Pulau Dewata berpotensi besar mendongkrak ekonomi kreatif dan berkontribusi terhadap produk domestik bruto. 

"Kami berikan pelatihan dan pendampingan untuk membesarkan atau mengembangkan bisnis mereka," kata Direktur Industri Kecil Menengah Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Kemenperin Ratna Utarianinggrum saat membuka inkubasi bisnis di Denpasar, Jumat.

Menurut Ratna, Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang melahirkan pelaku usaha industri kreatif termasuk bidang fesyen dan kriya dengan karya atau produk khas yang tidak kalah dengan produk luar negeri.

Inkubasi yang diberikan kepada sejumlah pelaku bisnis yang baru merintis usaha di Bali itu dilakukan dengan cara bincang kreatif dengan menghadirkan para praktisi untuk memberikan pengetahuan terkait strategi pengembangan usaha. 

Para praktisi itu di antaranya pengusaha sepatu Niluh Djelantik, perusahaan dalam jaringan Antea Tigra dan perwakilan dari "Business Venturing and Development Institute" Sekolah Bisnis dan Ekonomi Prasetya Mulya.

Pengusaha sepatu dari Bali, Niluh Djelantik memberikan kunci pengembangan usaha di antaranya konsistensi, memanfaatkan teknologi digital pemasaran, mendaftarkan atau melegalkan usaha dan kejujuran dalam usaha. 

"Pesan saya cintai apa yang kalian kerjakan," kata Niluh kepada para pelaku usaha pemula dan perintis yang hadir di gedung BCIC Tohpati Denpasar itu. 

Kehadiran para narasumber itu diharapkan memotivasi pelaku usaha pemula dan perintis itu untuk maju dalam pengembangan usaha.

Adanya kegiatan tersebut disambut antusias para pelaku usaha pemula dan rintisan bidang fesyen dan kriya itu salah satunya I Gusti Agung Putu Prasaditya (17) pelajar dari SMAN 3 Denpasar. 

Meski berstatus pelajar, namun jiwa wirausahanya sudah tumbuh dengan mengandalkan uang saku dari orangtuanya yang ia tabung untuk memproduksi "udeng" atau ikat kepala pria khas Bali. 

Desain udeng diperbaharui mengikuti tren saat ini termasuk mengombinasikan dengan kain batik atau "endek" khas Bali, yang dikerjakan oleh dirinya sendiri yang terkadang dibantu beberapa orang temannya. 

"Saya ingin tahu lebih banyak bagaimana mengembangkan usaha termasuk memasarkannya," kata pemuda yang memproduksi "udeng" dengan merek Udeng Nyanggluh itu. 

Selama ini, kata dia, wadah penjualan dilakukan hanya melalui sarana dalam jaringan (daring) atau "online" di antaranya promosi lewat akun jejaring sosial Instagram. 

Agung mengharapkan melalui kegiatan inkubasi tersebut pemasaran dapat diperluas termasuk menambah jejaring informasi terkait permodalan yang masih belum mencukupi. 

Kementerian Perindustrian menyebutkan berdasarkan survei khusus ekonomi kreatif 2016 oleh Badan Ekonomi Kreatif dan BPS, kontribusi ekonomi kreatif tahun 2015 mencapai Rp852,2 triliun, naik 4,38 persen dibandingkan tahun 2014 yang mencapai Rp784,8 triliun. 

Industri kuliner berkontribusi paling besar mencapai 41 persen disusul fesyen dan kriya menduduki posisi kedua dan ketiga masing-masing 18 persen dan 15 persen yang memberikan kontribusi ekonomi kreatif terhadap pendapatan domestik bruto, sedangkan untuk ekspor, kontribusi terbesar dari sektor fesyen sebesar 56 persen kemudian kriya (37 persen) dan kuliner (6 persen).*


JNE siap pasarkan
Sebelumnya (27/9), perusahaan jasa kurir ekspres dan logistik, JNE, menyatakan siap memasarkan produk khas Bali ke mancanegera melalui "JNE lnternational Service", karena Pulau Dewata saat ini banyak memiliki potensi dan keunggulan produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), selain dari sektor pariwisata.

"Bali memiliki banyak produk khas yang dihasilkan IKM atau UKM lokal, sehingga berpotensi dipasarkan maupun dijual ke seluruh Nusantara hingga ke luar negeri agar semakin berdampak positif terhadap perekonomian," kata Kepala 'Cargo Sales' JNE Freight, Reza Arfandy, dalam acara "KOPIWRITING" bersama Kompasiana bertajuk "Dari Lokal Untuk Global" di Denpasar (27/9).

Dari sisi kapabilitas sebagai perusahaan pengiriman ekspres dan logistik, JNE pun berupaya untuk terus mewujudkan dukungan, seperti memberikan peluang kerja sama kemitraan untuk masyarakat, serta program JLC (JNE Loyalty Card) agar pelanggan mendapatkan "benefit" dari setiap aktivitas pengiriman. "KOPIWRITING ini juga merupakan bentuk dukungan kami pada masyarakat," katanya.

Dalam kesempatan itu, pelaku bisnis yang juga pemilik "Beehandycrafts" Bali A.A.A. Mas Utari Noviyanthi mengatakan tantangan yang dihadapi para pelaku bisnis adalah bagaimana mencari pasar untuk produk, kemudian membuat produk yang disukai oleh pasar.

"Yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga produksi sesuai order yang kita terima, baik dari segi kualitas dan kuantitasnya, menjaga ketepatan waktu pengiriman, serta inovasi dalam pembuatan produk," katanya.

Senada dengan itu, pelaku bisnis di Bali, Ni Luh Ary Pertami Djelantik, menyatakan dirinya membangun usaha produksi sepatu dengan label "Niluh Djelantik" sejak tahun 2008, namun sepatu buatannya itu tidak sampai setahun sudah bisa ditemukan di berbagai negara Eropa, Australia, dan Selandia Baru.

"Konsisten dalam menjaga kualitas produk, inovasi desain, dan selalu bekerja dengan cinta merupakan semangat yang selalu diterapkan dalam membuat produknya hingga saat ini," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi I Gde Wayan Suamba mengharapkan pelaku industri di Provinsi Bali dapat memproduksi barang sesuai selera pasar, baik domestik maupun mancanegara.

"Tentunya produk tersebut harus berkualitas baik, memiliki harga kompetitif dan tepat waktu pengiriman, selain pelayanan yang baik," katanya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perkembangan ekspor nonmigas di bulan Juni 2018 mengalami peningkatan 7,65 persen bila dibandingkan dengan bulan Januari 2017. Selain itu, jumlah UMKM di Denpasar hingga akhir tahun 2017 mencapai angka 30.840 usaha dan masih terus berkembang dengan berjalannya waktu.

Produk dari UMKM di Bali banyak ragamnya antara lain produk makanan ringan, minuman, produk kecantikan, produk spa, sarung Bali, kerajinan tangan, hingga tenun. Semua produk tersebut diminati pasar nasional dan global. (ed)

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018