Nusa Dua, Bali (Antaranews Bali) - Dewan Pakar Komite Nasional Pengendalian Tembakau Prof Hasbullah Thabrany mengatakan upaya pengendalian tembakau di Indonesia memerlukan waktu satu generasi baru akan memperlihatkan hasil yang cukup signifikan.
"Upaya pengendalian tembakau di Indonesia kan baru-baru kemarin saja," kata Hasbullah saat diwawancarai di arena Konferensi Asia Pasifik untuk Tembakau dan Kesehatan ke-12 (APACT12th) di Nusa Dua, Bali, Sabtu.
Hasbullah mengatakan di banyak negara, pengendalian tembakau juga perlu waktu satu generasi. Dia mencontohkan di Australia, 20 tahun sebelumnya anak-anak merokok di negara tersebut adalah hal biasa.
Namun, ketika pemerintah dan masyarakat Australia berkomitmen untuk mengendalikan tembakau, Australia kini bisa dikatakan sebagai salah satu contoh terbaik dalam pengendalian tembakau.
"Membangun kesadaran tentang bahaya candu juga dulu perlu waktu. Apalagi, dampak buruk rokok dengan candu sangat berbeda," tuturnya.
Hasbullah mengatakan dampak dari candu akan langsung dirasakan oleh pemakainya. Berbeda dengan rokok yang dampak buruknya baru dirasakan pelakunya dalam jangka waktu lama.
"Seperti memasukkan katak ke dalam air panas, di seketika akan langsung melompat. Berbeda dengan memanaskan katak di dalam air, dia tidak sadar sampai kemudian mati," jelasnya.
Hasbullah menghadiri APACT12th. APACT pertama kali diadakan di Taipei, Taiwan pada 1989. Pertemuan terakhir diadakan di Beijing, China pada 2016.
APACT12th diselenggarakan di Nusa Dua, Bali dan diketuai Arifin Panigoro. Sebagai tuan rumah di Indonesia adalah Komite Nasional Pengendalian Tembakau bersama sejumlah organisasi pendukung pengendalian tembakau lainnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Upaya pengendalian tembakau di Indonesia kan baru-baru kemarin saja," kata Hasbullah saat diwawancarai di arena Konferensi Asia Pasifik untuk Tembakau dan Kesehatan ke-12 (APACT12th) di Nusa Dua, Bali, Sabtu.
Hasbullah mengatakan di banyak negara, pengendalian tembakau juga perlu waktu satu generasi. Dia mencontohkan di Australia, 20 tahun sebelumnya anak-anak merokok di negara tersebut adalah hal biasa.
Namun, ketika pemerintah dan masyarakat Australia berkomitmen untuk mengendalikan tembakau, Australia kini bisa dikatakan sebagai salah satu contoh terbaik dalam pengendalian tembakau.
"Membangun kesadaran tentang bahaya candu juga dulu perlu waktu. Apalagi, dampak buruk rokok dengan candu sangat berbeda," tuturnya.
Hasbullah mengatakan dampak dari candu akan langsung dirasakan oleh pemakainya. Berbeda dengan rokok yang dampak buruknya baru dirasakan pelakunya dalam jangka waktu lama.
"Seperti memasukkan katak ke dalam air panas, di seketika akan langsung melompat. Berbeda dengan memanaskan katak di dalam air, dia tidak sadar sampai kemudian mati," jelasnya.
Hasbullah menghadiri APACT12th. APACT pertama kali diadakan di Taipei, Taiwan pada 1989. Pertemuan terakhir diadakan di Beijing, China pada 2016.
APACT12th diselenggarakan di Nusa Dua, Bali dan diketuai Arifin Panigoro. Sebagai tuan rumah di Indonesia adalah Komite Nasional Pengendalian Tembakau bersama sejumlah organisasi pendukung pengendalian tembakau lainnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018