Denpasar (Antaranews Bali) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama lembaga nonprofit, pemerintah daerah, relawan dan pelajar memungut sampah termasuk plastik di sekitar Pantai Padanggalak, Sanur, Denpasar, Bali, dalam rangkaian Aksi Bersih Pantai Internasional atau "World Clean Up Day".
"Kolaborasi ini membantu pemerintah dalam pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan, khususnya mengatasi sampah plastik di laut," kata Kepala Sub-Direktorat Restorasi Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Sapta Ginting di Denpasar, Sabtu.
Sapta mengatakan kegiatan yang melibatkan ribuan orang itu merupakan aksi nyata yang diharapkan berkelanjutan dan mendorong masyarakat ikut berkontribusi menjaga lingkungan khususnya pantai dan laut bersih dari sampah dan plastik.
Pemerintah melalui KKP, kata dia, sebelumnya telah melaksanakan gerakan cinta laut dengan kegiatan Pandu Laut Nusantara dan Aksi Menghadap Laut di 91 titik di Tanah Air dengan melibatkan 50 ribu lebih peserta dan mengumpulkan sekitar 360 ton sampah laut dan pesisir.
Di Bali, sampah yang terkumpul juga akan dicatatkan melalui aplikasi kartu data "CleanSwell" milik lembaga nonprofit "Ocean Conservancy", sehingga data tersebut dapat digabungkan dengan data pengumpulan sampah pada kegiatan bersih pesisir pantai internasional (ICC) yang serentak dilaksanakan pada hari yang sama di seluruh dunia.
Kegiatan pembersihan pantai itu, kata dia, juga dilaksanakan menjelang forum maritim dunia, "Our Ocean Conference" ke-5 yang akan diselenggarakan di Bali, 29-30 Oktober 2018.
"Our Ocean Conference" menitikberatkan pada komitmen dan aksi nyata untuk mempertahankan keberlanjutan laut dengan tetap fokus pada kawasan konservasi perairan laut, perikanan berkelanjutan, polusi laut, serta dampak perubahan iklim pada laut.
Sementara itu, Direktur Program "Trash Free Seas" dari Ocean Conservancy Nicholas Mallos mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak sampah plastik laut padahal negara kepulauan ini memiliki pantai yang indah.
Sampah plastik laut, kata dia, kini menjadi ancaman besar tidak hanya bagi satu negara, melainkan seluruh negara sehingga diperlukan kerja sama dan inisiatif.
Nicholas menambahkan setiap tahunnya jutaan ton sampah termasuk sekitar 8 juta metrik ton sampah plastik per tahun mengalir ke laut sehingga berdampak kepada satwa dan ekosistem di dalamnya.
Dalam beberapa tahun ini, kata dia, para peneliti telah menemukan beberapa hal baru mengenai sampah laut di antaranya sampah plastik tidak saja merupakan masalah laut, tetapi masalah global, yang mempengaruhi air bersih dan bahkan ekosistem daratan.
Para ilmuwan, lanjut dia, telah menemukan sejumlah besar mikroplastik di dalam sungai serta di dalam tanah yang disebarkan melalui penggunaan kompos, baik dalam skala rumah tangga maupun industri.
Selain itu, polusi plastik tidak saja mencekik atau menjerat satwa laut, para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa plastik laut berhubungan dengan penyakit pada terumbu karang, lalu paparan terhadap mikroplastik mengakibatkan turunnya laju reproduksi dan pertumbuhan populasi zooplankton, hewan yang membentuk pondasi rantai makanan di laut.
Kuta, Kedonganan, Buyan
ICC pertama kali dilaksanakan di pantai di negara bagian Texas, Amerika Serikat pada tahun 1986. ICC dari Ocean Conservancy, lembaga nonprofit yang bermarkas di AS itu kini memobilisasi hampir 13 juta relawan dan mengumpulkan 250 juta ton sampah dari berbagai pantai dan jalur air di seluruh dunia.
Tahun lalu, sekitar 800 ribu relawan di lebih dari 100 negata mengumpulkan 20,5 juta ton sampah yang sebagian besar dari plastik.
"Saya harapkan sampah yang terkumpul diantaranya sampah plastik dapat didaur ulang agar dapat dimanfaatkan sebagai barang bernilai ekonomi," katanya.
Aksi di Pantai Sanur itu mendapat dukungan dari The Coca-Cola Foundation yang telah 20 tahun mendukung kegiatan International Coastal Cleanup Ocean Conservancy. Setiap tahunnya, Coca-Cola menggerakkan kampanye keterlibatan karyawannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Sementara itu, kegiatan serupa yang mengangkat tema "Suksma Bali" juga dilaksanakan Pemerintah Provinsi Bali serta Dinas Lingkungan Hidup Bali bersama delapan kabupaten dan satu kota di Bali di Pantai Kuta yang juga diikuti kalangan perhotelan dan akademisi hingga terkumpul sebanyak kurang lebih 1.350 partisipan.
Dalam acara yang dihadiri juga oleh Gubernur Bali Wayan Koster itu, peserta diwajibkan untuk memungut sampah sepanjang Pantai Kuta mulai dari area depan Beachwalk Shopping Mall hingga Pantai Legian.
"Kami menyadari pentingnya Pantai Kuta, khususnya, dan seluruh pantai di Bali pada umumnya, betapa berpengaruhnya kecantikan serta keindahan mereka terhadap keberadaan kami semua," kata General Manager Citadines Kuta Beach Bali, Stenli Levi Ransun.
Untuk aksi serupa di Pantai Kedonganan dikoordinasikan oleh kalangan "Jimbaran Bay Beach Resort & Spa" dengan menghimpun 1.072 peserta yang turun langsung ke pantai dengan berhasil mengumpulkan 5 kuintal sampah organik dan 5 kuintal sampah non-organik yang langsung diangkut oleh mobil pengeruk Desa Kedonganan.
"World Clean Up Day bertajuk 'Suksma Bali' ini merupakan ungkapan terima kasih kami kepada Pulau Dewata Bali dengan aksi menyelamatkan Bali dari sampah. Kami sendiri rutin membersihkan pantai ini setiap dua bulan sekali," kata General Manager 'Jimbaran Bay Beach Resort & Spa' Christian Gumala, didampingi Adi Minarta dari perwakilan Bendesa Adat Kedonganan.
Di Buleleng, aksi bersih-bersih dilaksanakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng, Bali, pada tiga lokasi yang berbeda, yakni Danau Buyan, Pantai Pemuteran dan Pantai Pura Labuan Aji Desa Temukus, sebagai salah satu bagian aksi bersih pantai internasional atau "World Clean Up Day 2018".
"Sampah yang terkumpul tidak dibakar di lokasi, melainkan langsung diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Desa Bengkala untuk diolah lebih lanjut," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, Putu Ariadi Pribadi disela-sela aksi yang diikuti pegawai Pemkab Buleleng, swasta, lembaga swadaya masyarakat, pelajar, dan masyarakat umum itu.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kolaborasi ini membantu pemerintah dalam pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan, khususnya mengatasi sampah plastik di laut," kata Kepala Sub-Direktorat Restorasi Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Sapta Ginting di Denpasar, Sabtu.
Sapta mengatakan kegiatan yang melibatkan ribuan orang itu merupakan aksi nyata yang diharapkan berkelanjutan dan mendorong masyarakat ikut berkontribusi menjaga lingkungan khususnya pantai dan laut bersih dari sampah dan plastik.
Pemerintah melalui KKP, kata dia, sebelumnya telah melaksanakan gerakan cinta laut dengan kegiatan Pandu Laut Nusantara dan Aksi Menghadap Laut di 91 titik di Tanah Air dengan melibatkan 50 ribu lebih peserta dan mengumpulkan sekitar 360 ton sampah laut dan pesisir.
Di Bali, sampah yang terkumpul juga akan dicatatkan melalui aplikasi kartu data "CleanSwell" milik lembaga nonprofit "Ocean Conservancy", sehingga data tersebut dapat digabungkan dengan data pengumpulan sampah pada kegiatan bersih pesisir pantai internasional (ICC) yang serentak dilaksanakan pada hari yang sama di seluruh dunia.
Kegiatan pembersihan pantai itu, kata dia, juga dilaksanakan menjelang forum maritim dunia, "Our Ocean Conference" ke-5 yang akan diselenggarakan di Bali, 29-30 Oktober 2018.
"Our Ocean Conference" menitikberatkan pada komitmen dan aksi nyata untuk mempertahankan keberlanjutan laut dengan tetap fokus pada kawasan konservasi perairan laut, perikanan berkelanjutan, polusi laut, serta dampak perubahan iklim pada laut.
Sementara itu, Direktur Program "Trash Free Seas" dari Ocean Conservancy Nicholas Mallos mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak sampah plastik laut padahal negara kepulauan ini memiliki pantai yang indah.
Sampah plastik laut, kata dia, kini menjadi ancaman besar tidak hanya bagi satu negara, melainkan seluruh negara sehingga diperlukan kerja sama dan inisiatif.
Nicholas menambahkan setiap tahunnya jutaan ton sampah termasuk sekitar 8 juta metrik ton sampah plastik per tahun mengalir ke laut sehingga berdampak kepada satwa dan ekosistem di dalamnya.
Dalam beberapa tahun ini, kata dia, para peneliti telah menemukan beberapa hal baru mengenai sampah laut di antaranya sampah plastik tidak saja merupakan masalah laut, tetapi masalah global, yang mempengaruhi air bersih dan bahkan ekosistem daratan.
Para ilmuwan, lanjut dia, telah menemukan sejumlah besar mikroplastik di dalam sungai serta di dalam tanah yang disebarkan melalui penggunaan kompos, baik dalam skala rumah tangga maupun industri.
Selain itu, polusi plastik tidak saja mencekik atau menjerat satwa laut, para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa plastik laut berhubungan dengan penyakit pada terumbu karang, lalu paparan terhadap mikroplastik mengakibatkan turunnya laju reproduksi dan pertumbuhan populasi zooplankton, hewan yang membentuk pondasi rantai makanan di laut.
Kuta, Kedonganan, Buyan
ICC pertama kali dilaksanakan di pantai di negara bagian Texas, Amerika Serikat pada tahun 1986. ICC dari Ocean Conservancy, lembaga nonprofit yang bermarkas di AS itu kini memobilisasi hampir 13 juta relawan dan mengumpulkan 250 juta ton sampah dari berbagai pantai dan jalur air di seluruh dunia.
Tahun lalu, sekitar 800 ribu relawan di lebih dari 100 negata mengumpulkan 20,5 juta ton sampah yang sebagian besar dari plastik.
"Saya harapkan sampah yang terkumpul diantaranya sampah plastik dapat didaur ulang agar dapat dimanfaatkan sebagai barang bernilai ekonomi," katanya.
Aksi di Pantai Sanur itu mendapat dukungan dari The Coca-Cola Foundation yang telah 20 tahun mendukung kegiatan International Coastal Cleanup Ocean Conservancy. Setiap tahunnya, Coca-Cola menggerakkan kampanye keterlibatan karyawannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Sementara itu, kegiatan serupa yang mengangkat tema "Suksma Bali" juga dilaksanakan Pemerintah Provinsi Bali serta Dinas Lingkungan Hidup Bali bersama delapan kabupaten dan satu kota di Bali di Pantai Kuta yang juga diikuti kalangan perhotelan dan akademisi hingga terkumpul sebanyak kurang lebih 1.350 partisipan.
Dalam acara yang dihadiri juga oleh Gubernur Bali Wayan Koster itu, peserta diwajibkan untuk memungut sampah sepanjang Pantai Kuta mulai dari area depan Beachwalk Shopping Mall hingga Pantai Legian.
"Kami menyadari pentingnya Pantai Kuta, khususnya, dan seluruh pantai di Bali pada umumnya, betapa berpengaruhnya kecantikan serta keindahan mereka terhadap keberadaan kami semua," kata General Manager Citadines Kuta Beach Bali, Stenli Levi Ransun.
Untuk aksi serupa di Pantai Kedonganan dikoordinasikan oleh kalangan "Jimbaran Bay Beach Resort & Spa" dengan menghimpun 1.072 peserta yang turun langsung ke pantai dengan berhasil mengumpulkan 5 kuintal sampah organik dan 5 kuintal sampah non-organik yang langsung diangkut oleh mobil pengeruk Desa Kedonganan.
"World Clean Up Day bertajuk 'Suksma Bali' ini merupakan ungkapan terima kasih kami kepada Pulau Dewata Bali dengan aksi menyelamatkan Bali dari sampah. Kami sendiri rutin membersihkan pantai ini setiap dua bulan sekali," kata General Manager 'Jimbaran Bay Beach Resort & Spa' Christian Gumala, didampingi Adi Minarta dari perwakilan Bendesa Adat Kedonganan.
Di Buleleng, aksi bersih-bersih dilaksanakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng, Bali, pada tiga lokasi yang berbeda, yakni Danau Buyan, Pantai Pemuteran dan Pantai Pura Labuan Aji Desa Temukus, sebagai salah satu bagian aksi bersih pantai internasional atau "World Clean Up Day 2018".
"Sampah yang terkumpul tidak dibakar di lokasi, melainkan langsung diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Desa Bengkala untuk diolah lebih lanjut," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, Putu Ariadi Pribadi disela-sela aksi yang diikuti pegawai Pemkab Buleleng, swasta, lembaga swadaya masyarakat, pelajar, dan masyarakat umum itu.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018