Gianyar (Antaranews Bali) - Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan (DKPKP) Kabupaten Gianyar, Bali mengadakan bimbingan teknis (bimtek)  pembuatan alat tangkap bubu lipat ramah lingkungan bagi nelayan di Ruang Rapat DKPKP setempat, Selasa (4/9).
    
Kegiatan tersebut dilaksanakan mengingat  prospek perikanan tangkap khususnya lobster cukup cerah. Selain itu, persediaannya mencukupi, harga lobster di pasaran pun sangat menggiurkan, kata Kabid Perikanan Tangkap DKPKP Kabupaten Gianyar, Ir. Ni Made Jepun, Msi ketika membuka bimtek tersebut.
   
Ia mengatakan, untuk lobster mutiara harga di pasaran bisa mencapai Rp500 ribu hingga Rp700 ribu per Kg. Lewat kegiatan bintek tersebut kebijakan pembangunan di bidang kelautan dan  perikanan lebih menekankan  pada program perikanan yang berkelanjutan.
   
Program tersebut diimplementasikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan memberlakukan kebijakan Moratorium Ijin Usaha Penangkapan Ikan untuk kapal kapal berukuran lebih besar dari 30 Gross Ton dan pemberlakukan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 2 tahun 2015 tentang Pelarangan Pengoperasian Alat Tangkap Pukat Tarik dan Pukat Hela.
   
Menurut Ni Made Jepun, pemberlakukan kedua kebijakan tersebut dalam jangka panjang merupakan upaya pelestarian sumber daya alam perairan, sekaligus merupakan upaya pemulihan  sumberdaya perairan yang telah mencapai ambang batas kepunahan.
   
Namun secara jangka pendek dampak dari kedua kebijakan tersebut adalah nelayan yang menggunakan alat penangkapan ikan yang dilarang oleh kedua Permen KP No 2 tahun 2015 sehingga perlu dicarikan solusi sehingga dapat melalut dengan menggunakan alat tangkap yang selektif dan ramah lingkungan.
   
Khusus untuk lobster menurut Ni Made Jepun, berdasarkan data  tahun 2017 produksi lobster mencapai 10,8 ton per tahun. Dengan jumlah nelayan lobster di Pantai Lebih Kecamatanb Gianyar enam kelompok, Kecamatan Blahbatuh tiga kelompok dan di Kecamatan Sukawati tiga kelompok.
   
Selama ini yang menggunakan alat tangkap bubu untuk menangkap lobster hanya nelayan di Banjar Kubur Kecamatan Sukawati, sisanya menggunakan jaring klitik atau dikenal dengan istilah jaring udang.
   
“Melihat produksi lobster yang cukup banyak dan harga yang menggiurkan, kami berupaya mendorong produksi nelayan dengan mengadakan pelatihan pembuatan bubu alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga hasil yang didapat cukup banyak dengan tidak merusak sumber daya alam perairan,” ujar Ni Made Jepun.
   
Pada kesempatan tersebut salah seorang narasumber, Ir. Yohanes Bangkit HHS,M.Si dengan materi metoda penangkapan ikan menjelaskan alat penangkapan ikan ramah lingkungan seperti bubu masih sangat mungkin untuk dikembangkan, yakni teknologi inovasi pembuatan bubu lipat.
   
Keunggulan teknologi penangkapan ikan dengan bubu memiliki beberapa karakteristik yang memberikan keuntungan yakni penempatan alat mudah, pengoperasian mudah, mutu hasil tangkapan baik dan dapat dioperasikan di tempat tempat yang alat penangkap ikan lain tidak dapat dioperasikan.
   
Selain itu juga cukup efektif karena hanya menangkap ikan yang menjadi target penangkapan dan lebih efisen dibandingkan dengan bubu model konvensional, 87,5 persen lebih efisien karena bisa dilipat.
   
Pelatihan tersebut dilaksanakan selama dua hari ( 4 – 5 September) diikuti oleh 50 orang perwakilan dari kelompok nelayan Lobster. (*)

Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018