Gianyar (Antara Bali) - Prosesi upacara "pelebon" atau ngaben jenazah almarhum Anak Agung Niang Rai (80), ibunda Bupati Gianyar Cokorda Oka Artha Ardana Sukawati pada Kamis (18/8) diprediksi dibanjiri wisatawan asing.

Hal ini terungkap ketika kerabat Puri Ubud yakni Cokorda Putra Sukawati, Cokorda Gede Sukawati, Cokorda Raka Kertiyasa serta jajaran kepolisian setempat menggelar jumpa pers di Puri Agung Ubud, Selasa sore.

"Ya kami prediksi wisatawan asing yang akan menonton ritual ini bisa mencapai 20 ribu wisatawan," kata Cokorda Gde Sukawati, salah seorang kerabat puri yang juga adik kandung Bupati Cokorda Oka Artha Ardana Sukawati.

Ia mengatakan, selain wisatawan, pada upacara "pelebon" itu juga akan dikerahkan sebanyak 4.500 "krama" atau warga di seputaran Ubud serta daerah luar Gianyar lainnya.

"Sudah menjadi tradisi setiap pelebon di Puri Agung Ubud dibanjiri warga serta wisatawan asing," jelas pria sekaligus arsitek menara pengusungan jenazah yang menjulang tinggi tersebut.

Ia menjelaskan, pengusungan bade setinggi 24 meter dengan berat sekitar 10 ton itu akan dilakukan secara estafet, melibatkan 300 warga untuk satu kali pengusungan.

"Sampai ke kuburan dilakukan sebanyak tujuh kali pengusungan bade," ujar pria yang juga Presiden Direktur Hotel Royal Pitamaha itu.

Pria yang sudah sejak tahun 1978 menekuni dunia bade itu mengaku, menara bertangga pengusung jenazah itu dibuat sebagai penghormatan terakhir pada ibundanya tercinta.

"Bade itu akan diusung ribuan masyarakat di Jalan Raya Ubud menuju Setra Dalem Puri yang berjarak 900 meter dari Puri Ubud," ujarnya.

Apa yang membedakan pada prosesi pengabenan kali ini, ketimbang pengabenan penglingsir Puri Agung Ubud, almarhum Tjokorda Agung  Suyasa sebelumnya? Cok De mengatakan, perbedaannya di "naga banda".

"Kalau untuk pengabenan para istri kerabat Puri Agung Ubud tidak menggunakan 'naga banda' atau pengantar roh menuju sorga," jelasnya.

Biasanya "naga banda" atau perlengkapan upacara ngaben dengan wujud naga itu dipanah oleh pendeta sebelum bade tersebut diusung menuju kuburan atau setra.

Saat ini, kata dia, persiapan upacara sudah mencapai 90 persen. Bahkan Selasa (9/8) sudah dilakukan kegiatan upacara "nunas tirta" atau memohon air suci serta "surat kajang" sebagai perlengkapan ritual.

Kemudian pada Kamis (11/8) dilakukan upacara "nyiramin layon" atau memandikan jenazah.

"Upacara itu merupakan salah satu rangkaian dari pada ritual pelebon yang puncaknya dilaksanakan pada Kamis (18/8)," ujarnya.

Sementara itu khusus soal undangan, seperti yang disampaikan oleh Cokorda Putra Sukawati selaku "penglingsir" atau tokoh puri, pada saat pengabenan pihak puri hanya mengundang sejumlah konsulat asing di Denpasar.

"Khusus untuk pejabat pusat, sampai saat ini kami belum sebarkan undangan," kata pria yang juga Ketua Umum Keturunan Dalem Sukawati Bali itu.

Almarhum Anak Agung Niang Rai meninggal setelah dirawat selama dua bulan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah di Wings Internasional, Denpasar.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011