Gilimanuk-Ketapang (Antaranews Bali) - "Antrean empat jam dari Pelabuhan Gilimanuk (Jembrana, Bali) hingga menyeberang ke Pelabuhan Ketapang (Banyuwangi, Jatim) itu termasuk cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya yang bisa 6-8 jam hingga lebih," ucap Iyan.

Hal itu diungkapkan pemudik asal Jember, Jatim, saat mendengar pengalaman penulis bahwa antrean yang terjadi dari Pelabuhan Gilimanuk hingga bisa menyeberang pada Rabu (13/6) atau H-2 Idul Fitri 1439 Hijriah.

Penulis berangkat mudik dari Kota Denpasar, Bali pada Selasa (12/6) pukul 22.00 Wita, tiba mendekati Pelabuhan Gilimanuk pada Rabu (13/6) pukul 00.40 Wita. Namun, aparat kepolisian mengalihkan ke terminal kargo untuk antre menjelang masuk pelabuhan.

Pada Rabu (13/6) sekitar pukul 03.00 Wita, penulis sudah meninggalkan terminal kargo itu untuk masuk menuju loket melewati perkampungan warga dan akhirnya tiba di loket masuk pelabuhan sekitar pukul 03.25 Wita dan akhirnya masuk kapal pukul 04.50 Wita.

Penulis dari antrean di lapangan menjelang masuk pelabuhan hingga masuk kapal berkisar empat jam lebih dari pukul 00.40 Wita hingga 04.50 Wita. Artinya, tiga kali antre yakni saat menjelang masuk pelabuhan, saat mau masuk loket pelabuhan, dan saat mau masuk kapal.

Di sepanjang "rute" dari antrean di lapangan hingga masuk loket pelabuhan terdapat beberapa personel kepolisian yang mengatur dan mengarahkan pemudik, baik pemudik dengan sepeda motor, mobil, maupun angkutan umum.

Namun, seperti dikatakan Iyan bahwa hal itu masih lebih cepat dibandingkan dengan antrean pada tahun-tahun lalu. 

"Cuma, antrean di loket pelabuhan memang terasa agak lamban, karena pemeriksaan kurang cekatan," katanya.

Hal itu juga dibenarkan Ninik yang merupakan pemudik asal Bangil, Pasuruan, yang sempat "menikmati" antrean di penyeberangan itu sejak suaminya bekerja di Bali pada 2011 hingga kini.

"Kali ini masih enak, kami antre malam, saya pernah antre pada siang hari yang cukup panas. Saya dan keluarga pernah antre sampai enam jam lebih, karena masuk pelabuhan pukul 04.00 Wita tapi baru menyeberang hampir pukul 11.00 Wita," tuturnya.

Kelancaran mudik juga dialami pemudik asal Banyuwangi, Sayoto, yang mudik pada Kamis (14/6) atau bertepatan dengan malam takbiran (malam Lebaran). 

"Tidak seperti biasanya, mudik tahun ini cukup lancar, saya hanya antre dua jam sudah di Pelabuhan Gilimanuk," katanya.

Hal itu juga diakui Kapolda Bali Inspektur Jenderal Pol. Petrus R.Golose. 

"Meskipun dari data pemudik yang keluar Bali meningkat 15 persen dibanding tahun sebelumnya, tapi arus lalu lintas berjalan relatif lancar," katanya.

Saat itu, ia meninjau arus mudik di Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali, bersama sejumlah petinggi Polda Bali, Rabu (13/6). 

"Meningkatnya jumlah pemudik ini juga berarti ekonomi masyarakat bagus," katanya.

Namun, pihaknya menegaskan bahwa rapat dengan instansi terkait sepakat melakukan evaluasi terkait dengan teknis dan mekanik loket tiket agar bisa lebih cepat melayani penumpang.

Dari sisi lalu lintas, ia sudah memerintahkan seluruh anggota Polda Bali untuk turun ke lapangan, sehingga hampir di setiap 500 meter sepanjang jalur mudik Denpasar-Gilimanuk ada polisi yang berjaga.

Sambil berjaga, polisi juga memberikan imbauan kepada pemudik terkait dengan keselamatan di jalan raya, seperti larangan menaruh anak-anak pada posisi di depan kendaraan, baik sepeda motor maupun mobil.

"Menaruh anak-anak di depan baik dengan mobil, apalagi motor, membahayakan. Khusus untuk pemudik yang membawa anak dengan mobil, kami imbau menaruh anaknya di belakang dengan dilengkapi sabuk pengaman," katanya.

Signifikan

Pada Rabu (13/6), antrean di Pelabuhan Gilimanuk meningkat signifikan, bahkan sempat terjadi antrean mobil pribadi hingga sekitar 1,5 kilometer dari pelabuhan pada dinihari. Peningkatan itu terjadi sejak Selasa (12/6) atau H-1.

"Agar tidak terjadi penumpukan yang tidak teratur, kami arahkan mobil pribadi pemudik masuk ke terminal kargo untuk kemudian diarahkan lagi melewati jalan gang di Kelurahan Gilimanuk menuju pelabuhan," kata Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Jembrana Ajun Komisaris Widyatmoko. 

Untuk mempercepat mengangkut kendaraan pemudik, PT ASDP Indonesia Ferry mengerahkan Kapal Motor Penumpang Drajat Paciran yang mampu menampung 1.000 sepeda motor bila menjelang sore.

Namun, peningkatan arus mudik dengan sepeda motor itu terkadang tidak diikuti dengan kesadaran berkendara, sehingga seorang pemudik yang menggunakan sepeda motor tewas akibat mengalami kecelakaan di jalan raya Denpasar-Gilimanuk yang masuk wilayah Kabupaten Jembrana.

"Pemudik yang beralamat di Denpasar, namun asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur itu meninggal setelah bertabrakan dengan truk," kata dia. 

Solikin (40), pemudik yang tewas tersebut datang dari arah Denpasar dengan mengendarai sepeda motor Nopol DK 5958 DX dengan membonceng Abdul Rohim yang juga berasal dari Kabupaten Banyuwangi.

Saat memasuki jalan raya di wilayah Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, ia mendahului kendaraan di depannya hingga melewati garis pembatas jalan, sedangkan dari arah berlawanan meluncur truk Nopol S 9988 UQ yang dikemudikan Ngateno, asal Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Tabrakan tidak bisa dihindari, hingga menyebabkan Solikin mengalami cedera parah pada bagian kepala dan meninggal dunia, sedangkan orang yang dibonceng masih mendapatkan perawatan di RSU Negara.

Kebetulan, Direktur Lalu Lintas Polda Bali Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana saat itu sedang memantau arus mudik di Pelabuhan Gilimanuk atau sehari menjelang peninjauan Kapolda Bali, sehingga dia pun langsung meluncur ke lokasi kecelakaan.

"Saya berharap kecelakaan ini merupakan yang terakhir di jalur mudik Denpasar-Gilimanuk. Kepada seluruh pengendara, kami imbau untuk tidak terburu-buru sampai di tujuan, tapi utamakan keselamatan," katanya.

Satu lagi pemudi tewas terjadi pada Kamis (14/6), yakni Sahwan (63), dari Sumbawa naik bus bersama istrerinya, Isnaini. Namun, warga Dusun Batu Nisung, Desa Karang Dima, Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa Barat itu, meninggal dunia karena serangan jantung setiba di Gilimanuk.

Secara umum, angka kecelakaan lalu lintas relatif berkurang daripada tahun sebelumnya. Namun, upaya mewujudkan keselamatan berkendara juga dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Badung, Bali, dengan tes urine kepada kru bus (angkutan massal) di Terminal Mengwi (11/6).

Dalam pemeriksaan itu, BNN menemukan seorang kru bus positif menggunakan narkoba jenis Metamfetamin. 

"Hasil pemeriksaan dan tes urine tersebut ada satu orang positif narkoba dan sudah direkomendasikan untuk direhabilitasi," kata Kepala BNN Badung AKBP Ni Ketut Masmini.

Kru bus yang positif narkoba itu juga dilarang untuk membawa kendaraan karena sangat membahayakan penumpang. 

Pihaknya juga masih akan melakukan penyelidikan terhadap pelaku terkait dengna asal-usul barang terlarang tersebut.

Pihaknya memeriksa 42 awak bus angkutan umum Lebaran 2018 di Terminal Mengwi. Pemeriksaan tes urine tersebut tidak hanya sekali, tetapi akan terus dilakukan terhadap awak bus lainnya untuk mengantisipasi peredaran narkoba di kalangan awak bus.

Agaknya, kemacetan yang "relatif lancar" di penyeberangan Gilimanuk-Ketapang menunjukkan adanya peningkatan pelayanan untuk masyarakat yang mudik dari Pulau Dewata ke Jawa dan luar Jawa, namun kualitas pelayanan itu tetap perlu ditingkatkan untuk tahun-tahun berikutnya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub dan Gembong Ismadi

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018