Gianyar (Antara Bali) - Tradisi "nedunang" atau mengeluarkan barong dan rangda di Kabupaten Gianyar sering terlihat di Kabupaten Gianyar, Bali.

Sebuah tradisi yang berfungsi untuk menetralisir kekuatan negatif itu saat ini akan digelar di Perempatan Agung atau persimpangan di Kota Gianyar, Kecamatan Gianyar, Bali.

"Pelaksanaan "nedunang" sesuhunan atau pujaan Barong dan Rangda itu merupakan tradisi dan akan dilaksanakan pada saat berlangsungnya upacara di Pura Dalem Serongga," kata I Ketut Astawa, salah seorang panitia Upacara Ngusaba di Pura Dalem Serongga, Kecamatan Gianyar,  Minggu.

Upacara yang disebut "nedunang" sesuhunan atau pujaan Ida Bhetare "duwe" atau milik masing-masing desa itu yang dilaksanakan 50 tahun sekali itu akan  dihadiri ribuan umat Hindu di Bali.

"Acara itu akan digelar pada tanggal 8 dan 11 Agustus mendatang, " kata pria yang juga Kepala Dinas Sosial Kabupaten Gianyar itu.

Acara "nedunang" itu dilaksanakan sebelum puncak upacara ngusaba di Pura Dalem Serongga yang digelar pada tanggal 13 Agustus mendatang.

Pada saat proses upacara "nedunang" itu warga pemuja akan berjalan dari Desa Tojan, Kabupaten Klungkung menuju Kota Gianyar.

Prosesi itu dilakukan, kata Astawa untuk menetralisir kekuatan negatif yang muncul di muka bumi ini, disamping itu juga "duwe" atau tapel barong mirip singa itu memiliki hubungan historis dengan Pura Dalem Serongga.

"Dahulu kala tapel barong milik Pura Dalem Serongga itu digeseng atau dibakar kemudian dihanyutkan ke pantai, " katanya.

Namun anehnya, setelah hanyut tapel barong itu terdampar di Pantai Sedayu, Klungkung, dan kemudian dipungut oleh petani setempat sebagai penakut, malam harinya tapel itu mengeluarkan sinar, sejak itu tapel itu disungsung serta di puja di Desa Tojan untuk selanjutnya "diteduinin" atau diarak ke jalanan menuju Kota Gianyar,' katanya.

Dan pada proses "nedunang" itu, kata Astawa tidak sembarang dan hanya bisa dilakukan apabila ada upacara di Pura Dalem Serongga, Kecamatan Gianyar.   

Selain "nedunang," barong dan randa milik Desa Tojan pada tanggal 11 Agustus mendatang, sebelumnya pada tanggal 8 Agustus akan "ditedunkan" barong dan rangda milik Desa Lebih dan Desa Kesian.

"Proses ini sangat langka, karena akan diiring atau diikuti oleh ribuan umat manusia," jelasnya.(*)


Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011