Padang (Antaranews) - Organisasi Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menilai penyebaran hoax di Tanah Air sudah masuk kategori membahayakan, karena menyebar secara masif ke seluruh lini masyarakat hingga terjadi tindakan ngawur.

"Dampak hoaks di Indonesia telah memicu konflik horizontal hingga memakan korban nyawa manusia," kata Ketua Mafindo Septiaji Eko Nugroho dalam forum diskusi publik bertema 'Stop Hoax Literasi Media Untuk Bangun Budaya Internet Sehat' di Padang, Jumat.

Dalam rangkaian acara Festival Literasi Media dan Digital digelar Kementerian Kominfo di Universitas Andalas itu, ia menceritakan pada Februari 2017 beredar foto selebaran di dunia maya bertuliskan "waspadai penculikan anak mengatasnamakan kepolisian dengan ciri-ciri pelaku berpura-pura menjadi orang gila".

"Selebaran itu dipercaya masyarakat padahal polisi tidak pernah membuatnya, sehingga di Tegal, Jawa Tengah, terjadi orang yang mengalami gangguan jiwa disiksa dan dianiaya karena dituduh menculik anak. Yang lebih parah di Kalimantan Barat orang gila disiksa sampai meninggal dunia," ujarnya.

Di bidang kesehatan, hoaks juga telah membunuh banyak orang, misalnya informasi yang menyatakan orang terserang stroke disarankan jarinya ditusuk pakai jarum agar darah keluar, sehingga segera pulih.

"Ini dipercaya banyak orang dan dipratikkan, padahal seharusnya cepat dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih awal sehingga bisa tertolong," katanya.

Ia menyampaikan ada kasus orang terserang stroke di sebuah kantor bukan segera dibawa ke rumah sakit malah oleh teman-temannya diterapi dengan menusuk jari akibatnya tidak tertolong lagi.

Tidak hanya itu, hoax di bidang politik juga merusak demokrasi karena dalam pilkada atau pemilu orang lebih sibuk membahas hal-hal tidak penting dan belum tentu benar ketimbang mengupas visi misi dan program kerja kandidat.

Menurut dia, masyarakat memang cenderung suka berita hoaks karena lebih menarik daripada berita yang sebenarnya karena dikemas sedemikian rupa, apalagi rasa ingin tahu juga besar dan khusus masyarakat Indonesia memiliki kelemahan dengan isu-isu SARA.

"Akibatnya, banyak profesor dan doktor yang seharusnya punya kemampuan literasi tinggi pun ikut menyebar hoax," katanya.

Untuk memberantas hoax perlu pendekatan menyeluruh mulai dari ajakan cek fakta, dan gerakan literasi. Namun, Staf Ahli Menteri Kominfo Donny Budi Utoyo punya pendekatan lain untuk melawan hoax yakni ajakan kepada banyak orang untuk menulis informasi yang benar.

"Mari bersama-sama melawannya dengan menulis di blog dan berbagai media sehingga hoax bisa dikalahkan," katanya. (ed)

Pewarta: Ikhwan Wahyudi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018