Xiamen (Antaranews Bali) - Terminal Kontainer Otomatis Xiamen di Provinsi Fujian, China, mempercepat dan mempermudah masuknya produk ekspor dari Indonesia ke negara tersebut karena proses bongkar muat yang dibuat menjadi lebih efisien mengandalkan teknologi tanpa memanfaatkan banyak tenaga manusia.
"Waktunya bisa dirancangkan. Umpamanya 1 jam itu bisa 75 kontainer. Kalau menggunakan tenaga manusia akan cepat capek, waktunya juga jauh lebih lama," kata Kepala Terminal Kontainer Otomatis Xiamen (XOCT) Wu Chaoyang ketika menerima kunjungan awak media dari Bali di Xiamen, Provinsi Fujian, Rabu.
Menurut dia, produk impor yang masuk melalui terminal otomatis yang dibangun pertama di China itu sebagian besar merupakan produk untuk memenuhi kebutuhan industri manufaktur yang juga berasal dari Indonesia.
Terminal yang dibangun pada tahun 2008 dengan total investasi 5,32 juta yuan itu saat ini memiliki 16 alat berat "crane" dan 18 kendaraan pengangkut kontainer yang dioperasikan hanya dua orang tenaga manusia yang dikendalikan melalui sistem komputerisasi.
Setiap jamya satu tiang "crane" mampu mengangkat 25 kontainer bongkar muat di terminal terbesar di Fujian tersebut dengan luas area mencapai 1,3 juta meter persegi.
Wu menambahkan bahwa pada tahun ini kapasitas bongkar muat kontainer ditargetkan mencapai 2.000.000 kontainer atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 1,7 juta kontainer.
"Pada tahun 2019 kami targetkan tumbuh 10 persen," imbuh Wu dengan dibantu penerjemah Cai Jincheng yang merupakan mantan dosen dan Kepala Pusat Studi Indonesia di Universitas Guangdong.
Baca juga: Ribuan orang kunjungi Festival Budaya Indonesia di Xiamen
Wu mengharapkan dengan adanya teknologi komputerisasi peti kemas itu akan memberikan nilai tambah bagi terminal, termasuk pengusaha dari Indonesia sehingga dapat memperkirakan waktu pengiriman produk ekspor. (D007/adt)
Video oleh Edy Ya'kub
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Waktunya bisa dirancangkan. Umpamanya 1 jam itu bisa 75 kontainer. Kalau menggunakan tenaga manusia akan cepat capek, waktunya juga jauh lebih lama," kata Kepala Terminal Kontainer Otomatis Xiamen (XOCT) Wu Chaoyang ketika menerima kunjungan awak media dari Bali di Xiamen, Provinsi Fujian, Rabu.
Menurut dia, produk impor yang masuk melalui terminal otomatis yang dibangun pertama di China itu sebagian besar merupakan produk untuk memenuhi kebutuhan industri manufaktur yang juga berasal dari Indonesia.
Terminal yang dibangun pada tahun 2008 dengan total investasi 5,32 juta yuan itu saat ini memiliki 16 alat berat "crane" dan 18 kendaraan pengangkut kontainer yang dioperasikan hanya dua orang tenaga manusia yang dikendalikan melalui sistem komputerisasi.
Setiap jamya satu tiang "crane" mampu mengangkat 25 kontainer bongkar muat di terminal terbesar di Fujian tersebut dengan luas area mencapai 1,3 juta meter persegi.
Wu menambahkan bahwa pada tahun ini kapasitas bongkar muat kontainer ditargetkan mencapai 2.000.000 kontainer atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 1,7 juta kontainer.
"Pada tahun 2019 kami targetkan tumbuh 10 persen," imbuh Wu dengan dibantu penerjemah Cai Jincheng yang merupakan mantan dosen dan Kepala Pusat Studi Indonesia di Universitas Guangdong.
Baca juga: Ribuan orang kunjungi Festival Budaya Indonesia di Xiamen
Wu mengharapkan dengan adanya teknologi komputerisasi peti kemas itu akan memberikan nilai tambah bagi terminal, termasuk pengusaha dari Indonesia sehingga dapat memperkirakan waktu pengiriman produk ekspor. (D007/adt)
Video oleh Edy Ya'kub
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018