Denpasar (Antaranews Bali) - Siswa-siswi dari SMKN Bali Mandara mengangkat aktivitas kehidupan sehari-hari di dalam asrama menjadi garapan pementasan kesenian Janger, serangkaian ajang Bali Mandara Nawanatya III.
"Sehari-hari mereka (siswa-siswi) hidup di asrama, fluktuasi kehidupan berasrama ada asmara, cemberut, suka cita dan inilah yang ditangkap pembina sehingga jadilah garapan ini," kata Kepala SMK Negeri Bali Mandara I Wayan Agustiana SPd, MPd, di sela-sela pementasan Janger, di Taman Budaya, Denpasar, Sabtu(28/4) malam.
Garapan Janger berjudul "Gitaning Den Bukit" secara ringkasnya menceritakan kehidupan remaja yang tinggal di Kabupaten Buleleng. SMKN Bali Mandara yang merupakan sekolah unggulan milik Pemprov Bali itu juga didirikan di daerah Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.
Ada empat lagu baru menjadi pengiring Janger kreasi 12 pasang penari Janger itu. "Dalam garapan ini kami mengajak generasi muda Bali untuk siap menghadapi perubahan global ini," ucap Agustiana.
Dia mengaku dalam pementasan itu peserta didiknya belum maksimal seperti diharapkan, karena keterbatasan waktu persiapan. Walaupun begitu siswa-siswa dan guru tetap semangat mencoba tampil baik saat pentas Janger.
Sementara itu penampilan janger SMKN 3 Sukawati tak kalah apik dibandingkan penampilan SMKN Bali Mandara.
Kepala SMKN 3 Sukawati, I Gusti Ngurah Serama Semadi mengatakan ide garapan anak didiknya juga berdasarkan kehidupan sehari-hari remaja.
"Yohana Jayantika, kemenangan seorang remaja. Jadi sebagai remaja jangan melempem, harus semangat dan kreatif dalam menggali sesuatu," ucap Serama.
Meskipun waktu persiapan relatif singkat, namun seniman dari SMKN 3 Sukawati tersebut tetap berusaha tampil dengan total.
Mengingat julukan Kabupaten Gianyar sebagai Bumi Seni, Serama memiliki harapan sederhana untuk sekolah tempatnya memimpin.
"Awalnya Kokar Bali, jadi SMKN 3 Sukawati sehingga berikanlah kami pementasan spesial, umpamanya diberikan apa misalnya sendratari," ujarnya.
Sebab, sebagai sekolah kejuruan berbasis seni pertunjukan, dirinya sangat yakin keluarga besar SMKN 3 Sukawati dapat mempersembahkan sesuatu yang lebih dan spesial tanpa harus keluar dari pakem-pakem seni itu sendiri .
Sementara itu budayawan Prof Dr I Made Bandem mengatakan terkadang dalam berkesenian perlu kesederhanaan, apalagi seni kerakyatan.
"Itu yang ditunjukkan oleh Janger dari Buleleng (SMKN Bali Mandara-red). Janger SMKN Bali Mandara lebih sederhana tetapi banyak kreasi lagu yang ditampilkan, kalau mereka tampil lagi mereka bisa mengambil elemen janger dari Menyali sehingga ada style atau gaya khusus," ucap pengamat seni itu.
Sementara itu penampilan janger SMKN 3 Sukawati menurutnya tak kalah apik. "Potensi anak-anaknya semua kuat, komposisi apik dan energi yang prima. Namun dalam seni kerakyatan perlu kesederhanaan," ujarnya.
Pada Intinya, menurut Bandem, bahwa kedua sekolah kejuruan ini sama-sama memiliki ciri khas untuk sebuah seni pertunjukan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Sehari-hari mereka (siswa-siswi) hidup di asrama, fluktuasi kehidupan berasrama ada asmara, cemberut, suka cita dan inilah yang ditangkap pembina sehingga jadilah garapan ini," kata Kepala SMK Negeri Bali Mandara I Wayan Agustiana SPd, MPd, di sela-sela pementasan Janger, di Taman Budaya, Denpasar, Sabtu(28/4) malam.
Garapan Janger berjudul "Gitaning Den Bukit" secara ringkasnya menceritakan kehidupan remaja yang tinggal di Kabupaten Buleleng. SMKN Bali Mandara yang merupakan sekolah unggulan milik Pemprov Bali itu juga didirikan di daerah Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.
Ada empat lagu baru menjadi pengiring Janger kreasi 12 pasang penari Janger itu. "Dalam garapan ini kami mengajak generasi muda Bali untuk siap menghadapi perubahan global ini," ucap Agustiana.
Dia mengaku dalam pementasan itu peserta didiknya belum maksimal seperti diharapkan, karena keterbatasan waktu persiapan. Walaupun begitu siswa-siswa dan guru tetap semangat mencoba tampil baik saat pentas Janger.
Sementara itu penampilan janger SMKN 3 Sukawati tak kalah apik dibandingkan penampilan SMKN Bali Mandara.
Kepala SMKN 3 Sukawati, I Gusti Ngurah Serama Semadi mengatakan ide garapan anak didiknya juga berdasarkan kehidupan sehari-hari remaja.
"Yohana Jayantika, kemenangan seorang remaja. Jadi sebagai remaja jangan melempem, harus semangat dan kreatif dalam menggali sesuatu," ucap Serama.
Meskipun waktu persiapan relatif singkat, namun seniman dari SMKN 3 Sukawati tersebut tetap berusaha tampil dengan total.
Mengingat julukan Kabupaten Gianyar sebagai Bumi Seni, Serama memiliki harapan sederhana untuk sekolah tempatnya memimpin.
"Awalnya Kokar Bali, jadi SMKN 3 Sukawati sehingga berikanlah kami pementasan spesial, umpamanya diberikan apa misalnya sendratari," ujarnya.
Sebab, sebagai sekolah kejuruan berbasis seni pertunjukan, dirinya sangat yakin keluarga besar SMKN 3 Sukawati dapat mempersembahkan sesuatu yang lebih dan spesial tanpa harus keluar dari pakem-pakem seni itu sendiri .
Sementara itu budayawan Prof Dr I Made Bandem mengatakan terkadang dalam berkesenian perlu kesederhanaan, apalagi seni kerakyatan.
"Itu yang ditunjukkan oleh Janger dari Buleleng (SMKN Bali Mandara-red). Janger SMKN Bali Mandara lebih sederhana tetapi banyak kreasi lagu yang ditampilkan, kalau mereka tampil lagi mereka bisa mengambil elemen janger dari Menyali sehingga ada style atau gaya khusus," ucap pengamat seni itu.
Sementara itu penampilan janger SMKN 3 Sukawati menurutnya tak kalah apik. "Potensi anak-anaknya semua kuat, komposisi apik dan energi yang prima. Namun dalam seni kerakyatan perlu kesederhanaan," ujarnya.
Pada Intinya, menurut Bandem, bahwa kedua sekolah kejuruan ini sama-sama memiliki ciri khas untuk sebuah seni pertunjukan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018