Negara (Antara Bali) - Masalah kekurangan dokter di Puskesmas maupun Puskesmas Pembantu di Kabupaten Jembrana baru bisa diselesaikan pada tahun 2012 mendatang.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Dan Kesos Jembrana, dr Putu Suasta MKes saat dikonfirmasi seputar kekurangan dokter, Jumat.
Suasta mengatakan, untuk jangka pendek, kekurangan dokter itu bisa diatasi dengan mutasi dokter-dokter baru hasil rekrutmen sebelumnya yang saat ini bertugas di RSU Negara.
Menurutnya, ada 13 dokter baru yang bertugas di RSU Negara dan jika mereka ditempatkan di Puskesmas-Puskesmas, pihaknya tetap saja kekurangan sekitar 12 dokter.
Kekurangan dokter yang cukup banyak ini juga merupakan konsekwensi Kabupaten Jembrana mengikuti program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM).
"Saat kita mulai menerapkan program itu nanti, dokter di Puskesmas akan dibagi dua shif sehingga perlu tambahan dokter," kata Suasta.
Di sisi lain, menurutnya, kekurangan dokter ini juga hasil rasionalisasi dokter yang terlalu ketat pada masa pemerintahan terdahulu.
Ia mengungkapkan, saat itu pemkab menetapkan satu Puskesmas hanya ditempati oleh satu orang dokter, yang otomatis jika dokter bersangkutan berhalangan maka tidak ada yang menggantikannya bertugas.
"Minimal Puskesmas memang harus memiliki dua orang dokter, agar jika ada yang berhalangan bisa saling mengganti," ujar Suasta.
Selain menyebarkan dokter-dokter baru dari RSU Negara, ia juga berharap, bisa merekrut dokter lewat sistem "outshourching" sampai ada penerimaan dokter lewat rekrutmen CPNS.
Untuk menekan kebutuhan dokter, penempatan akan diprioritaskan di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu yang jauh dari Puskesmas induk.
"Kita sudah petakan Puskesmas Pembantu mana saja yang jauh dari Puskesmas Induk dan ramai dikunjungi masyarakat," kata Suasta.
Saat ini di Kabupaten Jembrana terdapat enam Puskesmas Induk yang nantinya akan dikembangkan menjadi sepuluh buah dan 44 Puskesmas Pembantu.
Suasta juga mengatakan, khusus untuk perbaikan kerusakan di Puskesmas Melaya sudah dialokasikan dalam APBD Perubahan 2011 yang diambilkan dari sisa dana di JKJ.
Sebelumnya, saat sidak Komisi C DPRD Jembrana, Kamis (28/7) terungkap, kondisi Puskesmas Melaya memprihatinkan tidak hanya dari sisi bangunnya tapi juga jumlah tenaga medisnya.
Di beberapa bagian, atap plafon Puskesmas ini jebol dan bisa membahayakan orang yang berada di bawahnya.
Kepada dewan, Koordinator UPF Puskesmas Melaya, dr Bambang mengatakan, jebolnya plafon sudah terjadi setahun yang lalu beberapa saat setelah penyerahan dari rekanan yang membangun Puskesmas tersebut.
Terkait jumlah dokter, Bambang mengatakan, di Puskesmas itu hanya memiliki satu dokter dan satu dokter lagi yang bertugas di Puskesmas Pembantu Tuwed.
Menurut Bambang, idealnya tiap Puskesmas harusnya memiliki dua dokter sehingga pelayanan kesehatan kepada masyarakat lebih maksimal.
Untuk mengatasi kekurangan dokter ini, Ida Bagus Susrama berharap, dokter-dokter CPNS yang saat ini mengikuti pra jabatan bisa segera ditugaskan di Puskesmas-Puskesmas yang masih kekurangan tenaga medis.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Dan Kesos Jembrana, dr Putu Suasta MKes saat dikonfirmasi seputar kekurangan dokter, Jumat.
Suasta mengatakan, untuk jangka pendek, kekurangan dokter itu bisa diatasi dengan mutasi dokter-dokter baru hasil rekrutmen sebelumnya yang saat ini bertugas di RSU Negara.
Menurutnya, ada 13 dokter baru yang bertugas di RSU Negara dan jika mereka ditempatkan di Puskesmas-Puskesmas, pihaknya tetap saja kekurangan sekitar 12 dokter.
Kekurangan dokter yang cukup banyak ini juga merupakan konsekwensi Kabupaten Jembrana mengikuti program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM).
"Saat kita mulai menerapkan program itu nanti, dokter di Puskesmas akan dibagi dua shif sehingga perlu tambahan dokter," kata Suasta.
Di sisi lain, menurutnya, kekurangan dokter ini juga hasil rasionalisasi dokter yang terlalu ketat pada masa pemerintahan terdahulu.
Ia mengungkapkan, saat itu pemkab menetapkan satu Puskesmas hanya ditempati oleh satu orang dokter, yang otomatis jika dokter bersangkutan berhalangan maka tidak ada yang menggantikannya bertugas.
"Minimal Puskesmas memang harus memiliki dua orang dokter, agar jika ada yang berhalangan bisa saling mengganti," ujar Suasta.
Selain menyebarkan dokter-dokter baru dari RSU Negara, ia juga berharap, bisa merekrut dokter lewat sistem "outshourching" sampai ada penerimaan dokter lewat rekrutmen CPNS.
Untuk menekan kebutuhan dokter, penempatan akan diprioritaskan di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu yang jauh dari Puskesmas induk.
"Kita sudah petakan Puskesmas Pembantu mana saja yang jauh dari Puskesmas Induk dan ramai dikunjungi masyarakat," kata Suasta.
Saat ini di Kabupaten Jembrana terdapat enam Puskesmas Induk yang nantinya akan dikembangkan menjadi sepuluh buah dan 44 Puskesmas Pembantu.
Suasta juga mengatakan, khusus untuk perbaikan kerusakan di Puskesmas Melaya sudah dialokasikan dalam APBD Perubahan 2011 yang diambilkan dari sisa dana di JKJ.
Sebelumnya, saat sidak Komisi C DPRD Jembrana, Kamis (28/7) terungkap, kondisi Puskesmas Melaya memprihatinkan tidak hanya dari sisi bangunnya tapi juga jumlah tenaga medisnya.
Di beberapa bagian, atap plafon Puskesmas ini jebol dan bisa membahayakan orang yang berada di bawahnya.
Kepada dewan, Koordinator UPF Puskesmas Melaya, dr Bambang mengatakan, jebolnya plafon sudah terjadi setahun yang lalu beberapa saat setelah penyerahan dari rekanan yang membangun Puskesmas tersebut.
Terkait jumlah dokter, Bambang mengatakan, di Puskesmas itu hanya memiliki satu dokter dan satu dokter lagi yang bertugas di Puskesmas Pembantu Tuwed.
Menurut Bambang, idealnya tiap Puskesmas harusnya memiliki dua dokter sehingga pelayanan kesehatan kepada masyarakat lebih maksimal.
Untuk mengatasi kekurangan dokter ini, Ida Bagus Susrama berharap, dokter-dokter CPNS yang saat ini mengikuti pra jabatan bisa segera ditugaskan di Puskesmas-Puskesmas yang masih kekurangan tenaga medis.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011