Gianyar (Antaranews Bali) - Sekaa Gong "Dwija Cita Langu Karang Taruna Putra Persada" Desa Sukawati terpilih mewakili Kabupaten Gianyar ke ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXX Tahun 2018 di Denpasar Juni mendatang.

"Sekaa Gong Dwija Sukawati itu sempat mengadakan pentas uji coba memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-247 Kota Gianyar di Lapangan Astina Gianyar, Senin (16/4) malam," kata Sekda Gianyar I Made Gede Wisnu Wijaya dalam keterangan pers Humas Pemkab Gianyar yang diterima Antara, Selasa.

Pementasan yang memukau ribuan hadirin, termasuk dari pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) itu, menyuguhkan empat garapan terbaru yang masing-masing berjudul Tabuh Pat Lelambatan (Wangsul), Tari Kebyar Duduk, serta tari kreasi baru witning legong dan Krodha Angajuala.

Tari kreasi baru Witning Legong ditata oleh I Nyoman Cerita yang mengungkapkan munculnya pertamakali tari legong di Bali bersumber dari sebuah mimpi dari Raja Sukawati yang bernama Dewa Agung Made Karna.

Sebagai tokoh bangsawan dan spiritual, ketika sedang bertapa itu bermimpi didatangi oleh dua orang bidadari yang cantik dan agung. Bidadari tersebut dijadikan inspirasi dalam menciptakan sebuah tari legong yang bersifat magis religius yang bernama Sang Hyang Legong Topeng yang ada di pura Jogan Agung Desa Ketewel Sukawat, Gianyar.

Dalam perkembangan selanjutnya, atas kegeniusan dan dedikasi Sang Raja Sukawati diperintahkan Anak Agung Perit untuk melestarikan dan mengembangkan tari legong tersebut ke dalam sebuah bentuk seni tontonan yang lebih artistik dan filosopis yang sampai sekarang tetap sebagai sumber inspirasi dalam perkembangan tari-tari legong di tingkat lokal, nasional dan internasional.

Sekaa Gong Dwija Cita Langu Karang Taruna Putra Persada Desa Sukawati selain menampilkan tari Legong Witning juga menyuguhkan garapan Wayan Gede Aditya Pratita sebagai penata Tari serta Ketut Adiasa dan Ketut Budastra sebagai penata tabuh bertajuk "Krodha Angajuala".

Tari Krodha Angajuala menceritakan kisah perang Baratha Yudha setelah kematian Sang Gatutkaca. Diceritakan Bima terbakar api amarah disamping juga ia juga terus teringat akan kelakuan Dursasana manakala yang meyeret dan menjamah rambut Drupadi tatkala kekalahan Sang Pandawa bermain dadu melawan Sang Korawa.

Bima teringat akan sumpah Dewi Drupadi yang tidak memakai mahkota sebelum dapat darah Dursasana dan meminum darahnya.

Diceritakan pada peperangan hari ke-14, sang Karna menjadi Senopati Korawa, Bima tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mewujudkan sumpahnya.

Parada Gong Kebyar Remaja Nyatur tersebut juga menampilkan Tabuh Kreasi berjudul "Loloan" yang dibawakan oleh Sanggar Manik Suari Banjar Buda Ireng Sukawati di panggung bagian utara Lapangan Astina Gianyar.

Tidak kalah meriah Sekaa Gong Adhi Putra Kencana Banjar Mas Kawan Ubud juga menampilkan tari Topeng Tenget di panggung bagian timur. Komunitas Krespo Art di Stage selatan juga tak mau mengalah untuk merebut pandangan penonton dengan menampilkan tari Kebyar Duduk Goak Macok. (ed)

Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018