Denpasar (Antaranews Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan daerah setempat memerlukan sosok pemimpin yang memiliki program visioner dalam menghadapi perubahan yang terjadi begitu cepat.

"Apa yang dihadapi oleh Gubernur Bali lima tahun ke depan, tentu akan sangat berbeda dengan yang saya hadapi selama hampir sepuluh tahun memimpin Bali," kata Pastika saat pelaksanaan Simakrama (temu wicara) dengan masyarakat di Ruang Wiswasabha Utama, Kantor Gubernur Bali, di Denpasar, Sabtu.

Seperti pelaksanaan sebelumnya, Simakrama masih mengusung tema yang sama yaitu "Mencari Gubernur dan Wakil Gubernur Bali 2018-2023". Hanya saja, dalam pelaksanaannya kali ini, hadir sejumlah tokoh masyarakat, akademisi, pariwisata dan tokoh pemuda.

Dalam arahan singkatnya, Pastika menyebut bahwa tema ini sangat relevan mengingat saat ini proses tahapan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Bali periode 2018-2023 tengah berlangsung.

Secara khusus, ia kembali menyinggung dinamika yang terjadi di tingkat lokal, nasional hingga internasional yang berubah begitu cepat. Menurutnya, hal itu akan sangat berpengaruh pada kepemimpinan dalam periode lima tahun ke depan.

"Oleh karena itu, sosok pemimpin Bali ke depan harus punya program yang visioner dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat," ujar Pastika.

Sementara pengamat politik dan akademisi Dr I Nyoman Subanda berpendapat sosok pemimpin yang ideal adalah sosok negarawan. "Kalau politikus berpikir untuk mempertahankan kekuasaan, sedangkan sosok negarawan akan berpikir untuk kepentingan `next generation` atau generasi selanjutnya," ujarnya.

Pemimpin Bali ke depan, ujar Subanda, harus lebih banyak melaksanakan program yang memikirkan masa depan generasi muda. Sikap kenegarawanan itu telah ditunjukkan oleh Pastika dengan membangun SMAN/SMKN Bali Mandara.

"Saya harap ke depannya lebih banyak lagi dibangun sekolah sejenis yang sudah terbukti mampu mengangkat derajat anak-anak dari keluarga miskin," ucapnya.

Selain berpikir tentang generasi mendatang , sosok pemimpin harus jujur dan berintegritas. "Kita butuh pemimpin, bukan penguasa. Sosok pemimpin akan selalu hadir untuk memecahkan masalah yang dihadapi rakyat," tandasnya.

Sementara itu, Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Provinsi Bali I Dewa Agung Christos Sugandha Putra berpendapat bahwa pemimpin ke depan harus paham manajemen birokrasi, ideologi dan kenegarawanan.

Pendapat lain disampaikan tokoh media Emanuel Dewata Odja alias Edo dan Bagus Sudibya selaku praktisi pariwisata. Edo menyinggung pentingnya edukasi politik agar masyarakat tak menentukan pilihan hanya karena rasa tapi betul-betul paham dengan program yang ditawarkan.

Selain itu, Ia juga mengingatkan agar masyarakat beorientasi memilih pemimpin yang jauh dari potensi konflik.

Sedangkan Bagus Sudibya menilai, kualitas kepemimpinan ditentukan oleh kemampuan seorang pemimpin dalam merealisasikan janji-janji kampanye. Selain itu, dia mengharapkan pemimpin ke depan mampu membangun koordinasi yang lebih baik dengan seluruh kabupaten/kota.

Selain paparan dari sejumlah tokoh, peserta simakrama juga mengemukakan berbagai pendapat terkait dengan sosok pemimpin Bali periode lima tahun mendatang. Made Arjaya menyampaikan harapan agar pemimpin ke depan meneruskan perjuangan mewujudkan konsep "one island management" atau manajemen satu pulau. (WDY)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018