Denpasar (Antaranews Bali) - Tiga grup band ternama dari Pulau Dewata mampu "membius" penonton yang mayoritas generasi muda itu dalam ajang "Bali Mandara Nawanatya III" dengan penampilan yang apik dan melankolis di Taman Budaya Denpasar.

"Saya sangat menikmati setiap musik yang dibawakan dari tiga grup yang tampil, dan saya terkesan dengan penampilan Hung Siwer yang masih memperhatikan lagu atau musik untuk anak-anak. Tetapi secara keseluruhan suka semuanya, mereka semua keren pokoknya," kata Wulan Andryani, salah satu penonton, di Taman Budaya Denpasar, Sabtu malam.

Penampilan pertama yang dibuka oleh grup musik Hung Siwer sukses membuka penampilan yang apik dan melankolis. Musik yang lebih menonjolkan karakter musik beat ini membawakan lima buah lagu.

Lagu-lagu yang dibawakan Hung Siwer pun sangat menarik, karena grup musik ini menampilkan lima lagu yang sarat akan makna dan menggugah kembali lagu anak-anak yang mulai tidak diperhatikan.

Tak jauh berbeda dengan Wulan, I Ketut Lanus (48), selaku kurator juga mengungkapkan bahwa penampilan yang dibawakan dari ketiga grup musik ini rata-rata bagus, namun di sisi lain ia menilai adanya ketidakcocokan tempat yang dipergunakan.

"Rata-rata mereka semuanya bagus tampilannya, ya tapi tampilannya tidak cocok dengan tempatnya. Kalau penampilan dari Hung Siwer masih cocok kontennya di sini, sedangkan tampilan dari Bayu Cuaca dan Motifora itu memang kurang komunikatif kalau tampil di sini," ujar pria yang mengenakan topi hitam ini.

Penampilan yang begitu luar biasa dapat tergambarkan dalam balutan suasana malam di Gedung Ksinarwa Art Center ini, masyarakat yang menyaksikan pagelaran musik ini pun terbuai dalam setiap lantunan suara yang dibawakan tidak hanya suara vokal, melainkan setiap elemen yang mendukung terbentuknya suatu keharmonisan melodi yang indah untuk didengar.

Setelah penampilan Hung Siwer dengan etnik khas Bali yang sarat akan makna untuk anak-anak, penampilan yang tak kalah menarik yaitu dari grup band ternama Motifora yang membawakan beberapa lagunya dan mengusung tema pada penampilannya tersebut "Tetep Matimpal" penonton pun terhanyut dalam suasana, layaknya sedang menonton konser.

Penampilan penutup yang cukup menuai gelak tawa penonton dan memukau adalah dari Bayu Cuaca, yang membawakan tujuh buah lagu yang diciptakannya sendiri.

Laki-laki yang memiliki nama asli Nyoman Bayu Juniartha ini pun merasa senang karena masih dipercaya untuk tampil kedua kalinya sekaligus tidak percaya dengan bertambahnya antusias masyarakat untuk menonton.

"Seneng ya liat penontonnya bertambah dan suasana yang sekarang juga beda, karena diberi panggung yang lebih megah dan masih diberi kesempatan untuk tampil. Namun harapannya agar dapat meningkatkan promosinya untuk dapat menambah minat masyarakat untuk menonton," katanya.

Drama Tari Godogan
Sementara itu, SMP Negeri 1 Banjarangkan menjadi Duta dan mewakili Kabupaten Klungkung dalam Bali Mandara Nawanatya III Tahun 2018 dengan mementaskan Gelar Kreativitas Seni Pelajar di Wantilan Taman Budaya Art Centre Denpasar (23/3).

Kepala Sekolah SMP N 1 Banjarangkan, I Nengah Suradnya menyampaikan kegiatan ini merupakan Gelar Kreativitas Seni Pelajar untuk tingkat SMP. "Kegiatan ini merupakan susunan kegiatan dari acara Bali Mandara Nawanatya yang ke-3 untuk mengisi dan membangkitkan kreativitas anak ke hal yang positif. Kegiatan seperti ini harus selalu ditingkatkan guna nantinya kreativitas seni bisa selalu dijaga dengan sebaik-baiknya,” tegasnya.

Pihaknya juga menambahkan pementasan ini tidak hanya diisi drama tari dari Klungkung saja, namun juga ada dari Kabupaten Badung yang diwakili oleh SMPN 2 Kuta.

Kegiatan seperti ini sangat disambut positif tidak hanya oleh para guru tetapi juga siswa-siswa disekolah. Karena dengan ruang dan kegiatan seperti ini akan mampu menggali kreativitas dan jiwa seni anak-anak muda. "Pupuk rasa semangat untuk mencintai kesenian dan kebudayaan Bali," katanya.

Dalam pementasan seni itu, SMPN 1 Banjarangkan mengambil sebuah judul "Drama Tari Godogan" yakni bercerita tentang perjalanan hidup seorang anak dari Men Bekung dan Pan Bekung. Kelahirannya sangat ajaib dan kerap kali berperilaku diluar kemampuan manusia.

Suatu hari dia berkeinginan tinggi untuk ingin melamar putri dari kerajaan Daha. Keinginan itu pun terpenuhi, Putri kerajaan menyatakan diri sangat mencintai Godogan. Dengan ketulusan hati Sang Putri, Godogan tiba-tiba berubah menjadi pemuda rupawan. (WDY)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018