Bangli (Antaranews Bali) - Polres Bangli menduga warga lingkungan Bukit Tungtung, Desa Songan B, Kintamani, Bali, melakukan bunuh diri, karena depresi berat akibat beban mengurus keluarga yakni suaminya sakit epilepsi yang sering kambuh dan beban merawat anak-anaknya.
"Motif bunuh diri diduga karena depresi akibat beban hidup yang berat karena suami mengidap penyakit epilepsi dan sering kambuh sehingga membebani hidup korban yang harus mengurus anak-anaknya juga," kata Humas Polres Bangli, AKP Sulhadi, di Bangli, Jumat.
Menurut AKP Sulhadi, kronologis kejadian, Kamis (22/3) korban Ni Wayan Armini dengan suaminya I Mustawan (saksi), 25 tahun, sempat makan bersama di rumah, lalu korban pergi ke dapur, namun tidak kunjung kembali. Suaminya kemudian pergi mencari istrinya di sekitar rumah, ternyata tidak ada.
Suaminya kemudian mencarinya ke kebun dan menemukan istrinya tak bernapas lagi, lalu suaminya teriak-teriak minta tolong sehingga I Gede Suka yang juga sebagai saksi dan disusul beberapa warga sekitar berdatangan ke lokasi kejadian serta melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kintamani.
Tim gabungan Polsek Kintamani dan Puskesmas Kintamani sekitar pukul 19.30 Wita ke tempat kejadian. Dokter Dewa Gede Putra kemudian melakukan olah TKP yaitu melakukan pemeriksaan medis, meminta keterangan para saksi kemudian menyimpulkan korban diduga kuat meninggal akibat bunuh diri.
"Hasil pemeriksaan luar pada tubuh korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban," kata Humas Polres Bangli itu.
Ia mengungkapkan bahwa dengan peristiwa bunuh diri ini, sudah ada 15 orang bunuh diri di Kabupaten Bangli hingga Maret 2018. "Tahun 2017, jumlah korban bunuh diri ada 18 orang. Tahun 2016, ada 16 orang. Tahun 2018, hingga Maret sudah ada 15 korban bunuh diri. Semoga ini yang terakhir," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Motif bunuh diri diduga karena depresi akibat beban hidup yang berat karena suami mengidap penyakit epilepsi dan sering kambuh sehingga membebani hidup korban yang harus mengurus anak-anaknya juga," kata Humas Polres Bangli, AKP Sulhadi, di Bangli, Jumat.
Menurut AKP Sulhadi, kronologis kejadian, Kamis (22/3) korban Ni Wayan Armini dengan suaminya I Mustawan (saksi), 25 tahun, sempat makan bersama di rumah, lalu korban pergi ke dapur, namun tidak kunjung kembali. Suaminya kemudian pergi mencari istrinya di sekitar rumah, ternyata tidak ada.
Suaminya kemudian mencarinya ke kebun dan menemukan istrinya tak bernapas lagi, lalu suaminya teriak-teriak minta tolong sehingga I Gede Suka yang juga sebagai saksi dan disusul beberapa warga sekitar berdatangan ke lokasi kejadian serta melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kintamani.
Tim gabungan Polsek Kintamani dan Puskesmas Kintamani sekitar pukul 19.30 Wita ke tempat kejadian. Dokter Dewa Gede Putra kemudian melakukan olah TKP yaitu melakukan pemeriksaan medis, meminta keterangan para saksi kemudian menyimpulkan korban diduga kuat meninggal akibat bunuh diri.
"Hasil pemeriksaan luar pada tubuh korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban," kata Humas Polres Bangli itu.
Ia mengungkapkan bahwa dengan peristiwa bunuh diri ini, sudah ada 15 orang bunuh diri di Kabupaten Bangli hingga Maret 2018. "Tahun 2017, jumlah korban bunuh diri ada 18 orang. Tahun 2016, ada 16 orang. Tahun 2018, hingga Maret sudah ada 15 korban bunuh diri. Semoga ini yang terakhir," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018