Gianyar (Antara Bali) - Spirit topeng sakral Gajah Mada yang dikeramatkan di Puri Ageng Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, diyakini masyarakat setempat secara kasat mata (niskala) mampu memecahkan persoalan yang muncul.
"Banyak masyarakat kita dan dari luar daerah, bahkan mancanegara, memohon berkah keajaiban topeng Gajah Mada itu," kata Penglingsir (tokoh) Puri Ageng Blahbatuh, Anak Agung Kakarsana, Selasa.
Topeng itu, kata Kakarsana sempat digunakan oleh leluhurnya I Gusti Ngurah Djelantik (alm) berperang pada zaman kerajaan Blambangan.
"Sesuai dengan namanya Gajah Mada, topeng itu merupakan simbol pemersatu Nusantara," jelas Anak Agung Kakarsana.
Topeng yang sempat diboyong oleh Presiden Soeharto saat berkuasa pada era orde baru ke istana Jakarta itu, hingga saat ini keberadaannya di Bali sangat disakralkan.
"Sesajen, rangkaian janur dan bunga tetap kami persembahkan di hadapan topeng Gajah Mada itu sebagai ungkapan terima kasih," tutur Anak Agung Kakarsana.
Demikian juga bagi masyarakat yang memohon berkah, jelas Kakarsana mereka tidak boleh sembarangan.
"Sebelum memohon, mereka mesti membawa 'banten pejati' atau sarana upacara bagi Umat Hindu," ujarnya.
Setelah selesai diupacarai oleh Pemangku atau pemimpin upacara umat Hindu, kata Kakarsana barulah para pemedek atau pemohon menghaturkan persembahyangan.
"Banyak yang saya tahu masalah yang dihadapi itu bisa diselesaikan," tutur Anak Agung Kakarsana.
Kesakralan lainnya, kata Anak Agung Kakarsana sewaktu-waktu topeng yang merupakan warisan Maha Patih sakti Gajah Mada itu "tedun" atau dimohon untuk ditarikan dalam sebuah pura pada saat kegiatan berlangsung di tempat suci itu.
"Topeng itu ditarikan sebagai simbolis kalau upacara itu telah selesai dilakukan," kata Anak Agung Kakarsana.
Selain topeng Gajah Mada, pihak Puri juga "menyungsung" atau memuja 20 jenis topeng lainnya.
"Topeng itu sama-sama ditempatkan di gedong Raja Dani, dan dikeluarkan bila ada upacara keagamaan, " jelas Anak Agung Kakarsana.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Banyak masyarakat kita dan dari luar daerah, bahkan mancanegara, memohon berkah keajaiban topeng Gajah Mada itu," kata Penglingsir (tokoh) Puri Ageng Blahbatuh, Anak Agung Kakarsana, Selasa.
Topeng itu, kata Kakarsana sempat digunakan oleh leluhurnya I Gusti Ngurah Djelantik (alm) berperang pada zaman kerajaan Blambangan.
"Sesuai dengan namanya Gajah Mada, topeng itu merupakan simbol pemersatu Nusantara," jelas Anak Agung Kakarsana.
Topeng yang sempat diboyong oleh Presiden Soeharto saat berkuasa pada era orde baru ke istana Jakarta itu, hingga saat ini keberadaannya di Bali sangat disakralkan.
"Sesajen, rangkaian janur dan bunga tetap kami persembahkan di hadapan topeng Gajah Mada itu sebagai ungkapan terima kasih," tutur Anak Agung Kakarsana.
Demikian juga bagi masyarakat yang memohon berkah, jelas Kakarsana mereka tidak boleh sembarangan.
"Sebelum memohon, mereka mesti membawa 'banten pejati' atau sarana upacara bagi Umat Hindu," ujarnya.
Setelah selesai diupacarai oleh Pemangku atau pemimpin upacara umat Hindu, kata Kakarsana barulah para pemedek atau pemohon menghaturkan persembahyangan.
"Banyak yang saya tahu masalah yang dihadapi itu bisa diselesaikan," tutur Anak Agung Kakarsana.
Kesakralan lainnya, kata Anak Agung Kakarsana sewaktu-waktu topeng yang merupakan warisan Maha Patih sakti Gajah Mada itu "tedun" atau dimohon untuk ditarikan dalam sebuah pura pada saat kegiatan berlangsung di tempat suci itu.
"Topeng itu ditarikan sebagai simbolis kalau upacara itu telah selesai dilakukan," kata Anak Agung Kakarsana.
Selain topeng Gajah Mada, pihak Puri juga "menyungsung" atau memuja 20 jenis topeng lainnya.
"Topeng itu sama-sama ditempatkan di gedong Raja Dani, dan dikeluarkan bila ada upacara keagamaan, " jelas Anak Agung Kakarsana.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011