Yogyakarta (Antaranews Bali) - Pemerintah Provinsi Yogyakarta memiliki unit pelaksana teknis (UPT) yang khusus mengembangkan "e-learning" (pembelajaran secara elektronik) atau "kelas maya" yakni Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan (Tekkomdik) Dinas Dispora DI Yogyakarta.
"Kemampuan Tekkomdik dalam mempersiapkan sekolah melaksanakan `kelas maya` itulah yang melandasi Pemprov Bali untuk belajar "e-learning" ke Yogyakarta," kata Sekretaris DPRD Provinsi Bali I Gusti Ngurah Alit yang juga mengikuti kunjungan ke Tekkomdik, Yogyakarta, Jumat.
Di sela-sela mengikuti kunjungan jajaran Humas Pemprov dan pimpinan media dari Bali yang mempelajari "e-learning" di daerah istimewa itu pada 7-9 Maret, ia menjelaskan Bali baru memulai kelas maya di sejumlah SMA sebagai pionir.
"Yogyakarta justru sudah fokus pengembangan pendidikan e-learning dari SD sampai SMA, bahkan sudah memikirkan untuk difabel. Hal yang baik ini tentu harus kami ikuti, termasuk apakah perlu unit khusus atau bagaimana," katanya, didampingi Kabag Publikasi, Pengumpulan dan Penyaringan Informasi Pemprov Bali, Drs Made Ady Mastika.
Sementata itu, Kepala Balai Tekkomdik Dispora Yogyakarta Dra Isti Triasih menegaskan bahwa pihaknya mengawali "kelas maya" itu karena menerima bantuan jaringan ICT EQEP dan IPC dari Pemerintah Jepang, maka bantuan itu tentu akan percuma kalau tidak dikembangkan untuk pembelajaran jarak jauh.
"Jaringan ICT EQEP dan IPC itu mencapai 65 titik server yang menghubungkan Tekkomdik-sekolah secara maya dengan internet, karena itu kami memgembangkan `kelas maya` melalui layanan virtual www.JogjaBelajar.org yang meliputi JB (JogjaBelajar) media, JB tube, JB radio, JB budaya, dan JB Class," katanya.
Menurut dia, JB Class itulah yang menjadi rintisan adanya `kelas maya` di Yogyakarta, sedangkan JB media, JB radio, dan JB budaya merupakan sarana pembelajaran secara youtube, streaming, dan website. Saat ini, jaringan itu dikembangkan secara "mobile" dan juga untuk siswa difabel.
"Kami berusaha untuk terus berubah dan berbenah agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sedemikian cepat," katanya.
JB Class menghubungkan guru dengan siswa dalam kelas maya menggunakan nomor pokok siswa nasional, bahkan orang tua juga mendaftar berdasar nomor induk siswa, sehingga perkembangan siswa dapat dipantau guru dan orang tua.
"Untuk mendukung program Tekkomdik, Pemprov Yogyakarta menganggarkan lewat APBD sekitar Rp9 miliar. Di sini belum ada subsidi khusus untuk siswa, seperti pemberian gratis laptop untuk siswa seperti yang dilakukan Pemkab Badung di Bali, karena PAD di sana sangat tinggi," ujarnya.
Oleh karena itu, ia meyakini Pemprov Bali akan lebih mudah merealisasikan "e-learning" melalui komitmen jajaran pemerintahan serta DPRD setempat, termasuk kerja sama dengan pihak luar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kemampuan Tekkomdik dalam mempersiapkan sekolah melaksanakan `kelas maya` itulah yang melandasi Pemprov Bali untuk belajar "e-learning" ke Yogyakarta," kata Sekretaris DPRD Provinsi Bali I Gusti Ngurah Alit yang juga mengikuti kunjungan ke Tekkomdik, Yogyakarta, Jumat.
Di sela-sela mengikuti kunjungan jajaran Humas Pemprov dan pimpinan media dari Bali yang mempelajari "e-learning" di daerah istimewa itu pada 7-9 Maret, ia menjelaskan Bali baru memulai kelas maya di sejumlah SMA sebagai pionir.
"Yogyakarta justru sudah fokus pengembangan pendidikan e-learning dari SD sampai SMA, bahkan sudah memikirkan untuk difabel. Hal yang baik ini tentu harus kami ikuti, termasuk apakah perlu unit khusus atau bagaimana," katanya, didampingi Kabag Publikasi, Pengumpulan dan Penyaringan Informasi Pemprov Bali, Drs Made Ady Mastika.
Sementata itu, Kepala Balai Tekkomdik Dispora Yogyakarta Dra Isti Triasih menegaskan bahwa pihaknya mengawali "kelas maya" itu karena menerima bantuan jaringan ICT EQEP dan IPC dari Pemerintah Jepang, maka bantuan itu tentu akan percuma kalau tidak dikembangkan untuk pembelajaran jarak jauh.
"Jaringan ICT EQEP dan IPC itu mencapai 65 titik server yang menghubungkan Tekkomdik-sekolah secara maya dengan internet, karena itu kami memgembangkan `kelas maya` melalui layanan virtual www.JogjaBelajar.org yang meliputi JB (JogjaBelajar) media, JB tube, JB radio, JB budaya, dan JB Class," katanya.
Menurut dia, JB Class itulah yang menjadi rintisan adanya `kelas maya` di Yogyakarta, sedangkan JB media, JB radio, dan JB budaya merupakan sarana pembelajaran secara youtube, streaming, dan website. Saat ini, jaringan itu dikembangkan secara "mobile" dan juga untuk siswa difabel.
"Kami berusaha untuk terus berubah dan berbenah agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sedemikian cepat," katanya.
JB Class menghubungkan guru dengan siswa dalam kelas maya menggunakan nomor pokok siswa nasional, bahkan orang tua juga mendaftar berdasar nomor induk siswa, sehingga perkembangan siswa dapat dipantau guru dan orang tua.
"Untuk mendukung program Tekkomdik, Pemprov Yogyakarta menganggarkan lewat APBD sekitar Rp9 miliar. Di sini belum ada subsidi khusus untuk siswa, seperti pemberian gratis laptop untuk siswa seperti yang dilakukan Pemkab Badung di Bali, karena PAD di sana sangat tinggi," ujarnya.
Oleh karena itu, ia meyakini Pemprov Bali akan lebih mudah merealisasikan "e-learning" melalui komitmen jajaran pemerintahan serta DPRD setempat, termasuk kerja sama dengan pihak luar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018