Denpasar (Antaranews Bali) - Nilai impor Provinsi Bali menurun, karena impor berbagai jenis mesin dan alat produksi untuk mendukung usaha ekonomi kreatif di Pulau Dewata mencapai 7,72 juta dolar AS selama bulan Januari 2018 atau menurun 1,30 juta dolar AS (14,41 persen) dibanding bulan Desember 2017 mencapai 9,02 juta dolar AS.
"Nilai impor tersebut dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya juga merosot 1,24 juta dolar AS atau 13.87 persen, karena pada Januari 2017 nilai impor mencapai 8,96 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, berbagai jenis mesin dan alat produksi itu mendatangkan dari mancanegara sebagai bahan baku usaha ekonomi kreatif dan modal kerja dengan harapan mampu memberikan nilai ekonomis, menguntungkan bagi perekonomian, pembangunan, dan tingkat kesejahteraan masyarakat setempat.
Nilai impor tersebut relatif kecil dibandingkan perolehan devisa yang diraih daerah ini sebesar 53,24 juta dolar AS selama Januari 2018 atau meningkat 6,025 juta dolar AS (12,76 persen) dibanding bulan Desember 2017 tercatat 47,22 juta dolar AS.
Komoditas utama yang didatangkan dari luar negeri itu meliputi produk perhiasan (permata) 16,49 persen, produk barang-barang dari kulit 13,96 persen, produk mesin dan perlengkapan mekanik 13,44 persen, produk mesin dan peralatan listrik 8,87 persen serta susu, mentega, dan telur 5,16 persen.
Adi Nugroho menjelaskan, perhiasan dan barang-barang dari kulit yang diimpor tersebut sebagai komponen untuk kelengkapan produk usaha ekonomi kreatif yang digeluti perajin setempat dan produksinya kembali diekspor ke luar negeri dengan nilai yang jauh lebih mahal.
Mengimpor alat-alat produksi dinilai menguntungkan, karena nilai jual komoditas usaha ekonomi kreatif menjadi lebih mahal.
Adi Nugroho menambahkan, aneka jenis komoditas tersebut mendatangkan dari Hong Kong 27,68 persen, Amerika Serikat 12,73 persen, China 8,23 persen, Australia 8,10 persen, dan Italia 5,66 persen. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Nilai impor tersebut dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya juga merosot 1,24 juta dolar AS atau 13.87 persen, karena pada Januari 2017 nilai impor mencapai 8,96 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, berbagai jenis mesin dan alat produksi itu mendatangkan dari mancanegara sebagai bahan baku usaha ekonomi kreatif dan modal kerja dengan harapan mampu memberikan nilai ekonomis, menguntungkan bagi perekonomian, pembangunan, dan tingkat kesejahteraan masyarakat setempat.
Nilai impor tersebut relatif kecil dibandingkan perolehan devisa yang diraih daerah ini sebesar 53,24 juta dolar AS selama Januari 2018 atau meningkat 6,025 juta dolar AS (12,76 persen) dibanding bulan Desember 2017 tercatat 47,22 juta dolar AS.
Komoditas utama yang didatangkan dari luar negeri itu meliputi produk perhiasan (permata) 16,49 persen, produk barang-barang dari kulit 13,96 persen, produk mesin dan perlengkapan mekanik 13,44 persen, produk mesin dan peralatan listrik 8,87 persen serta susu, mentega, dan telur 5,16 persen.
Adi Nugroho menjelaskan, perhiasan dan barang-barang dari kulit yang diimpor tersebut sebagai komponen untuk kelengkapan produk usaha ekonomi kreatif yang digeluti perajin setempat dan produksinya kembali diekspor ke luar negeri dengan nilai yang jauh lebih mahal.
Mengimpor alat-alat produksi dinilai menguntungkan, karena nilai jual komoditas usaha ekonomi kreatif menjadi lebih mahal.
Adi Nugroho menambahkan, aneka jenis komoditas tersebut mendatangkan dari Hong Kong 27,68 persen, Amerika Serikat 12,73 persen, China 8,23 persen, Australia 8,10 persen, dan Italia 5,66 persen. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018