Denpasar (Antaranews Bali) - Fakultas Pendidikan Agama dan Seni Universitas Hindu Indonesia Denpasar menggelar lomba cerdas cermat tingkat SMA/SMK se-Bali, dengan mengujikan sejumlah materi terkait pemahaman agama, budaya dan seni.
"Melalui lomba ini, kami juga ingin mengasah bibit generasi muda Hindu dan menyeimbangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa," kata I Kadek Satria, salah satu tim juri dari Unhi Denpasar, di sela-sela perlombaan tersebut, di Denpasar, Senin.
Satria mengemukakan, materi yang diujikan tetap disesuaikan dengan Kurikulum 2013 yang menyangkut tentang agama Hindu yang mengacu pada tiga kerangka dasar yakni mengenai tatwa (filsafat), susila (etika), dan acara (ritual), selain ditambah dengan materi seni dan budaya Bali.
Meskipun sesungguhnya lomba tersebut diperuntukkan bagi perwakilan SMA/SMK se-Bali, tidak dipungkiri pihaknya cukup kesulitan untuk menjaring peserta, sehingga yang mengikuti hanya 13 kelompok, dan satu kelompok terdiri atas tiga orang siswa.
Satria melihat ada sejumlah kendala yang dihadapi pihak sekolah untuk mengikutsertakan anak didiknya dalam perlombaan di bidang agama yakni kemungkinan minimnya anggaran yang dimiliki dan komitmen pihak SMA/SMK sendiri yang memang kurang.
"Kami melihat, akhir-akhir ini telah terjadi degradasi terhadap mata pelajaran yang berkaitan dengan moral dan etika dan cenderung berorientasi pada kemampuan kognitif," ucapnya yang juga Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Unhi Denpasar itu.
Akibatnya, lanjut dia, pendidikan agama seolah-olah dikesampingkan dan yang diagung-agungkan adalah mata pelajaran eksakta. Jadi, pihak sekolah cenderung akan lebih antusias jika peserta didiknya mengikuti perlombaan yang mengujikan pelajaran Fisika, Matematika, Kimia, Biologi dan mata pelajaran ilmu pasti lainnya.
"Padahal pendidikan yang berkaitan dengan moral dan humaniora itu sangat penting untuk mencetak karakter generasi penerus bangsa," ujarnya.
Namun, Satria sangat mengagumi model pendidikan yang dikembangkan di SMAN Bali Mandara, yang kesemua siswanya diasramakan karena hal tersebut tidak hanya mampu mencetak siswa yang pintar, sekaligus membentuk karakter yang baik.
Dalam lomba tersebut, 13 kelompok peserta SMA/SMK itu awalnya mengikuti babak penyisihan, kemudian dipilih sembilan kelompok untuk maju ke semifinal, dan yang terakhir tiga kelompok maju ke babak final.
Lomba itu merupakan salah satu rangkaian kegiatan menyambut HUT Fakultas Pendidikan Agama dan Seni ke-8, yang mengangkat tema "Saniagam Brahmacari".
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Melalui lomba ini, kami juga ingin mengasah bibit generasi muda Hindu dan menyeimbangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa," kata I Kadek Satria, salah satu tim juri dari Unhi Denpasar, di sela-sela perlombaan tersebut, di Denpasar, Senin.
Satria mengemukakan, materi yang diujikan tetap disesuaikan dengan Kurikulum 2013 yang menyangkut tentang agama Hindu yang mengacu pada tiga kerangka dasar yakni mengenai tatwa (filsafat), susila (etika), dan acara (ritual), selain ditambah dengan materi seni dan budaya Bali.
Meskipun sesungguhnya lomba tersebut diperuntukkan bagi perwakilan SMA/SMK se-Bali, tidak dipungkiri pihaknya cukup kesulitan untuk menjaring peserta, sehingga yang mengikuti hanya 13 kelompok, dan satu kelompok terdiri atas tiga orang siswa.
Satria melihat ada sejumlah kendala yang dihadapi pihak sekolah untuk mengikutsertakan anak didiknya dalam perlombaan di bidang agama yakni kemungkinan minimnya anggaran yang dimiliki dan komitmen pihak SMA/SMK sendiri yang memang kurang.
"Kami melihat, akhir-akhir ini telah terjadi degradasi terhadap mata pelajaran yang berkaitan dengan moral dan etika dan cenderung berorientasi pada kemampuan kognitif," ucapnya yang juga Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Unhi Denpasar itu.
Akibatnya, lanjut dia, pendidikan agama seolah-olah dikesampingkan dan yang diagung-agungkan adalah mata pelajaran eksakta. Jadi, pihak sekolah cenderung akan lebih antusias jika peserta didiknya mengikuti perlombaan yang mengujikan pelajaran Fisika, Matematika, Kimia, Biologi dan mata pelajaran ilmu pasti lainnya.
"Padahal pendidikan yang berkaitan dengan moral dan humaniora itu sangat penting untuk mencetak karakter generasi penerus bangsa," ujarnya.
Namun, Satria sangat mengagumi model pendidikan yang dikembangkan di SMAN Bali Mandara, yang kesemua siswanya diasramakan karena hal tersebut tidak hanya mampu mencetak siswa yang pintar, sekaligus membentuk karakter yang baik.
Dalam lomba tersebut, 13 kelompok peserta SMA/SMK itu awalnya mengikuti babak penyisihan, kemudian dipilih sembilan kelompok untuk maju ke semifinal, dan yang terakhir tiga kelompok maju ke babak final.
Lomba itu merupakan salah satu rangkaian kegiatan menyambut HUT Fakultas Pendidikan Agama dan Seni ke-8, yang mengangkat tema "Saniagam Brahmacari".
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018