Gianyar (Antaranews Bali) - Kecamatan Ubud, yang menjadi destinasi ekowisata dunia, merupakan daerah yang paling banyak perubahan alih lahan pertanian menjadi lahan pariwisata, disusul kecamatan Gianyar dan Sukawati, kata Kadis Pertanian I Made Raka, kepada Antara, di Gianyar, Bali, Minggu.
"Penurunan jumlah luas areal pertanian di kabupaten Gianyar dari 14.420 hektare menjadi 14.376 hektare. Terjadi penurunan sekitar 44 hectare. Peraliban fungsi lahan pertanian paling banyak di kecamatan Ubud," kata Ir Made Raka.
Menurut dia, daerah yang paling berkembang sektor pariwisatanya yakni kecamatan Ubud dan Sukawati di sanalah paling banyak perubahan lahan pertanian menjadi lahan pariwisata seperti untuk pembangunan hotel, resort, restoran, cafe atau villa.
Sedangkan di kecamatan Gianyar, karena merupakan ibukota maka perubahan fungsi lahan pertanian banyak berubah menjadi perkantoran, sekolah, dan tempat tinggal agar para pekerja dapat dekat dengan kantornya.
Akibat dari peralihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan pariwisata dan perkantoran, produksi pertanian di Gianyar juga terus menurun walaupun sudah dilakukan intensifikasi.
Produksi padi tahun 2017 di Kabupaten Gianyar, sebagai salah satu lumbung padi di Bali, mencapai 169.838 ton gabah kering giling (GKG), atau menurun dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya, ungkap Kadis pertanian Gianyar itu.
Dari 169.838 ton GKG diolah menjadi 157.405 ton gabah, kemudian diolah lagi menghasilkan beras sebesar 99.480 ton beras. "Kalau produktivitas pertanian padi di Gianyar rata-rata 60,40 kuintal per hektare atau sama dengan 6,40 ton per hektare," katanya.
Program intensifikasi lahan pertanian untuk padi, lanjut dia, yang dilakukan adalah penerapan sistem padi Jajar Legowo (Jarwo), penggunaan bibit padi hibrida, dan penggunaan traktor bekerjasama dengan Dandim 1616/Gianyar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Penurunan jumlah luas areal pertanian di kabupaten Gianyar dari 14.420 hektare menjadi 14.376 hektare. Terjadi penurunan sekitar 44 hectare. Peraliban fungsi lahan pertanian paling banyak di kecamatan Ubud," kata Ir Made Raka.
Menurut dia, daerah yang paling berkembang sektor pariwisatanya yakni kecamatan Ubud dan Sukawati di sanalah paling banyak perubahan lahan pertanian menjadi lahan pariwisata seperti untuk pembangunan hotel, resort, restoran, cafe atau villa.
Sedangkan di kecamatan Gianyar, karena merupakan ibukota maka perubahan fungsi lahan pertanian banyak berubah menjadi perkantoran, sekolah, dan tempat tinggal agar para pekerja dapat dekat dengan kantornya.
Akibat dari peralihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan pariwisata dan perkantoran, produksi pertanian di Gianyar juga terus menurun walaupun sudah dilakukan intensifikasi.
Produksi padi tahun 2017 di Kabupaten Gianyar, sebagai salah satu lumbung padi di Bali, mencapai 169.838 ton gabah kering giling (GKG), atau menurun dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya, ungkap Kadis pertanian Gianyar itu.
Dari 169.838 ton GKG diolah menjadi 157.405 ton gabah, kemudian diolah lagi menghasilkan beras sebesar 99.480 ton beras. "Kalau produktivitas pertanian padi di Gianyar rata-rata 60,40 kuintal per hektare atau sama dengan 6,40 ton per hektare," katanya.
Program intensifikasi lahan pertanian untuk padi, lanjut dia, yang dilakukan adalah penerapan sistem padi Jajar Legowo (Jarwo), penggunaan bibit padi hibrida, dan penggunaan traktor bekerjasama dengan Dandim 1616/Gianyar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018