Kuta (Antaranews Bali) - Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) memanfaatkan momentum Imlek sebagai ajang promosi pariwisata Tanah Air untuk menggaet wisatawan dari China dengan menggelar perayaan tahun baru seperti layaknya di negara mereka.
"Kami ingin memberikan momen bagi wisatawan `in house` (sedang berlibur) di Bali agar saat Imlek mereka merasa seperti di kampung halamannya, sehingga menjadi kenangan," kata Ketua DPP ASITA Asnawi Bahar ketika menghadiri Festival Imlek Wonderful Indonesia 2018, di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Menurut Asnawi, momentum itu diharapkan menjadi salah satu cara jitu menarik kunjungan turis dari negara dengan ikon panda tersebut, mengingat Imlek merupakan libur panjang di China.
Dia menjelaskan setiap tahun saat libur panjang tersebut, diperkirakan sekitar 250 juta warga China melakukan mudik sekaligus perjalanan wisata ke luar negeri bersama keluarganya.
Namun dari jumlah itu, lanjut dia, Indonesia baru mampu meraup sekitar 2,5 juta wisatawan dari China, jumlah yang dinilai masih jauh dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara.
"Potensi Indonesia itu besar. Kami harapkan dapat mempromosikan potensi yang ada, sehingga jumlah wisatawan itu tidak terbatas di Bali saja. Daerah lain segera memaksimalkan promosi pemasaran dan penjualan," ujarnya lagi.
Sebagai destinasi pariwisata utama Indonesia, Bali diharapkan menyedot lebih banyak wisatawan dari China karena merupakan tujuan favorit turis negeri tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Anak Agung Yuniarta Putra yang hadir dalam festival itu, mengatakan sebagian besar wisatawan China menyukai wisata pantai di Pulau Dewata termasuk berbelanja barang kerajinan khas Bali.
Rata-rata jumlah pengeluaran wisatawan China untuk setiap kunjungan ke destinasi wisata, kata dia, diperkirakan mencapai sekitar 1.000 dolar AS dengan lama tinggal lima hingga enam hari.
"Kunjungan wisatawan dari China sudah mulai naik. Sebelum erupsi per hari kedatangan rata-rata sekitar 15 ribu dan sekarang ini sudah mencapai 17-18 ribu per hari," katanya pula.
Pada festival Imlek tersebut, perayaan tahun baru dilakukan secara khusus yang diwarnai dengan seni budaya khas Bali, kontemporer dan berbaur dengan budaya dari China.
Ketua panitia pelaksana Festival Imlek Heri Sudiarto mengatakan diperkirakan jumlah turis China yang hadir pada perayaan tahun baru di Bali itu sekitar 1.000 yang digelar selama dua hari yakni 15-16 Februari 2018.
"Walaupun mereka ada di luar negeri, tetapi ingin merasakan seperti di rumah sendiri. Untuk itu, kami siapkan secara eksklusif," ujar Heri yang juga Sekretaris Komite China DPP ASITA. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kami ingin memberikan momen bagi wisatawan `in house` (sedang berlibur) di Bali agar saat Imlek mereka merasa seperti di kampung halamannya, sehingga menjadi kenangan," kata Ketua DPP ASITA Asnawi Bahar ketika menghadiri Festival Imlek Wonderful Indonesia 2018, di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Menurut Asnawi, momentum itu diharapkan menjadi salah satu cara jitu menarik kunjungan turis dari negara dengan ikon panda tersebut, mengingat Imlek merupakan libur panjang di China.
Dia menjelaskan setiap tahun saat libur panjang tersebut, diperkirakan sekitar 250 juta warga China melakukan mudik sekaligus perjalanan wisata ke luar negeri bersama keluarganya.
Namun dari jumlah itu, lanjut dia, Indonesia baru mampu meraup sekitar 2,5 juta wisatawan dari China, jumlah yang dinilai masih jauh dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara.
"Potensi Indonesia itu besar. Kami harapkan dapat mempromosikan potensi yang ada, sehingga jumlah wisatawan itu tidak terbatas di Bali saja. Daerah lain segera memaksimalkan promosi pemasaran dan penjualan," ujarnya lagi.
Sebagai destinasi pariwisata utama Indonesia, Bali diharapkan menyedot lebih banyak wisatawan dari China karena merupakan tujuan favorit turis negeri tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Anak Agung Yuniarta Putra yang hadir dalam festival itu, mengatakan sebagian besar wisatawan China menyukai wisata pantai di Pulau Dewata termasuk berbelanja barang kerajinan khas Bali.
Rata-rata jumlah pengeluaran wisatawan China untuk setiap kunjungan ke destinasi wisata, kata dia, diperkirakan mencapai sekitar 1.000 dolar AS dengan lama tinggal lima hingga enam hari.
"Kunjungan wisatawan dari China sudah mulai naik. Sebelum erupsi per hari kedatangan rata-rata sekitar 15 ribu dan sekarang ini sudah mencapai 17-18 ribu per hari," katanya pula.
Pada festival Imlek tersebut, perayaan tahun baru dilakukan secara khusus yang diwarnai dengan seni budaya khas Bali, kontemporer dan berbaur dengan budaya dari China.
Ketua panitia pelaksana Festival Imlek Heri Sudiarto mengatakan diperkirakan jumlah turis China yang hadir pada perayaan tahun baru di Bali itu sekitar 1.000 yang digelar selama dua hari yakni 15-16 Februari 2018.
"Walaupun mereka ada di luar negeri, tetapi ingin merasakan seperti di rumah sendiri. Untuk itu, kami siapkan secara eksklusif," ujar Heri yang juga Sekretaris Komite China DPP ASITA. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018