Singaraja, (Antaranews Bali) - Rekanan Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja Bali yakni PT Rosalisca membantah pembangunan struktur gedung rektorat perguruan tinggi agama negeri itu bermasalah.
"Pembangunan struktur molor karena kelangkaan material pasir akibat erupsi Gunung Agung dan ada penambahan pekerjaan untuk struktur yakni 'basemen' yang jadi satu kesatuan, sesuai rencana awal," kata Penanggung Jawab Pembangunan Rektorat STAHN Mpu Kuturan dari PT Rosalisca, Ketut Siswa Arimbawa, dikonfirmasi dari Singaraja, Sabtu,
Ia mengatakan bahwa hal tersebut menyebabkan pihaknya tidak dapat menyelesaikan pembangunan tepat waktu (90 hari kerja) sesuai kontrak yang harusnya rampung pada 27 Desember 2017, karena itu pihaknya saat ini menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas dengan status penalti, masa tenggang waktu selama 50 hari kerja.
"Saat ini sedang berjalan proses penaltinya. Pembangunan terus dikejar dan kami optimis dapat selesai antara 10-15 hari kedepan," katanya, sembari memaparkan bahwa semua pekerja sedang bekerja keras menyelesaikan proyek itu.
Siswa Arimbawa juga mengungkapkan bahwa permasalahan sama dialami kontraktor-kontraktor yang ada di Pulau Dewata terkait kelangkaan material pasir akibat erupsi Gunung Agung. "Masalah utama ya itu (pasir langka). Sehingga memang sempat terhambat. Saya kira semua kontraktor paham hal itu," tegasnya.
Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pembangunan gedung rektorat, Made Wiraadi mengatakan pembangunan memang benar terlambat selesai dan sudah diberikan penalti.
Bukan hanya sanksi penalti, kontraktor diberikan waktu 50 hari untuk menyelesaiakn sisa proyek yang belum tuntas dikerjakan. "Saat ini sedang berjalan," katanya.
Pembangunan rektorat STAH Negeri Mpu Kuturan merupakan jenis proyek hibah dari Provinsi Bali. Nilai hibah mencapai Rp6 miliar lebih. Pembangunan bersifat 'multiyears' diawali penyelesaikan struktur/rangka gedung rektorat, finishing dan juga pembangunan pendukung lainnya.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat peletakkan batu pertama pembangunan gedun itu menyatakan bahwa pihaknya sangat serius mendukung sektor kependidikan di Buleleng (STAHN) guna mewujudkan lembaga pendidikan Hindu yang berkelas dunia di masa depan. (bgs)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Pembangunan struktur molor karena kelangkaan material pasir akibat erupsi Gunung Agung dan ada penambahan pekerjaan untuk struktur yakni 'basemen' yang jadi satu kesatuan, sesuai rencana awal," kata Penanggung Jawab Pembangunan Rektorat STAHN Mpu Kuturan dari PT Rosalisca, Ketut Siswa Arimbawa, dikonfirmasi dari Singaraja, Sabtu,
Ia mengatakan bahwa hal tersebut menyebabkan pihaknya tidak dapat menyelesaikan pembangunan tepat waktu (90 hari kerja) sesuai kontrak yang harusnya rampung pada 27 Desember 2017, karena itu pihaknya saat ini menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas dengan status penalti, masa tenggang waktu selama 50 hari kerja.
"Saat ini sedang berjalan proses penaltinya. Pembangunan terus dikejar dan kami optimis dapat selesai antara 10-15 hari kedepan," katanya, sembari memaparkan bahwa semua pekerja sedang bekerja keras menyelesaikan proyek itu.
Siswa Arimbawa juga mengungkapkan bahwa permasalahan sama dialami kontraktor-kontraktor yang ada di Pulau Dewata terkait kelangkaan material pasir akibat erupsi Gunung Agung. "Masalah utama ya itu (pasir langka). Sehingga memang sempat terhambat. Saya kira semua kontraktor paham hal itu," tegasnya.
Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pembangunan gedung rektorat, Made Wiraadi mengatakan pembangunan memang benar terlambat selesai dan sudah diberikan penalti.
Bukan hanya sanksi penalti, kontraktor diberikan waktu 50 hari untuk menyelesaiakn sisa proyek yang belum tuntas dikerjakan. "Saat ini sedang berjalan," katanya.
Pembangunan rektorat STAH Negeri Mpu Kuturan merupakan jenis proyek hibah dari Provinsi Bali. Nilai hibah mencapai Rp6 miliar lebih. Pembangunan bersifat 'multiyears' diawali penyelesaikan struktur/rangka gedung rektorat, finishing dan juga pembangunan pendukung lainnya.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat peletakkan batu pertama pembangunan gedun itu menyatakan bahwa pihaknya sangat serius mendukung sektor kependidikan di Buleleng (STAHN) guna mewujudkan lembaga pendidikan Hindu yang berkelas dunia di masa depan. (bgs)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018