Denpasar (Antaranews Bali) - Raut wajah "sumringah" ratusan turis asal China tampak begitu jelas sesaat setelah mereka keluar dari pesawat yang membawanya terbang ke Bali.
Dengan masih mengenakan jaket tebal khas musim dingin, mereka disambut tari Cenderawasih, tari penyambutan khas Pulau Dewata ketika menginjakkan kaki di Terminal Kedatangan Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Sebagian di antara mereka yang mungkin baru pertama kali ke Bali, tidak menyia-nyiakan momentum menonton gerak dinamis penari sembari mengabadikan dengan kamera pribadi mereka.
Maskapai penerbangan Garuda Indonesia benar-benar menyiapkan penyambutan agar mereka merasakan hangatnya liburan di Pulau Dewata, sejenak melupakan dinginnya cuaca di negeri tirai bambu itu.
Penyambutan tersebut menandai penerbangan perdana yang dilayani maskapai penerbangan nasional Indonesia itu dari kota Xian, yang berjarak lebih dari 1.000 kilometer dari Beijing, Ibu Kota China.
Sehari setelah kedatangan turis dari Xian itu, Garuda juga membuka penerbangan langsung dari Bali menuju Zhengzhou, Ibu Kota Provinsi Henan yang berjarak sekitar 700 kilometer dari Beijing.
Penerbangan dari Bali menuju Xian dilayani dua kali dalam seminggu, yakni Senin dan Jumat, menggunakan pesawat Airbus A-330 seri 300 dengan kapasitas 360 kursi ekonomi pukul 16.55 WITA dan tiba di Xian pukul 00.25 waktu setempat.
Sementara itu, penerbangan Xian menuju Bali juga dilayani dua kali dalam setiap minggunya, yakni pada hari Selasa dan Sabtu yang dilayani pukul 01.55 waktu setempat dan tiba di Bali pada pukul 08.25 WITA.
Untuk penerbangan dari Bali menuju Zhengzhou dilayani tiga kali seminggu, yakni Selasa, Kamis, dan Minggu, menggunakan pesawat Airbus A330-300, berangkat pukul 11.35 WITA dan tiba di Zhengzhou pada pukul 18.15 waktu setempat.
Rute sebaliknya dari Zhengzhou menuju Bali dilayani setiap Senin, Rabu, dan Jumat pukul 00.25 waktu setempat dan tiba di Bali pada pukul 07.30 WITA.
Menjawab Target
Direktur Kargo sekaligus membawahi pengembangan rute internasional Garuda Indonesia Sigit Muhartono yang ikut dalam penerbangan dari Xian-Bali mengaku optimistis dengan pembukaan rute baru itu karena terbukti penerbangan perdana tersebut terisi hampir 95 persen.
Pembukaan rute dua kota di China itu pun merupakan salah satu lompatan besar awal tahun 2018.
Sebelumnya, Garuda Indonesa telah melayani sejumlah penerbangan langsung ke China, di antaranya Jakarta-Guangzhou, Jakarta-Beijing, Jakarta-Shanghai, Denpasar-Beijing, Denpasar-Guangzhou, Denpasar-Shanghai, dan Denpasar-Chengdu yang semuanya dilayani pergi pulang (p.p.).
Tingginya keinginan wisatawan khususnya dari China daratan yang berlibur di Pulau Dewata membuat pihaknya, yakin pembukaan dua rute itu akan memberikan kontribusi besar bagi profit perusahaan.
Namun, tidak kalah penting tentunya berkontribusi bagi geliat pariwisata di Bali dan Indonesia yang sempat mengalami "turbulensi" ketika Gunung Agung erupsi jelang akhir tahun 2017.
Dibukanya rute tersebut, membuat keran wisatawan akan mengalir deras di Indonesia sekaligus menjadi salah satu jawaban target wisatawan mancanegara tahun ini yang diproyeksikan mencapai 17 juta orang.
Setiap tahunnya, dari data sejumlah statistik, rata-rata orang China ke luar negeri untuk berlibur mencapai sekitar 120 juta orang. Jumlah tersebut merupakan potensi besar untuk digarap Indonesia untuk meraup salah satu pasar gemuk pariwisata itu.
Asosiasi Perjalanan Wisata China (CATS) dan Tuniu, dua agen perjalanan wisata besar di negeri itu mengatakan bahwa Pulau Bali menjadi salah satu destinasi favorit, khususnya bagi masyarakat China daratan.
Suhu hangat dan budaya Bali memikat mereka untuk berlibur, bahkan kedua lembaga tersebut menyatakan masyarakat daratan Cina itu tidak akan melewatkan liburan Imlek yang bertepatan dengan liburan semester sekolah.
Wisatawan dari Beijing Lielee antusias liburan awal tahun di Kuta, Bali dan Yogyakarta yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari bersama suami dan kedua mertuanya selama 2 pekan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat wisatawan dari China pada periode Januari s.d. November 2017 mencapai 1,37 juta orang (25,5 persen) menjadikan negara itu bertengger di posisi pertama kunjungan wisman.
Posisi kedua disusul Australia sebanyak 1.000.000 orang (18,8 persen) dan ketiga wisatawan asal India mencapai 243.000 orang atau naik 48,2 persen dari data periode sama pada tahun 2016.
Saran yang mungkin patut didengar dari para pelaku industri pariwisata bahwa perlu ada kebijakan yang terkoordinasi antara pusat dan daerah saat terjadi letusan Gunung Agung, agar tidak menyebabkan kepanikan akibat diliputi bayangan kerugian para agen secara finansial.
Rute Lain
Staf Khusus Menteri Pariwisata Judi Rifayantoro mengatakan bahwa Bali merupakan kunci utama pariwisata Indonesia karena tetap menjadi magnet wisatawan asing meski Kementerian Pariwisata tengah menggalakkan 10 destinasi "Bali Baru".
Ia mengatakan bahwa rute baru dari negeri dengan ikon Panda itu merupakan keputusan tepat mengingat China merupakan pasar utama pariwisata Indonesia.
Apalagi, menjelang Imlek, kemungkinan jutaan warga China akan berlibur ke luar negeri dan diharapkan Bali menjadi salah satu destinasi yang menarik mereka berwisata.
Dengan begitu, pemerintah dapat meningkatkan realisasi saat ini yang baru mencapai sekitar 2 persen atau mencapai 2,4 juta orang dari sekitar 120 juta potensi wisatawan China.
Jumlah itu masih jauh dibandingkan destinasi lain di ASEAN, seperti Thailand yang bisa meraup 8.000.000 turis China.
Judi mengharapkan maskapai lain juga ikut membuka rute baru menyasar pasar potensial penyumbang pariwisata Indonesia karena saat ini masih kekurangan kapasitas kursi untuk rute internasional.
Kalaupun semua kapasitas kini dimanfaatkan, kata Judi, hal itu belum mampu mendukung target kunjungan wisman tahun ini sebanyak 17 juta orang.
Artinya, lanjut dia, Indonesia masih perlu membuka rute baru lain yang menjanjikan bagi pariwisata.
Pasar potensial lain perlu mendapat perhatian bersama, di antaranya wisatawan India yang sejak beberapa tahun terakhir pertumbuhannya meningkat hingga 36 persen.
Sebagian besar wisatawan dari India yang berkunjung di Bali, lanjut Judi, masih transit di Bangkok atau Malaysia.
Garuda Indonesia berencana membuka penerbangan langsung Bali-Mumbai tahun ini karena potensi pasar yang besar ditandai dengan pertumbuhan wisatawan dari negeri dengan ikon Taj Mahal itu ke Bali yang relatif cukup tinggi.
Selain Mumbai, Garuda juga berencana memperluas kembali pasar di China, seperti melayani rute Kumning dan Shenyang setelah melakukan penerbangan perdana Bali-Xian dan Zhengzhou.
Kementerian Pariwisata mengharapkan pasar-pasar potensial digarap optimal, seperti Australia, Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat dengan didukung sejumlah pihak, termasuk maskapai penerbangan.
Masalahnya, konektivitas yang rendah karena minimnya penerbangan langsung maskapai menjadi salah satu tantangan yang perlu diwujudkan guna menangkap potensi "pasar gemuk" wisman itu.
Maskapai penerbangan memiliki pertimbangan tertentu, diantaranya menyangkut keterisian kursi atau "load factor" dan strategi khusus mendatangkan lebih banyak wisatawan mancanegara. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018