Denpasar (Antaranews Bali) - Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara Denpasar, Bali, semakin menguatkan peran untuk mendorong para generasi muda mendirikan bisnis pemula teknologi, serta memberikan berbagai program pendampingan dan pelatihan dalam membantu pengembangan bisnis. 

"Kami terus memberikan peluang kepada generasi muda untuk mengembangkan prospek bisnisnya. Untuk itu kehadiran inkubator bisnis dirasakan penting untuk memberikan pendampingan dan penguatan pengembangan `startup` di Bali," kata Ketua Yayasan Primakara Denpasar Made Artana disela pameran teknologi di Denpasar, Jumat.

Ia mengajak para pemula (startup) teknologi dalam berbagai pameran untuk memperkenalkan produk atau aplikasinya ke publik. Salah satunya melalui pameran produk inovasi teknologi Inkubator Bisnis STMIK Primakara yang digelar saat ini.

"Pameran kali ini diikuti para `startup atau technopreneur` yang menjadi binaan Inkubator Bisnis STMIK Primakara," kata Artana yang didampingi Ketua STMIK Primakara I Gusti Bagus Made Wiradharma.

Artana menyebutkan sejumlah "startup" teknologi yang diikutkan dalam pameran tersebut menawarkan berbagai inovasi yang mampu menjawab berbagai permasalahan dan memudahkan berbagai pekerjaan. Misalnya produk inovasi teknologi bernama "Single Use Puzzle Splint".

Produk tersebut, kata dia, adalah besutan Patriat Medical & Device ini merupakan bidai patah tulang yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai dengan harga terjangkau. Begitu juga biodisel milik Yayasan Lengis Hijau, Daksa Digital Teknologi, dan NgantriGakStress.com yang merupakan aplikasi antrian untuk para dokter.

Selain itu, ada alat inovasi teknologi lainnya yang cukup menarik yakni "Ponkod" yang merupakan alat bantu panjat pohon kelapa. Dipamerkan pula aplikasi "Simade" yang membantu pengelolaan data kependudukan di kelurahan atau desa serta aplikasi Kostpedia yang membantu memudahkan masyarakat dalam mencari hunian sewa seperti kos dan kontrakan.

Artana mengatakan Inkubator Bisnis STMIK Primakara menjadi semacam tempat bagi para penggiat startup khususnya dari kalangan mahasiswa untuk menjalankan bisnis secara riil di kampus.

"Harapan kami adalah mereka membangun bisnis sejak masih di bangku kuliah sehingga setelah tamat mereka dapat gelar akademik, dan juga punya usaha," kata Artana.

Di tahun mendatang diharapkan semakin banyak mahasiswa STMIK Primakara yang bisa dibina di inkubator bisnis. Hal itu tentu akan semakin mengembangkan ekosistem "startup" dan mewujudkan visi kampus menciptakan "technopreneur" di kalangan mahasiswa.

"Kami akan menggalakkan kampanye untuk mencetak lebih banyak `technopreneur` dan mengajak semakin banyak mahasiswa agar bisa memanfaatkan pembinaan di inkubator bisnis agar mereka bisa menjalankan usahanya sejak di bangku kuliah," ujar Artana.

Hal senada disampaikan Ketua STMIK PrimakaraDenpasar Gusti Wiradharma, bahwa sebagai kampus "technopreneur" STMIK Primakara tentu akan menguatkan inkubator bisnis sebagai wahana untuk membina para calon-calon pelaku usaha startup yang mandiri dan berdaya saing di masa depan.

"Sebagai kampus `technopreneur` kami fokus pada upaya mencetak `job creator` (pencipta peluang kerja) bukan job seeker (pencari kerja). Kami ingin memperbanyak pengusaha di bidang teknologi yang mampu bersaing di tingkat global," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Inkubator Bisnis STMIK Primakara Bagus Putu Wahyu Nirmala menambahkan pameran "start up" peserta inkubasi bisnis ini juga dimaksudkan untuk memperkenalkan lebih luas produk atau aplikasi inovasi besutan peserta kepada publik.

"Ada delapan produk inovasi yang kami hadirkan dari 26 tenan (usaha) yang kami bina di inkubator bisnis. Kami harapkan produk mereka bisa diterima publik dan bisa semakin dikembangkan," katanya. (WDY)

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017