Kabupaten Karangasem, Bali pascaerupsi Gunung Agung yang kini masih berstatus awas (level IV) tetap mempunyai tekad dan semangat besar dalam mengentaskan kemiskinan dengan membangkitkan ekonomi kreatif yang banyak digeluti masyarakat setempat.
Karangasem, salah satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali yang masih banyak mempunyai kantong-kantong kemiskinan di sejumlah banjar dan desa yang masyarakatnya bekerja sebagai petani, peternak maupun nelayan yang bermukim di pesisir pantai.
Selama ini, masyarakat setempat menggeluti usaha ekonomi kreatif antara kain kelompok anyaman bambu di Desa Buana Giri Kecamatan Bebandem, kelompok batok kelapa Desa Waling Kecamatan Abang, dan kelompok tenun endek di Desa Telaga Tawang Sidemen.
Selain itu, kelompok usaha perak di Desa Padangkerta Kecamatan Karangasem, kelompok perasi lontar Yoana Kerta, kelompok perajin daun lontar Dwi Tunggal Munti dan kelompok perajin perak tara silver Manggis.
Di tengah kelesuan ekonomi, akibat sebagian masyarakatnya masih mengungsi karena Gunung Agung setinggi 3.142 mdpl berstatus Awas dalam radius 8-10 kilometer itu, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumantri, melakukan terobosan untuk membangkitkan usaha ekonomi kreatif, guna mendukung pengembangan sektor pariwisata di daerah setempat.
Kegiatan dilakukan dengan mengadakan sosialisasi ekonomi kreatif dengan merangkul para perajin dan wirausaha yang selama ini telah mengembangkan usaha secara mandiri, untuk meningkatkan pemahaman potensi dan mendorong para pelaku ekonomi dalam menciptakan serta membentuk mental kreatif dan inovatif.
"Sosialisasi tersebut merupakan hasil kerja sama antara Badan Ekonomi Kreatif dengan Pemerintah Kabupaten Karangasem yang melibatkan jajaran seluruh organisasi perangkat daerah (OPD)," kata Kepala Bagian Ekonomi Setda Kabupaten Karangasem, I Made Susila.
Sosialisasi ekonomi kreatif itu diharapkan akan mampu meningkatkan pemahaman tentang potensi pengembangan ekonomi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah ujung timur Pulau Bali itu.
Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreatif dengan mengandalkan gagasan atau sebuah upaya untuk mengembangkan dan menggali kreativitas pelaku ekonomi dalam melakukan usaha sendiri.
Untuk itu para pelaku ekonomi kreatif dapat mengembangkan usaha dengan gagasan baru yang mampu menghasilkan produk yang unik dan bermutu sehingga diminati konsumen dalam dan luar negeri.
Bupati Mas Sumantri mengajak seluruh pelaku ekonomi kreatif meningkatkan beraktivitas, mengingat ekonomi kreatif memiliki potensi dan peran strategis dalam meningkatkan perekonomian dan memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
Upaya tersebut diharapkan mampu menciptakan peluang kerja yang lebih luas, dengan harapan mampu mengurangi keluarga miskin dan memberdayakan masyarakat di Kabupaten Karangasem, khususnya di sentra-sentra kantong kemiskinan.
Dalam mengentaskan masalah kemiskinan tersebut, Bupati I Gusti Ayu Mas Sumatri mengajak semua pihak untuk menjaga komitmen bersama dalam membangun daerah ujung timur Pulau Bali itu menjadi lebih baik dan sejahtera.
Untuk itu, seluruh masyarakat, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), pengusaha, dan konsultan bersama-sama berkomitmen membangun Kabupaten Karangasem menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat agar mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, sekaligus mengatasi masalah kemiskinan.
Terkecil Kedua Nasional
Dalam perjalanan memimpin "daerah" Gunung Agung itu, Bupati perempuan pertama di Karangasem itu memulai dari program penataan birokrasi, program pemberdayaan masyarakat, hingga program pembangunan infrastruktur.
Hasilnya, sejumlah program yang dituangkan dalam visi misinya saat berkampanye itu terlaksana dengan baik dan bahkan sebagian mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Pusat, antara lain penghargaan Nirwasita Tantra Award 2016.
Selain itu prestasi dalam bidang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 2016 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN dan RB) serta penghargaan Kabupaten Peduli Hak Asasi Manusia (HAM) 2016 dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
"Langkah yang kami lakukan tersebut sudah mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Pusat. Begitu juga seni dan budaya kami telah meraih juara umum Parade Busana Tingkat Nasional serta Rekor MURI yakni Tari Genjek Massal," ujar Bupati I Gusti Ayu Mas Sumatri.
Langkah Bupati Karangasem itu dinilai Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mampu mengusahakan penduduk miskin di Karangasem masuk kategori rendah yakni 4,25 persen pada Maret 2017, atau merupakan persentase terkecil kedua tingkat nasional setelah DKI Jakarta yang tercatat 3.77 persen.
"Di Bali sendiri, tingkat kemiskinan selama dua tahun terakhir berkisar 4,15 persen hingga 4,25 persen sehingga pergeseran penurunan atau kenaikan cenderung melandai. Angka kemiskinan di Pulau Dewata pada Maret 2017 sebesar 4,25 persen atau terjadi kenaikan 0,10 persen dibandingkan dengan bulan September 2016 tercatat 4,15 persen," kata Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho.
Angka kemiskinan di daerah perkotaan pada bulan Maret 2017 mencapai 3,58 persen, sedikit bergeser dibandingkan dengan keadaan bulan September 2016 yang mencapai 3,53 persen, sedangkan angka kemiskinan di daerah perdesaan bergeser dari 5,21 persen pada bulan September 2016 menjadi 5,45 persen pada Maret 2017.
"Hal itu akibat peranan komoditas makanan jauh lebih besar dibandingkan dengan komoditas non-makanan terhadap pembentukan garis kemiskinan pada bulan Maret 2017. Komoditas makanan memberikan sumbangan sebesar 69,15 persen dan komoditas non-makanan hanya sebesar 30,85 persen," katanya.
Untuk mengentaskan masalah kemiskinan di Pulau Dewata itu, Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta meminta agar upaya dan sinergi berbagai komponen untuk menanggulangi kemiskinan dapat diperkuat, di tengah persoalan pemenuhan kebutuhan dasar yang semakin kompleks dan degradasi nilai mental dan moral masyarakat.
Hal itu penting karena penanggulangan kemiskinan tidak lepas dari peran seluruh unsur pemerintahan, pelaku usaha, sektor swasta dan juga masyarakat. Untuk itu perlu memperkuat sinergi yang ada untuk menuntaskan kemiskinan di Bali.
Penanggulangan kemiskinan agar dapat terlaksana lebih terukur dan efektif, maka Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dituntut bekerja maksimal dalam pengentasan kemiskinan daerah.
Demikian pula dapat lebih berperan dalam mewujudkan koordinasi dan sinkronisasi untuk program penanggulangan kemiskinan di daerah secara terus-menerus, meskipun tingkat kemiskinan Provinsi Bali termasuk dalam kategori rendah, dalam skala nasional Provinsi Bali menempati peringkat kedua terendah.
Angka kemiskinan di Provinsi Bali dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami fluktuasi dan berhasil ditekan pada angka 4,25 persen pada awal 2017. Namun hal ini tidak menyurutkan komitmen Pemprov Bali untuk terus berupaya menurunkan angka kemiskinan tersebut, ujar Wagub Ketut Sudikerta.
Agaknya, langkah Pemkab Karangasem melalui pemberdayaan potensi daerah, di antaranya ekonomi kreatif, dapat menjadi solusi dalam pengentasan kemiskinan, sekaligus mendorong perekonomian daerah di tengah bencana erupsi di Gunung Agung yang sulit diprediksi waktu berakhirnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Karangasem, salah satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali yang masih banyak mempunyai kantong-kantong kemiskinan di sejumlah banjar dan desa yang masyarakatnya bekerja sebagai petani, peternak maupun nelayan yang bermukim di pesisir pantai.
Selama ini, masyarakat setempat menggeluti usaha ekonomi kreatif antara kain kelompok anyaman bambu di Desa Buana Giri Kecamatan Bebandem, kelompok batok kelapa Desa Waling Kecamatan Abang, dan kelompok tenun endek di Desa Telaga Tawang Sidemen.
Selain itu, kelompok usaha perak di Desa Padangkerta Kecamatan Karangasem, kelompok perasi lontar Yoana Kerta, kelompok perajin daun lontar Dwi Tunggal Munti dan kelompok perajin perak tara silver Manggis.
Di tengah kelesuan ekonomi, akibat sebagian masyarakatnya masih mengungsi karena Gunung Agung setinggi 3.142 mdpl berstatus Awas dalam radius 8-10 kilometer itu, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumantri, melakukan terobosan untuk membangkitkan usaha ekonomi kreatif, guna mendukung pengembangan sektor pariwisata di daerah setempat.
Kegiatan dilakukan dengan mengadakan sosialisasi ekonomi kreatif dengan merangkul para perajin dan wirausaha yang selama ini telah mengembangkan usaha secara mandiri, untuk meningkatkan pemahaman potensi dan mendorong para pelaku ekonomi dalam menciptakan serta membentuk mental kreatif dan inovatif.
"Sosialisasi tersebut merupakan hasil kerja sama antara Badan Ekonomi Kreatif dengan Pemerintah Kabupaten Karangasem yang melibatkan jajaran seluruh organisasi perangkat daerah (OPD)," kata Kepala Bagian Ekonomi Setda Kabupaten Karangasem, I Made Susila.
Sosialisasi ekonomi kreatif itu diharapkan akan mampu meningkatkan pemahaman tentang potensi pengembangan ekonomi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah ujung timur Pulau Bali itu.
Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreatif dengan mengandalkan gagasan atau sebuah upaya untuk mengembangkan dan menggali kreativitas pelaku ekonomi dalam melakukan usaha sendiri.
Untuk itu para pelaku ekonomi kreatif dapat mengembangkan usaha dengan gagasan baru yang mampu menghasilkan produk yang unik dan bermutu sehingga diminati konsumen dalam dan luar negeri.
Bupati Mas Sumantri mengajak seluruh pelaku ekonomi kreatif meningkatkan beraktivitas, mengingat ekonomi kreatif memiliki potensi dan peran strategis dalam meningkatkan perekonomian dan memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
Upaya tersebut diharapkan mampu menciptakan peluang kerja yang lebih luas, dengan harapan mampu mengurangi keluarga miskin dan memberdayakan masyarakat di Kabupaten Karangasem, khususnya di sentra-sentra kantong kemiskinan.
Dalam mengentaskan masalah kemiskinan tersebut, Bupati I Gusti Ayu Mas Sumatri mengajak semua pihak untuk menjaga komitmen bersama dalam membangun daerah ujung timur Pulau Bali itu menjadi lebih baik dan sejahtera.
Untuk itu, seluruh masyarakat, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), pengusaha, dan konsultan bersama-sama berkomitmen membangun Kabupaten Karangasem menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat agar mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, sekaligus mengatasi masalah kemiskinan.
Terkecil Kedua Nasional
Dalam perjalanan memimpin "daerah" Gunung Agung itu, Bupati perempuan pertama di Karangasem itu memulai dari program penataan birokrasi, program pemberdayaan masyarakat, hingga program pembangunan infrastruktur.
Hasilnya, sejumlah program yang dituangkan dalam visi misinya saat berkampanye itu terlaksana dengan baik dan bahkan sebagian mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Pusat, antara lain penghargaan Nirwasita Tantra Award 2016.
Selain itu prestasi dalam bidang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 2016 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN dan RB) serta penghargaan Kabupaten Peduli Hak Asasi Manusia (HAM) 2016 dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
"Langkah yang kami lakukan tersebut sudah mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Pusat. Begitu juga seni dan budaya kami telah meraih juara umum Parade Busana Tingkat Nasional serta Rekor MURI yakni Tari Genjek Massal," ujar Bupati I Gusti Ayu Mas Sumatri.
Langkah Bupati Karangasem itu dinilai Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mampu mengusahakan penduduk miskin di Karangasem masuk kategori rendah yakni 4,25 persen pada Maret 2017, atau merupakan persentase terkecil kedua tingkat nasional setelah DKI Jakarta yang tercatat 3.77 persen.
"Di Bali sendiri, tingkat kemiskinan selama dua tahun terakhir berkisar 4,15 persen hingga 4,25 persen sehingga pergeseran penurunan atau kenaikan cenderung melandai. Angka kemiskinan di Pulau Dewata pada Maret 2017 sebesar 4,25 persen atau terjadi kenaikan 0,10 persen dibandingkan dengan bulan September 2016 tercatat 4,15 persen," kata Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho.
Angka kemiskinan di daerah perkotaan pada bulan Maret 2017 mencapai 3,58 persen, sedikit bergeser dibandingkan dengan keadaan bulan September 2016 yang mencapai 3,53 persen, sedangkan angka kemiskinan di daerah perdesaan bergeser dari 5,21 persen pada bulan September 2016 menjadi 5,45 persen pada Maret 2017.
"Hal itu akibat peranan komoditas makanan jauh lebih besar dibandingkan dengan komoditas non-makanan terhadap pembentukan garis kemiskinan pada bulan Maret 2017. Komoditas makanan memberikan sumbangan sebesar 69,15 persen dan komoditas non-makanan hanya sebesar 30,85 persen," katanya.
Untuk mengentaskan masalah kemiskinan di Pulau Dewata itu, Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta meminta agar upaya dan sinergi berbagai komponen untuk menanggulangi kemiskinan dapat diperkuat, di tengah persoalan pemenuhan kebutuhan dasar yang semakin kompleks dan degradasi nilai mental dan moral masyarakat.
Hal itu penting karena penanggulangan kemiskinan tidak lepas dari peran seluruh unsur pemerintahan, pelaku usaha, sektor swasta dan juga masyarakat. Untuk itu perlu memperkuat sinergi yang ada untuk menuntaskan kemiskinan di Bali.
Penanggulangan kemiskinan agar dapat terlaksana lebih terukur dan efektif, maka Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dituntut bekerja maksimal dalam pengentasan kemiskinan daerah.
Demikian pula dapat lebih berperan dalam mewujudkan koordinasi dan sinkronisasi untuk program penanggulangan kemiskinan di daerah secara terus-menerus, meskipun tingkat kemiskinan Provinsi Bali termasuk dalam kategori rendah, dalam skala nasional Provinsi Bali menempati peringkat kedua terendah.
Angka kemiskinan di Provinsi Bali dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami fluktuasi dan berhasil ditekan pada angka 4,25 persen pada awal 2017. Namun hal ini tidak menyurutkan komitmen Pemprov Bali untuk terus berupaya menurunkan angka kemiskinan tersebut, ujar Wagub Ketut Sudikerta.
Agaknya, langkah Pemkab Karangasem melalui pemberdayaan potensi daerah, di antaranya ekonomi kreatif, dapat menjadi solusi dalam pengentasan kemiskinan, sekaligus mendorong perekonomian daerah di tengah bencana erupsi di Gunung Agung yang sulit diprediksi waktu berakhirnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017