Jakarta (Antaranews Bali) - Komunitas Internet Seluler Indonesia (KISI) menganggap informasi "hoax" muncul akibat eskalasi politik nasional meningkat.
"Penyebaran hoax menjadi trending dalam lima tahun belakangan ini melalui media sosial yang tidak terlepas dari situasi memanasnya eskalasi politik di Tanah Air," kata pengurus KISI Muhammad Iqbal di Jakarta Sabtu.
Iqbal yang menjadi ketua penyelenggara diskusi bertemakan "Generasi Milenial Tanpa Hoax" itu mengungkapkan hoax merupakan informasi palsu, berita bohong atau fakta yang diplintir atau direkayasa untuk tujuan lelucon maupun politis.
Pembina KISI Edy Haryanto menyatakan KISI berdiri sejak 2009 untuk mencegah fenomena yang terjadi terkait penyebaran informasi tidak berimbang melalui aplikasi telepon selular.
"Selama sembilan tahun KISI aktif mengadakan gathering komunitas media sosial untuk menangkal hoax," ujar Edy.
Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta Musni Umar mengingatkan mahasiswa tidak menyebarluaskan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
"Harus dicari kebenarannya dan kalau bisa lngsung konfirmasi kepada sumbernya," ujar Musni.
Musni menuturkan media sosial efektif menyebarkan hoax lantaran masyarakat cenderung percaya terhadap informasi yang beredar.
Kepala Departemen Sumber Daya Kementerian Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga M Bagus sepakat mahasiswa maupun masyarakat menghindari pengiriman video atau informasi yang menimbulkan pertikaian.
"Karena 51 persen kasus penyebaran isu hoax sudah ke jalur hukum jadi jangan sampai dengan hoax ini kita (mahasiswa) bersinggungan dengan hukum," ucap Bagus.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Penyebaran hoax menjadi trending dalam lima tahun belakangan ini melalui media sosial yang tidak terlepas dari situasi memanasnya eskalasi politik di Tanah Air," kata pengurus KISI Muhammad Iqbal di Jakarta Sabtu.
Iqbal yang menjadi ketua penyelenggara diskusi bertemakan "Generasi Milenial Tanpa Hoax" itu mengungkapkan hoax merupakan informasi palsu, berita bohong atau fakta yang diplintir atau direkayasa untuk tujuan lelucon maupun politis.
Pembina KISI Edy Haryanto menyatakan KISI berdiri sejak 2009 untuk mencegah fenomena yang terjadi terkait penyebaran informasi tidak berimbang melalui aplikasi telepon selular.
"Selama sembilan tahun KISI aktif mengadakan gathering komunitas media sosial untuk menangkal hoax," ujar Edy.
Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta Musni Umar mengingatkan mahasiswa tidak menyebarluaskan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
"Harus dicari kebenarannya dan kalau bisa lngsung konfirmasi kepada sumbernya," ujar Musni.
Musni menuturkan media sosial efektif menyebarkan hoax lantaran masyarakat cenderung percaya terhadap informasi yang beredar.
Kepala Departemen Sumber Daya Kementerian Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga M Bagus sepakat mahasiswa maupun masyarakat menghindari pengiriman video atau informasi yang menimbulkan pertikaian.
"Karena 51 persen kasus penyebaran isu hoax sudah ke jalur hukum jadi jangan sampai dengan hoax ini kita (mahasiswa) bersinggungan dengan hukum," ucap Bagus.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017