Denpasar (Antara Bali) - Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (SAR) Denpasar meminta warga menghindari aliran lahar hujan, termasuk tidak berkerumum di jembatan untuk menyaksikan fenomena alam itu.

"Masyarakat perlu menyadari risiko bahaya yang bisa terjadi. Kami imbau jauhi jembatan dan pinggiran sungai," kata Kepala SAR Denpasar Ketut Gede Ardana di Denpasar, Kamis.

Menurut Ardana, tim SAR bersama petugas Pemadam Kebakaran memantau Jembatan Biaung di Desa Selat, Karangasem, karena banyaknya warga yang menonton aliran lahar hujan yang mengalir di bawah jembatan tersebut.

Dalam kesempatan itu tim SAR mewanti-wanti warga untuk tidak berkerumum di jembatan dan menjauhi aliran lahar hujan karena bahaya jembatan bisa saja roboh karena derasnya aliran lahar hujan.

Aliran lahar hujan tersebut mengalir deras terbawa arus Sungai Biaung yang berujung di Sungai (tukad) Unda di Kabupaten Klungkung.

Tim SAR juga memantau sungai lainya, yakni Yeh Sah di Desa Muncan, Rendang yang juga dilalui aliran lahar hujan yang mengalir.

Senada dengan Ardana, Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan kekuatan material banjir lahar hujan mampu menggerus pondasi jembatan sehingga mudah roboh.

Hal tersebut pernah terjadi saat lahar hujan terjadi ketika Gunung Merapi meletus tahun 2010, sebanyak 29 jembatan roboh karena pondasi tergerus aliran.

Berdasarkan laporan dari PVMBG pada periode Kamis (30/11) pukul 00.00 Wita hingga 06.00 Wita, teramati asap kawah bertekanan sedang berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 2.000 meter di atas puncak kawah.

Pos pantau merekam adanya kegempaan vulkanik dangkal sebanyak tiga kali, vulkanik dalam (2) disertai tremor menerus terekam dengan amplitudo 1-2 milimeter.(WDY) 

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017