Denpasar (Antara Bali) - Yayasan Peduli Kemanusiaan (YPK) Bali mendorong warga cacat yang kondisi ekonominya kurang mampu agar bisa mandiri dengan diberikan pelayanan fisioterapi dan okupasi terapi secara cuma-cuma.

"Kami membantu para pasien agar bisa menggerakkan kembali anggota tubuh, khsususnya yang berhubungan dengan masalah kelainan tulang, sekaligus memotivasi dan menumbuhkan kepercayaan diri mereka," kata pendiri YPK Bali Purnawan Budisetia di Denpasar, Jumat.

Ditemui di kantor yayasannya di Jalan Sekar Tunjung No 37 Denpasar, ia menjelaskan, yayasan yang didirikan tahun 2001 atau sejak sepuluh tahun silam itu sepenuhnya bergerak dalam kegiatan sosial.

"Saya bersama sejumlah rekan, antara lain dr Jonatan Mulia (almarhum), saat itu merasa tergerak untuk berbuat demi kemanusiaan membantu orang yang mengalami kecacatan tubuh, khususnya dari golongan masyarakat miskin," ujar Purnawan Budisetia.

Rehabilitasi dan terapi yang diberikan YPK, lanjutnya, berhubungan dengan penanganan lambat tumbuh kembang anak, kelainan berbagai bentuk tulang, penderita stroke, dan trauma fisik akibat kecelakaan.

"Hingga Juni 2011, total pasien yang kami tangani berjumlah 364 orang, dengan rincian 321 diantaranya dilayani langsung di yayasan, sedangkan 43 orang kami bantu melalui program rehabilitasi keliling," ucap dia.

Purnawan mengungkapkan, 80 persen dari pasien yang telah ditangani YPK berasal dari golongan masyarakat miskin. Pihaknya menyediakan armada penjemputan bagi para pasien miskin yang mengalami kesulitan transportasi menuju tempat terapi.

"Semua layanan yang kami berikan kepada mereka itu tidak dipungut biaya sepeser pun. Memang kami tak menutup kotak donasi, jika ada pasien yang ingin menyumbang untuk yayasan, mau diisi berapa pun tidak masalah. Tidak memberikan donasi pun tidak apa-apa, karena kami tulus ingin melayani sesama," tutur Purnawan Budisetia.

Ia menjelaskan, YPK  berbeda dengan klinik fisioterapi tulang di rumah sakit maupun tempat pijat. Jika di kedua tempat itu sekali pasien datang, entah dia mau datang lagi atau tidak untuk melanjutkan terapinya tentu tak menjadi masalah..

"Namun di YPK penanganannya berbeda, pasien akan diperhatikan secara berlanjut, sehingga terapi didampingi hingga mereka bisa mandiri. Kami sama sekali tidak menggunakan obat-obatan dalam melayani pasien," katanya.  

Layanan fisioterapi yang dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya melalui peregangan secara manual, menggunakan alat elektroterapi, dan peralatan senam atau olahraga.

Sedangkan untuk okupasi terapi, dilakukan dengan mengajak pasien melatih menggerakkan bagian tangan dan kaki pasien menggunakan alat-alat sederhana maupun dengan praktik kegiatan sehari-hari.

Purnawan mencontohkan, untuk pasien yang mengalami kesulitan menggerakkan tangan, salah satu bentuk latihan dilakukan dengan memberikan pasien untuk menekan jepitan jemuran, menggerakkan telapak tangan di meja, maupun bermain plastisin.

"Sengaja diberikan media yang mudah didapat, agar nantinya pasien juga dapat melatih dirinya di rumah," ujarnya.

Pasien, lanjut dia, juga diajak memasak dan menyiapkan makanan serta berkebun. Semuanya dikemas dalam suasana penuh kekeluargaan.

"Berbagai kegiatan itu, memang nampak sederhana dan sering dilupakan kebanyakan orang. Namun, dari sanalah mulai tumbuh motivasi diri para penyandang cacat itu, bahwa mereka sesungguhnya masih dibutuhkan dan berhak mendapatkan perhatian serta kasih sayang dari keluarga dan masyarakat," jelas Purnawan Budisetia.

Pasien di YPK, kata dia, mendapatkan pelayanan fisioterapi dan okupasi sebanyak dua kali dalam seminggu, dengan durasi penanganan satu hingga dua jam di setiap pertemuan.

Tak sampai di situ, di YPK Bali juga terdapat program kelas edukasi bagi anak-anak penyandang cacat. Mereka diajarkan membaca, berhitung, melukis, dan mewarnai.

"Bagi pasien anak-anak yang berulang tahun, kami juga membantu memfasilitasi perayaannya di tempat terapi. Selain itu, secara berkala kami mengajak para pasien  berekreasi," katanya.(*)


Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011