Denpasar (Antara Bali) - Himpunan Pelukis Sanur menggelar pameran yang bertajuk "Our Testimony" di Galeri Griya Santrian, Desa Sanur, Kota Denpasar selama dua bulan, 10 Juli-10 September 2011.
Pengelola Galeri Griya Santrian Ida Ayu Adnyani di Sanur, Minggu mengatakan, lukisan yang dipajang sebanyak 18 karya kanvas dan tiga kentongan yang dipahat sedemikian rupa serta dayung sampan dihiasi tulisan ungkapan seni.
"Karya-karya pelukis Sanur yang ditampilkan kali ini merupakan karya baru dalam tahun 2011," katanya.
Namun untuk karya tiga dimensi berupa kentongan, kata Ida Ayu Adnyani adalah karya yang cukup lawas, namun ditata kembali.
"Untuk karya tiga dimensi kontongan ini masing-masing berjudul yaitu 'primitive', 'face' dan 'rangda'", ujar Adnyani.
Karya pelukis yang dipamerkan antara lain Ketut Teja Astawa, Wayan Paramartha, Ida Bagus Putu Gede Sutama, Ida Bagus Putu Purwa dan Nyoman Sani.
Teja Astawa menyuguhkan karya yang berjudul "cerita di atas laut", Nyoman Sani berjudul "food corner I dan II", Wayan Paramartha berjudul "someday 2011 dan mengapai awan 2011" serta sederetan lukisan lainnya.
Jecky seorang wisatawan Australia saat datang ke pameran itu mengatakan, seni budaya Bali sangat unik, bahkan para pelukis mampu menuangkan di atas kanvas.
"Darah seni orang Bali mengalir sehingga ide kreatifnya tertuang dalam sebuah karya yang sangat mengagumkan," ucapnya sembari mengamati satu persatu lukisan tersebut.
Sementara pengamat seni lukis Drs I Wayan Mudana M.Par menilai perkembangan kreatif seni lukis sangat tergantung dari jiwa, dedikasi dan vitalisme seniman bersangkutan dalam menekuni proses karya seni.
Dikatakan, dalam menciptakan karya seni lukis itu sangat tergantung dari batas kemampuan vitalisme untuk mengungkapkan sesuatu ke dalam media kanvas.
Menurut dosen Seni Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, bahwa karya seni juga dipengaruhi segi-segi psikologis lain yang sangat kompleks, karena sebuah lukisan mengandung kompleksitas kehidupan jiwa seniman secara total.
Kebutuhan kreatif tersebut berkembang dalam proses penciptaan sebuah karya seni, yang akan diakhiri dengan apa yang disebut kepuasan kreatif. Kepuasan kreatif merupakan tanda rampungnya sebuah karya di atas kanvas bagi seorang pelukis.
"Kepuasan kreatif diibaratkan sebagai muara di lautan, dari sebuah sungai berliku-liku panjang meliuk-liuk di sepanjang dataran dan bukit yang berasal dari sebuah mata air di puncak bukit yang disebut kebutuhan kreatif," katanya.
Demikian pula sebuah lukisan bermula dari kebutuhan kreatif dan berakhir dalam keputusan kreatif, yakni proses penciptaan yang disebut sebagai karakterisasi.
"Dalam penjiwaan sebuah lukisan, seorang akan tumbuh berkembang sesuai dengan kematangan jiwa seniman bersangkutan atau selaras dengan kompleks jiwanya," kata Mudana.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Pengelola Galeri Griya Santrian Ida Ayu Adnyani di Sanur, Minggu mengatakan, lukisan yang dipajang sebanyak 18 karya kanvas dan tiga kentongan yang dipahat sedemikian rupa serta dayung sampan dihiasi tulisan ungkapan seni.
"Karya-karya pelukis Sanur yang ditampilkan kali ini merupakan karya baru dalam tahun 2011," katanya.
Namun untuk karya tiga dimensi berupa kentongan, kata Ida Ayu Adnyani adalah karya yang cukup lawas, namun ditata kembali.
"Untuk karya tiga dimensi kontongan ini masing-masing berjudul yaitu 'primitive', 'face' dan 'rangda'", ujar Adnyani.
Karya pelukis yang dipamerkan antara lain Ketut Teja Astawa, Wayan Paramartha, Ida Bagus Putu Gede Sutama, Ida Bagus Putu Purwa dan Nyoman Sani.
Teja Astawa menyuguhkan karya yang berjudul "cerita di atas laut", Nyoman Sani berjudul "food corner I dan II", Wayan Paramartha berjudul "someday 2011 dan mengapai awan 2011" serta sederetan lukisan lainnya.
Jecky seorang wisatawan Australia saat datang ke pameran itu mengatakan, seni budaya Bali sangat unik, bahkan para pelukis mampu menuangkan di atas kanvas.
"Darah seni orang Bali mengalir sehingga ide kreatifnya tertuang dalam sebuah karya yang sangat mengagumkan," ucapnya sembari mengamati satu persatu lukisan tersebut.
Sementara pengamat seni lukis Drs I Wayan Mudana M.Par menilai perkembangan kreatif seni lukis sangat tergantung dari jiwa, dedikasi dan vitalisme seniman bersangkutan dalam menekuni proses karya seni.
Dikatakan, dalam menciptakan karya seni lukis itu sangat tergantung dari batas kemampuan vitalisme untuk mengungkapkan sesuatu ke dalam media kanvas.
Menurut dosen Seni Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, bahwa karya seni juga dipengaruhi segi-segi psikologis lain yang sangat kompleks, karena sebuah lukisan mengandung kompleksitas kehidupan jiwa seniman secara total.
Kebutuhan kreatif tersebut berkembang dalam proses penciptaan sebuah karya seni, yang akan diakhiri dengan apa yang disebut kepuasan kreatif. Kepuasan kreatif merupakan tanda rampungnya sebuah karya di atas kanvas bagi seorang pelukis.
"Kepuasan kreatif diibaratkan sebagai muara di lautan, dari sebuah sungai berliku-liku panjang meliuk-liuk di sepanjang dataran dan bukit yang berasal dari sebuah mata air di puncak bukit yang disebut kebutuhan kreatif," katanya.
Demikian pula sebuah lukisan bermula dari kebutuhan kreatif dan berakhir dalam keputusan kreatif, yakni proses penciptaan yang disebut sebagai karakterisasi.
"Dalam penjiwaan sebuah lukisan, seorang akan tumbuh berkembang sesuai dengan kematangan jiwa seniman bersangkutan atau selaras dengan kompleks jiwanya," kata Mudana.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011