Denpasar (Antara Bali) - Realisasi beras untuk masyarakat miskin (raskin) di daerah Bali berjalan cukup lancar, karena harga yang dipatok pemerintah sangat murah yakni hanya Rp1.600 per kilogram.

Rakyat yang diperkenankan menerima jatah raskin sangat bergairah, walaupun harus membayar saat mereka menerima beras, kata Ketua Satgas Kerja Raskin Bulog Devisi Bali Drs Wayan Suyasa, di Denpasar, Kamis.

Masyarakat yang dikategorikan miskin dan berhak menerima beras murah tersebut, cukup bergairah untuk membelinya.

Demikian pula suplai beras yang sebagian besar ke daerah pedesaan di Bali, terbukti cukup lancar, termasuk dalam pembayarannya.

Kelompok masyarakat penerima beras murah harus membayar sesuai waktu yang ditetapkan, dan jika terlambat, beras tidak dikirimkan. Selama ini, pembayaran beras untuk masyarakat kurang mampu itu terhitung sangat lancar setiap bulannya, ujarnya.

Suyasa mengatakan, beras selama ini diberikan kepada 134.804 rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM) yang tersebar di delapan kabupaten dan satu kota di Bali, yang setiap harinya rata-rata 2.000 ton.

Jadi jumlah beras murah yang sudah direalisasikan kepada masyarakat yang umumnya ada di daerah pegunungan di Kabupaten Karangasem, Buleleng, Tabanan itu, mencapai 12.990 ton sejak Januari hingga awal Juni 2011.

Beras murah sebanyak itu, terbanyak atau sekitar 4.566 ton di antaranya diberikan kepada masyarakat yang bermukim di Kabupaten Buleleng, Bali bagian utara, menyusul Karangasem sebanyak 3.488 ton.

Sekitar 6.764 ton sisanya dibagikan kepada masyarakat berstatus kurang mampu di tujuh kabupaten lainnya yakni Klungkung, Bangli, Gianyar, Tabanan, Jembrana, Denpasar dan Kabupaten Badung.

Badung yang tercatat sebagai kabupaten terkaya di daerah ini, berkat penerimaan yang begitu besar dari pajak sektor pariwisata, masih memiliki rumah tangga miskin 3.826 KK yang tersebar di 61 desa/kelurahan.

Ia mengakui, untuk memenuhi permintaan beras murah tersebut Bali mendatangkan dari luar daerah, antara lain dari Sulawesi atau Jawa Timur, bahkan ada juga beras impor sebagai persediaan pangan nasional.

Bali mendatangkan beras dari luar daerah bukan berarti petani di daerah ini tidak berproduksi, melainkan karena hasil panenan petani setempat lebih banyak dijual ke pasaran bebas dengan harga yang lebih baik.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011