Jakarta (Antara Bali) - Dua pertiga luas lahan sawah di Jawa Barat merupakan lahan tadah hujan. Umumnya para petani dalam melakukan budidaya padi hanya satu kali dalam satu tahun.

Jika para petani bisa melakukan penanaman 2 atau 3 kali dalam satu tahun maka peningkatan produksi dan pendapatan petani sudah di depan mata. Caranya adalah dengan menerapkan teknologi PATBO SUPER.

"Teknologi PATBO SUPER ini menitikberatkan pada pentingnya budidaya padi yang menghemat air hingga 75 persen," ungkap Dr. Liferdi Kepala BPTP Jawa Barat, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Badan Litbang Pertanian melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat telah melakukan demplot seluas 10 Ha dan melibatkan masyarakat petani sekitar demplot secara swadaya seluas 20 ha untuk memperkenalkan budidaya padi dengan teknologi PATBO SUPER di Kecamatan Ujungjaya, Sumedang.

PATBO adalah singkatan dari Padi Aerob Terkendali dengan penggunaan Bahan Organik. PATBO SUPER merupakan paket teknologi budidaya padi spesifik lahan tadah hujan dengan basis manajemen air dan penggunaan bahan organik untuk  meningkatkan produktivitas serta peningkatan Indeks Pertanaman (IP).

Komponen PATBO SUPER terdiri dari penggunaan VUB padi yang tergolong ampibi, manajemen air, penggunaan bahan organik, penggunaan alsintan dan pengendalian gulma.

Manajemen air, dengan pengaturan tata air mikro yang bersumber dari sumur pantek, embung maupun sungai pada lahan sawah tadah hujan sesuai dengan kebutuhan tanaman secara terbatas (macak-macak) pada fase pertumbuhan tanaman vegetatif sampai dengan generatif.

Penggunaan bahan organik juga membantu menghemat air, karena bahan organik dapat mengikat air. Walaupun tanah sudah retak kekeringan namun kondisi pertanaman masih tetap hijau segar.

Prioritas penggunaan bahan organik diutamakan  insitu, dimana jerami padi dimanfaatkan sebagai dekomposer kemudian dibenamkan menggunakan traktor tangan.

Penggunaan air secara terbatas (macak-macak) menyebabkan gulma tumbuh subur sehingga perlu melakukan penyiangan dengan menggunakan "Power Weeder" yang efektif menekan pertumbuhan gulma.

Selanjutnya hama tikus juga dapat dikendalikan dengan memasang Rumah Burung Hantu (RUBUHA) yang efektif dalam mengendalikan tikus.

Dari hasil analisis, penggunaan teknologi PATBO SUPER di lahan sawah tadah hujan, dapat memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp3 juta/ha.(WDY)

Pewarta: Pewarta: Arindra Meodia

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017