Denpasar (Antara Bali) - Anggota DPRD Bali Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana menyerap aspirasi konstituennya selama masa reses beberapa hari terakhir di sejumlah tempat di Kota Denpasar, antara lain masalah pertanian dan limbah sampah.
"Saya memberi perhatikan khusus kepada warga masyarakat yang ada di Desa Peguyangan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara. Karena banyak permasalahan yang selama ini mereka belum disampaikan dan mendapatkan jalan keluar (solusi)," kata Adhi Ardhana di konfirmasi dari Denpasar, Senin.
Menurut anggota Fraksi PDIP itu, warga masyarakat di Peguyangan Kaja, khususnya Banjar (dusun) Dualang dan Paang Tebel menyampaikan terkait limbah sampah dan ternak yang datang dari luar daerah.
"Wilayah Peguyangan Kaja ini merupakan perbatasan bagian utara Kota Denpasar dengan Kabupaten Badung. Sehingga jika ada keluhan warga harus ditangani dengan segera dan dibicarakan dengan daerah tetangga tersebut," ujar politikus asal Kota Denpasar.
Selain itu, kata Adhi Ardhana, permasalahan yang dihadapi adalah masalah pertanian, terlebih kawasan Kota Denpasar sudah semakin terdesak dengan pemukiman warga, sehingga alih fungsi lahan semakin cepat.
"Oleh karena itu, warga setempat berharap pemerintah kota dan provinsi memperhatikan soal alih fungsi lahan agar mendapat perhatian, di samping juga kondisi petani itu sendiri," ucapnya.
Adhi Ardhana dalam reses tersebut juga menyerap aspirasi lainnya terkait trotoarisasi di Jalan Ahmad Yani Utara, mulai lampu pengatur lalu lintas (trafic light) perempatan Puri Peguyangan ke utara sampai perbatasan di Desa Darmasaba, Kabupaten Badung yang perlu mendapatkan perhatian.
Ia mengatakan di bidang pertanian, dijelaskan dalam dialog dengan konstituennya, bahwa mata pencaharian masyarakat 50-75 persen adalah petani penggarap. Artinya, mereka sebagai pekerja, sedangkan pemilik lahan hanya beberapa kelompok.
"Mirisnya, hasil pertanian berupa gabah sudah dijual dengan sistem ijon kepada tengkulak, dan mereka mengeluh hasilnya jauh dari harapan," ujarnya.
Dikatakan, beberapa waktu lalu terjadi serangan hama dan gagal panen yang tidak pernah dibayangkan, ternyata asuransi petani ketika dicek hanya blangko kosong alias tidak bisa diklaim.
"Ke depan mereka berharap agar pemerintah lebih memperhatikan nasib petani terutama masalah keberpihakan kepada petani, dan ada lembaga yang menangani panen serta membeli gabah petani dengan harga yang pantas," kata Adhi Ardhana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Saya memberi perhatikan khusus kepada warga masyarakat yang ada di Desa Peguyangan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara. Karena banyak permasalahan yang selama ini mereka belum disampaikan dan mendapatkan jalan keluar (solusi)," kata Adhi Ardhana di konfirmasi dari Denpasar, Senin.
Menurut anggota Fraksi PDIP itu, warga masyarakat di Peguyangan Kaja, khususnya Banjar (dusun) Dualang dan Paang Tebel menyampaikan terkait limbah sampah dan ternak yang datang dari luar daerah.
"Wilayah Peguyangan Kaja ini merupakan perbatasan bagian utara Kota Denpasar dengan Kabupaten Badung. Sehingga jika ada keluhan warga harus ditangani dengan segera dan dibicarakan dengan daerah tetangga tersebut," ujar politikus asal Kota Denpasar.
Selain itu, kata Adhi Ardhana, permasalahan yang dihadapi adalah masalah pertanian, terlebih kawasan Kota Denpasar sudah semakin terdesak dengan pemukiman warga, sehingga alih fungsi lahan semakin cepat.
"Oleh karena itu, warga setempat berharap pemerintah kota dan provinsi memperhatikan soal alih fungsi lahan agar mendapat perhatian, di samping juga kondisi petani itu sendiri," ucapnya.
Adhi Ardhana dalam reses tersebut juga menyerap aspirasi lainnya terkait trotoarisasi di Jalan Ahmad Yani Utara, mulai lampu pengatur lalu lintas (trafic light) perempatan Puri Peguyangan ke utara sampai perbatasan di Desa Darmasaba, Kabupaten Badung yang perlu mendapatkan perhatian.
Ia mengatakan di bidang pertanian, dijelaskan dalam dialog dengan konstituennya, bahwa mata pencaharian masyarakat 50-75 persen adalah petani penggarap. Artinya, mereka sebagai pekerja, sedangkan pemilik lahan hanya beberapa kelompok.
"Mirisnya, hasil pertanian berupa gabah sudah dijual dengan sistem ijon kepada tengkulak, dan mereka mengeluh hasilnya jauh dari harapan," ujarnya.
Dikatakan, beberapa waktu lalu terjadi serangan hama dan gagal panen yang tidak pernah dibayangkan, ternyata asuransi petani ketika dicek hanya blangko kosong alias tidak bisa diklaim.
"Ke depan mereka berharap agar pemerintah lebih memperhatikan nasib petani terutama masalah keberpihakan kepada petani, dan ada lembaga yang menangani panen serta membeli gabah petani dengan harga yang pantas," kata Adhi Ardhana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017