Singaraja (Antara Bali) - Gubernur Bali I Made Mangku Pastika berharap Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja menjadi pusat kajian Agama Hindu di Indonesia bahkan dunia.
"Semua pihak harus optimistis dan bekerja keras. Kita berharap ada pusat kajian Hindu yang mendunia dan saya yakin STAHN bisa mewujudkan hal tersebut," kata Pastika ketika melakukan peletakan batu pertama pembangunan Gedung Rektorat Kampus STAHN Mpu Kuturan di Desa Banyuning, Jumat.
Menurut dia, keberaan Kota Singaraja sebagai kota pendidikan semakin lengkap dengan keberadaan STAHN sebagai salah satu perguruan tinggi agama negeri di Pulau Dewata setelah IHDN Denpasar.
Hibah yang diberikan sebesar Rp6,5 miliar juga untuk membangun rektorat tentu tidak cukup dan kedepan akan saya dukung penuh dengan mencoba mencari cara lain mendapatkan bantuan," kata Pastika sembari menyatakan akan membahasnya pada kegiatan Diaspora Buleleng pada (21/10).
Pastika yang merupakan putra asli Buleleng itu juga mengungkapkan dewasa ini Bali memang sangat membutuhkan para pencerah agama yang paham mengenai makna dan filsafat dari upacara/ritual yang selama ini dominan dalam kehidupan beragama di Bali.
Anak muda yang kuliah di STAHN diharapkan bukan hanya menjadi sarjana Hindu semata, tetapi juga menjadi manusia Hindu yang sebenarnya. "Tentu sudah paham apa perbedaan diantara keduanya," tambah dia.
Selain itu, menurutnya, STAHN diharapkan dapat menghadirkan kurikulum dan sistem pendidikan terkini. "Mahasiswa zaman milineal tentu berbeda dengan mahasiswa zaman dulu, jadi penting dicermati," tambah dia.
Sementara itu, Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Prof Dr Drs I Made Suweta MSi mengaku berterima kasih dengan bantuan hibah gedung rektorat dari Pemerintah Provinsi Bali. Pembangunan gedung tersebut menjadi tiitk awal pengembangan lahan baru. STAHN selama ini menempati gedung kuliah bekas PGA yang kondisinya kurang representatif.
Suweta juga mengemukakan bahwa pihaknya selama ini memang punya visi besar yakni melahirkan ilmuan agamawan. Para peserta didik bukan hanya dididik menjadi ilmuan semata, tetapi ahli di bidang agama dan budaya.
"Pesan Pak Gubernur akan selalu kami pakai sebagai pegangan kedepan. Seorang pencerah agama memang harus paham etika dan filsafat, bukan hanya tataran ritual saja," demikian Suweta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Semua pihak harus optimistis dan bekerja keras. Kita berharap ada pusat kajian Hindu yang mendunia dan saya yakin STAHN bisa mewujudkan hal tersebut," kata Pastika ketika melakukan peletakan batu pertama pembangunan Gedung Rektorat Kampus STAHN Mpu Kuturan di Desa Banyuning, Jumat.
Menurut dia, keberaan Kota Singaraja sebagai kota pendidikan semakin lengkap dengan keberadaan STAHN sebagai salah satu perguruan tinggi agama negeri di Pulau Dewata setelah IHDN Denpasar.
Hibah yang diberikan sebesar Rp6,5 miliar juga untuk membangun rektorat tentu tidak cukup dan kedepan akan saya dukung penuh dengan mencoba mencari cara lain mendapatkan bantuan," kata Pastika sembari menyatakan akan membahasnya pada kegiatan Diaspora Buleleng pada (21/10).
Pastika yang merupakan putra asli Buleleng itu juga mengungkapkan dewasa ini Bali memang sangat membutuhkan para pencerah agama yang paham mengenai makna dan filsafat dari upacara/ritual yang selama ini dominan dalam kehidupan beragama di Bali.
Anak muda yang kuliah di STAHN diharapkan bukan hanya menjadi sarjana Hindu semata, tetapi juga menjadi manusia Hindu yang sebenarnya. "Tentu sudah paham apa perbedaan diantara keduanya," tambah dia.
Selain itu, menurutnya, STAHN diharapkan dapat menghadirkan kurikulum dan sistem pendidikan terkini. "Mahasiswa zaman milineal tentu berbeda dengan mahasiswa zaman dulu, jadi penting dicermati," tambah dia.
Sementara itu, Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Prof Dr Drs I Made Suweta MSi mengaku berterima kasih dengan bantuan hibah gedung rektorat dari Pemerintah Provinsi Bali. Pembangunan gedung tersebut menjadi tiitk awal pengembangan lahan baru. STAHN selama ini menempati gedung kuliah bekas PGA yang kondisinya kurang representatif.
Suweta juga mengemukakan bahwa pihaknya selama ini memang punya visi besar yakni melahirkan ilmuan agamawan. Para peserta didik bukan hanya dididik menjadi ilmuan semata, tetapi ahli di bidang agama dan budaya.
"Pesan Pak Gubernur akan selalu kami pakai sebagai pegangan kedepan. Seorang pencerah agama memang harus paham etika dan filsafat, bukan hanya tataran ritual saja," demikian Suweta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017