Denpasar (Antara Bali) - "Silakan datang ke Bali, tidak perlu ragu-ragu," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya mengajak wisatawan domestik dan mancanegara berkunjung ke Pulau Dewata karena banyak objek wisata yang aman dari zona merah Gunung Agung di Kabupaten Karangasem.

Ajakan Arief tersebut bukanlah tanpa alasan. Dia menuturkan, zona tidak aman jika Gunung Agung erupsi mencapai radius 9-12 kilometer dari gunung api itu berdasarkan pemetaan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Tujuan wisata lainnya di Bali, seperti Kuta, Sanur, Nusa Dua, Uluwatu, Ubud, Lovina, Tanah Lot dan masih banyak lagi, berada puluhan kilometer dari zona rawan bencana tersebut.

Misalnya, pusat wisata Kuta atau Nusa Dua di Kabupaten Badung berjarak sekitar 70 kilometer jauhnya dari kaki gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu.

Meski demikian, bukan berarti pemerintah dan masyarakat di Bali berpangku tangan dalam menghadapi situasi awas Gunung Agung itu.

Upaya mengevakuasi ribuan warga dari 28 desa di Kabupaten Karangasem yang diprediksi terdampak di zona merah telah dilakukan, termasuk mendirikan penampungan pengungsi, memenuhi kebutuhan harian dan logistik lainnya menjadi upaya prioritas.

Menyadari sebagian besar geliat ekonomi di Pulau Dewata ditopang oleh industri pariwisata, maka para pelaku pariwisata di Bali juga tidak ketinggalan.

Mereka kemudian merapatkan barisan untuk menentukan sejumlah skenario yang disusun apabila kondisi terburuk terjadi.

Skenario itu di antaranya memberikan diskon atau potongan harga hotel kepada wisatawan mancanegara dan wisatawan Nusantara dengan asumsi situasi saat itu, mereka berlibur di Bali dan terjadi erupsi.

Menpar mengimbau pemilik hotel memberikan diskon minimal 50 persen. Namun beberapa pemilik hotel di Bali bahkan siap memberikan diskon sebesar 75 persen bahkan 100 persen.

Mekanismenya, diskon terbesar diberikan pada hari pertama, hari kedua 80 persen dan hari berikutnya diberikan potongan harga menurun.

Diskon itu diberikan hingga wisatawan tersebut dapat diseberangkan ke provinsi tetangga Bali atau yang melalui jalur darat jika Bandara Ngurah Rai ditutup sementara.

Adanya ide pemberian diskon tersebut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan dan meminimalkan eksodus besar-besaran.

Melakukan penanganan wisatawan di titik kumpul masing-masing hotel termasuk di bandara dan pelabuhan juga telah ditentukan.

Tidak hanya perhotelan, Menpar juga menyebutkan atraksi wisata di Bali juga memberikan potongan harga dan ada juga dukungan dari beberapa maskapai penerbangan yang memberikan dukungan satu hari gratis apabila menggunakan maskapai tersebut.

Skenario mengantarkan wisatawan yang beralih menggunakan jalur darat apabila bandara ditutup juga telah disusun dengan menyiagakan 700 armada bus bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan dan Organda Bali.

Penyediaan 10 bandara alternatif telah disiapkan pemerintah yakni bandara di Jakarta, Makassar, Surabaya, Balikpapan, Solo, Ambon, Manado, Lombok Praya, Kupang, dan Banyuwangi.

Sepuluh bandara tersebut sebagai bandara alternatif bagi pesawat yang melayani rute penerbangan ke Bandara Ngurah Rai yang ditutup jika terdampak debu vulkanik Gunung Agung.

Anggaran sekitar Rp5 miliar disiapkan untuk mewujudkan komunikasi publik melalui media massa hingga memanfaatkan media sosial termasuk menggunakan wisatawan sebagai "endorser" yang membagikan pengalaman liburannya tetap aman di Bali meskipun Gunung Agung berstatus awas.

Komunikasi publik itu juga dilakukan untuk menangkal kabar bohong atau "hoax" yang belakangan marak bermunculan menyajikan konten yang menyimpang terkait perkembangan Gunung Agung.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika melakukan komunikasi intensif dengan pelaku pariwisata di daerah setempat termasuk perwakilan negara asing di Pulau Dewata.

Salah satu caranya dengan mengumpulkan 35 perwakilan negara lain atau konsulat jenderal yang berada di daerah itu untuk menjelaskan perkembangan Gunung Agung termasuk langkah dan antisipasi yang dilakukan pemerintah.

Menurut Pastika para konsulat jenderal yang hadir perlu memahami Bali saat ini dan tidak membandingkan ketika letusan Gunung Agung tahun 1963.

Kalaupun terjadi erupsi, pemerintah telah memiliki otoritas yang siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

Warga negara asing yang akan mengunjungi Bali diimbau tidak perlu khawatir dengan aktivitas Gunung Agung karena radius terdampak mencapai 9-12 kilometer dari kaki gunungapi itu.

Sementara itu maraknya informasi yang menyimpang dan cenderung dilebih-lebihkan terkait Gunung Agung, memang berdampak terhadap pariwisata di Bali meskipun tidak terlalu signifikan.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Provinsi Bali memprediksi dalam periode Oktober hingga November 2017 sekitar 70 ribu wisatawan mancanegara menunda kedatangannya ke Pulau Dewata terkait status awas Gunung Agung.

Ketua PHRI Provinsi Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menjelaskan data penundaan itu dari kelompok wisatawan "MICE" atau yang ingin mengadakan pertemuan di Pulau Dewata.

Meski demikian, untuk pergerakan pesawat dan penumpang di Bandara Ngurah Rai ternyata tidak mengalami dampak signifkan setelah Gunung Agung awas.

Bali Tourism Hospitality menyebutkan untuk data statistik angkutan udara di Bandara Ngurah Rai malah mengalami peningkatan untuk jumlah pergerakan baik kedatangan dan keberangkatan pesawat.

Pergerakan pesawat meningkat 7,2 persen mencapai 6.562 armada dan jumlah kedatangan penumpang domestik dan internasional juga melonjak 3,3 persen mencapai 494.824 orang setelah status Gunung Agung menjadi awas pada periode 23 September hingga 6 Oktober 2017.

Pengelola Bandara Ngurah Rai, Bali, mengatakan hingga saat ini aktivitas penerbangan masih normal karena belum ada peringatan semburan abu vulkanik.

Wisatawan asing yang berlibur di Bali juga tidak terpengaruh dengan status awas Gunung Agung.

Bahkan wisatawan mancanegara masih lalu-lalang dan menikmati liburan di kawasan wisata Candidasa, di Kabupaten Karangasem berjarak sekitar 30 kilometer dari radius zona merah Gunung Agung.

Begitu juga wisatawan nusantara dan mancanegara masih tumpah ruah di sejumlah objek-objek wisata tersohor di Pulau Dewata.

Beberapa wisatawan mancanegara di antaranya bahkan mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang sekitar 12 kilometer dari gunungapi itu sembari mengabadikan gagahnya gunung yang disucikan umat Hindu tersebut.

Salah satunya dilakukan oleh wisatawan dari Jerman Thomas Picht yang mengaku tidak terlalu khawatir dengan status awas gunungapi berbentuk kerucut itu.

Picht datang ke Karangasem untuk menikmati dan mengabadikan pemandangan hijau perbukitan Gunung Agung dengan kamera telepon selulernya.

Ia rela berkunjung ke Karangasem dari tempatnya mengingap di kawasan wisata Sanur, Denpasar dengan jarak sekitar 50 kilometer.

Sementara itu sejumlah agenda wisata minat khusus juga tetap berlangsung tanpa ada pembatalan seperti turnamen Bali Rugby yang diikuti ratusan peserta dari 10 negara di Kuta, Badung.

Agenda wisata Nusa Dua Fiesta dan Legian Beach Festival juga tetap menarik kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.

Bencana alam bisa terjadi dimana saja dan kapanpun di seluruh penjuru dunia ini. Pun belum ada satu orang atau alat di muka bumi ini yang tahu kapan bencana alam itu terjadi.

Satu hal yang pasti, yakinlah bahwa negara dan komponen di dalamnya mengupayakan keselamatan warganya termasuk wisatawan tanpa melupakan pelayanan terbaik. (*)

--------------
*) Penulis adalah wartawan LKBN Antara Biro Bali.

Pewarta: Oleh Dewa Wiguna *)

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017