London (Antara Bali) - Pemerintah Italia mengajak Indonesia berbagi best practices melalui Dialog Lintas Keyakinan "Interfaith Dialogue" dan menilai nilai-nilai Pancasila yang mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia dapat dijadikan contoh proses integrasi berbangsa di Italia.

Hal itu terungkap dalam dialog bertajuk "Pluralism and Integration in Indonesian and Italian Societies: Perspective, Opportunities, Challenges" yang diadakan di Kementerian Luar Negeri Italia, Roma, demikian Counsellor Fungsi Penerangan KBRI Roma, Charles F. Hutapea kepada Antara London, Kamis.

Diskusi yang diikuti lebih dari 50 peserta, yang terdiri akademisi, pejabat kementerian, serta aktivis HAM dan integrasi sosial budaya Italia, juga hadir Duta Besar RI untuk Italia, Esti Andayani, dan Duta Besar RI untuk Tahta Suci Vatikan, Agus Sriyono.

Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik (IDP) Kementerian Luar Negeri RI, Cecep Herawan, dalam key note speech menyebutkan Indonesia dan Italia memiliki pemahaman yang sama atas pentingnya mempromosikan dialog lintas keyakinan, utamanya di tengah meningkatnya intensitas isu terorisme, ekstremisme dan radikalisme.

Dikatakannya, Pemerintah Indonesia berkomitmen kuat untuk mempromosikan dialog lintas keyakinan dengan mengedepankan pendekatan sosial budaya melalui pemberdayaan para pemangku kepentingan, khususnya pemuka agama, tokoh nasional, akademisi, serta generasi muda.

Sementara itu Profesor Azyumardi Azra dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, salah satu pembicara dari Indonesia, mengatakan kelima sila Pancasila menegaskan politics of recognition atau prinsip penerimaan terhadap siapapun yang menjadi bagian bangsa.

Hal ini diamini Presiden Comunita Religiosa Islamica Italia (COREIS), Imam Yahya Pallavicini, yang menyebutkan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" sangat relevan dalam proses integrasi masyarakat Italia.

Selain itu, kebijakan Pemerintah Indonesia yang mengedepankan keterlibatan kaum muda dapat menjadikan proses tersebut berjalan lebih efektif dalam jangka panjangnya.

Sementara itu Direktur Indonesian Consortium for Religious Studies Universitas Gadjah Mada, Dr. Siti Syamsiyatun, mengatakan keberhasilan harmonisasi masyarakat tersebut sangat ditunjang oleh kearifan beradaptasi dengan nilai-nilai setempat. Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung.

Sejalan dengan hal itu, Azyumardi Azra dalam sesi diskusi mengajak umat Muslim sebagai bagian dari masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap nilai-nilai dan aturan hukum setempat. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Zeynita Gibbons

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017