Jakarta (Antara Bali) - Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada
(UGM) terlibat dalam pendirian posko pengungsian bagi ternak milik para
korban bencana alam yang ada di daerah Kabupaten Karangasem, Bali.
"Keselamatan ternak menjadi bagian tak terpisahkan dari keselamatan manusianya. Karena itu, Fakultas Peternakan UGM terpanggil untuk berperan melalui posko bersama," ujar Dekan Fakultas Peternakan UGM Ali Agus, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Menurut dia, bencana alam adalah hal yang tidak pernah diharapkan. Namun jika masyarakat dihadapkan pada fenomena tersebut, maka perlu upaya agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Apalagi, lanjutnya, Gunung Agung dalam beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan aktivitas dan sudah sampai status "awas".
Ali mengatakan, pemerintah menetapkan daerah di bawah radius kurang dari 12 km sebagai kawasan rawan bencana (KRB) 1 dan 2, untuk di kosongkan, dan diperkirakan sekitar 70 ribu penduduk akan berpindah dalam barak pengungsian.
"Fakultas Peternakan UGM mendirikan Posko Penyelamatan Ternak bersama ISPI, FPPTI, AINI, Gapuspindo, dan Persepsi," katanya
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerjasama Fapet UGM, Bambang Suwignyo mengatakan, para pengungsi adalah peternak yang rela mengambil risiko masuk kawasan rawan bencana (KRB) untuk tetap memantau dan memberi pakan ternak-ternaknya.
Namun di sisi lain, ungkap Bambang, ada saja oknum yang memanfaatkan kesempatan membeli ternak penduduk dengan harga murah, hingga separuh harga normal dari biasanya.
Oleh karena itu, ujar dia, selain posko pengungsian manusia juga diperlukan posko pengungsian ternak. Posko didirikan di desa Ngis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
Bambang menuturkan, pada Minggu (1/10) tim Fapet UGM menuju ke salah satu posko ternak di Tista, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali. Tim berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dari unsur Dinas Peternakan, IGK Nata Kusuma.
"Bahwa saat ini ada 40 titik lokasi ternak disiapkan. Sebanyak 3.000 ekor sapi sudah di evakuasi dari 20 ribu ekor yang ada," paparnya.
Sedangkan jumlah pengungsi, lanjut Bambang, diperkirakan sudah mencapai 144 ribu orang dari perkiraan hanya 70 ribu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Keselamatan ternak menjadi bagian tak terpisahkan dari keselamatan manusianya. Karena itu, Fakultas Peternakan UGM terpanggil untuk berperan melalui posko bersama," ujar Dekan Fakultas Peternakan UGM Ali Agus, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Menurut dia, bencana alam adalah hal yang tidak pernah diharapkan. Namun jika masyarakat dihadapkan pada fenomena tersebut, maka perlu upaya agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Apalagi, lanjutnya, Gunung Agung dalam beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan aktivitas dan sudah sampai status "awas".
Ali mengatakan, pemerintah menetapkan daerah di bawah radius kurang dari 12 km sebagai kawasan rawan bencana (KRB) 1 dan 2, untuk di kosongkan, dan diperkirakan sekitar 70 ribu penduduk akan berpindah dalam barak pengungsian.
"Fakultas Peternakan UGM mendirikan Posko Penyelamatan Ternak bersama ISPI, FPPTI, AINI, Gapuspindo, dan Persepsi," katanya
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerjasama Fapet UGM, Bambang Suwignyo mengatakan, para pengungsi adalah peternak yang rela mengambil risiko masuk kawasan rawan bencana (KRB) untuk tetap memantau dan memberi pakan ternak-ternaknya.
Namun di sisi lain, ungkap Bambang, ada saja oknum yang memanfaatkan kesempatan membeli ternak penduduk dengan harga murah, hingga separuh harga normal dari biasanya.
Oleh karena itu, ujar dia, selain posko pengungsian manusia juga diperlukan posko pengungsian ternak. Posko didirikan di desa Ngis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
Bambang menuturkan, pada Minggu (1/10) tim Fapet UGM menuju ke salah satu posko ternak di Tista, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali. Tim berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dari unsur Dinas Peternakan, IGK Nata Kusuma.
"Bahwa saat ini ada 40 titik lokasi ternak disiapkan. Sebanyak 3.000 ekor sapi sudah di evakuasi dari 20 ribu ekor yang ada," paparnya.
Sedangkan jumlah pengungsi, lanjut Bambang, diperkirakan sudah mencapai 144 ribu orang dari perkiraan hanya 70 ribu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017