Perpaduan lembah, gunung, dan laut di sepanjang pesisir utara Pulau Bali itu sangat indah dipandang. Puluhan objek wisata panorama alam maupun adat dan tradisi masyarakat itu dapat dikemas dalam paket wisata yang unik dan menarik.

Kabupaten Buleleng, bekas Ibu Kota Provinsi Sunda Kecil (Bali-Nusa) sebelum dipindahkan ke Denpasar pada tahun 1958 itu memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata, terutama Pantai Lovina yang telah dikenal wisatawan mancanegara.

Potensi pariwisata itu kini mulai dikembangkan secara intensif untuk menarik kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali utara dengan harapan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, tutur Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, I Nyoman Sutrisna.

Lovina Festival yang digelar secara berkesinambungan setiap tahun kali ini berlangsung sukses selama 5 hari, 14 s.d. 18 September 2017, itu melibatkan masyarakat di empat desa Buleleng barat, yakni Desa Gobleg, Umejero, Gesing, dan Munduk.

Selain itu, juga melibatkan ratusan wisatawan mancanegara yang sedang menikmati keindahan dan panorama alam Pantai Lovina yang datang dengan menggunakan perahu layar (yacth) dari berbagai negarai di belahan dunia.

Pelancong yang disuguhi berbagai atraksi seni dan budaya juga mengunjungi keempat desa tersebut yang lingkungannya lestari dan hijau, di samping kaya akan warisan seni budaya yang diwarisi secara turun temurun.

Kabupaten Buleleng daerah pesisir utara Pulau Dewata selama ini memiliki sejumlah objek wisata berbasis alam dengan panorama indah dan menawan, seperti Desa Munduk dan Desa Ambengan.

Bahkan, di desa itu sudah terbentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) sehingga ke depannya potensi desa itu dapat dikembangkan secara maksimal untuk menarik kunjungan wisatawan ke perdesaan.

Hal itu sangat memungkikan karena transportasi ke perdesaan itu cukup lancar meskipun penuh dengan tikungan dan tanjakan, di kiri-kanannya dengan pemandangan alam yang indah dan menawan.

Melalui kegiatan Lovina Festival tidak hanya memberikan dampak untuk Pantai Lovina dan sekitarnya, tetapi daerah lainnya dan objek wisata yang ada di Kabupaten Buleleng.

Pagelaran Seni Klasik

Lovina Festival, menurut I Nyoman Sutrisna, merupakan wujud nyata pelestarian sekaligus promosi pariwisata dan kebudayaan asli daerah Buleleng menyuguhkan berbagai kesenian klasik Bali utara yang selama ini belum banyak diketahui wisatawan dalam dan luar negeri.

Atraksi dan kesenian klasik tersebut, antara lain, Sapi Gerumbungan, permainan gangsing tradisional, dan pementasan tari yang diiringi alunan instrumen musik tradisional Bali.

Ratusan wisatawan mancanegara yang datang serangkaian memeriahkan Sail Indonesia dengan menggunakan puluhan perahu layar sempat menyaksikan atraksi budaya dan pementasan seni tersebut.

Kesenian gangsing misalnya merupakan permainan asli Buleleng, khususnya berasal dari wilayah empat desa yang dikenal Catur Desa di Buleleng Barat.

Gangsing merupakan permainan khas Desa Gobleg, Umejero, Gesing, dan Munduk yang diwarisi secara turun-temurun sejak ratusan tahun. Kabupaten Buleleng sebenarnya memiliki kelebihan dalam konsep budaya dan pariwisata, di samping objek wisata yang perlu terus digaungkan di tingkat nasional dan mancanegara.

Pemkab Buleleng selama ini telah memberikan ruang bagi seniman dan budayawan untuk berkreasi dan berkarya dalam berbagai penampilan seni. Semua itu disuguhkan selama Lovina Festival yang mendapat perhatian besar dari wisatawan mancanegara maupun masyarakat setempat.

Atraksi Lumba-lumba

Perairan kawasan wisata Lovina, Kabupaten Buleleng yang selama ini sudah dikenal wisatawan mancanegara memiliki daya tariknya, selain keindahan panorama alam yang eksotik juga memiliki "koleksi" ikan lumba-lumba yang muncul secara bergerombol melompat berputar-putar di atas permukaan laut.

Namun, atraksi ikan lumba-lumba di tengah laut itu tidak bisa diramalkan karena kehadirannya tidak menentu. Pada umumnya muncul secara pasti menjelang matahari terbit.

Menurut I Made Sunantra (35), nelayan yang biasa mengantar wisatawan menikmati atraksi ikan lumba-lumba itu, kemunculan ikan lumba-lumba dalam jumlah banyak membentuk barisan sesaat itu menjadi incaran bagi pelancong.

Kehadiran ikan tergolong cerdik itu, menambah semarak pariwisata Buleleng, khususnya kawasan Lovina.

Ikan lumba-lumba yang jumlahnya mencapai ratusan ekor menjelang matahari terbit, berlomba-lomba mempermainkan punggung sambil ekornya menepuk-nepuk air, berloncatan sembari berputar membentuk spiral dan bersuara yang khas.

Atraksi kehidupan ikan lumba-lumba di perairan bebas yang berlangsung singkat pada jarak 1 s.d. 2 kilometer dari pantai itu merupakan daya tarik tersendiri.

Munculnya ikan lumba-lumba pertanda di sekitar pantai itu tidak ada jenis ikan lainnya karena lumba-lumba senang hidup menyendiri. Potensi satu-satunya di Bali dijadikan modal untuk menarik turis berkunjung ke daerah Utara Bali, di samping keindahan alam dan objek wisata yang tidak kalah dengan Bali Selatan.

Bahkan, di tempat strategis di kawasan itu dibangun patung permanen ikan lumba-lumba setinggi 15 meter  (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017