Denpasar (Antara Bali) - Anggota Komisi III DPR-RI Putu Supadma Rudana melakukan sosialisasi terkait konsensus empat pilar negara dalam upaya menangkal masuknya paham radikalisme, narkoba dan berita bohong (hoax).

"Generasi muda harus diselamatkan dari pengaruh-pengaruh negatif tersebut. oleh karena itu perlunya sosialisasi empat pilar tersebut. Dan kami sudah melaksanakan sosialisasi dengan melibatkan anak-anak SMA/SMK dan mahasiswa di Kabupaten Gianyar," kata Supadma Rudana kepada Antara, di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan kemajuan teknologi dan informasi turut andil munculnya gerakan-gerakan yang mengarah kepada upaya merusak mental generasi muda. Ada gerakan yang menolak kebhinnekaan.

"Mereka ada indikasi kecenderungan tidak suka dengan kerukunan umat beragama dan kemajemukan di Indonesia. Padahal perbedaan itu begitu indah dan Indonesia menjadi contoh kebhinnekaan di dunia.

"Hoax itu kan karena teknologi dan informasi yang begitu cepat. Ini harus ada upaya menangkal. Kalau tidak generasi emas, generasi muda kita terancam," kata politikus Partai Demokrat itu.

Dalam sosialisasi konsensus empat pilar tersebut yang diselenggarakan pada Minggu (24/9) di Museum Rudana, Ubud dihadiri kalangan akademisi dari FISIP Universitas Udayana I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa, Direktur Pascasarjana IHDN Denpasar Dr. I Ketut Sumadi, dan seniman Anak Agung Gede Bagus Mandera Erawan.

Supadma Rudana lebih lanjut menyebutkan empat pilar berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Konsesus ini tidak hanya sekadar dihafalkan dan di mengerti, namun perlu pemahaman dan pelaksanaan nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Sekarang ini paham radikalisme, narkoba, hoax (berita bohong) salah satu ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Hoax menyentuh SARA (Suku Agama Ras dan Antar-Golongan) sangat berbahaya, memecah persatuan kita," ujarnya.

Dikatakan, paham radikalisme berusaha masuk ke generasi muda. Namun dengan memahami secara mendalam Pancasila, UUD1945, NKRI dan Kebhinnekaan di Indonesia, generasi muda bisa terhindar dari upaya pecah belah itu.

Menurut alumni Universitas Webster, Amerika Serikat ini mengatakan akan turun sosialisasi empat pilar di daerah pemilihan secara berkelanjutan.

Sementara itu, akademisi dari FISIP Unud Suka Arjawa mengatakan Pancasila sebenarnya pilar dari segala pilar.

"Pancasila sesungguhnya pilar dari segala pilar. Hanya saja yang sering kurang dipahami. Dalam Pancasila itu ada intisari kultur yang berbeda di Indonesia. Kita tidak boleh mengelak dengan hal itu. Akuilah perbedaan yang ada itulah budaya Indonesia," katanya

Suka Arjawa menyebutkan Indonesia sangat logis dengan banyak budaya, karena sebagai negara kepulauan. Bahwa masing-masing suku memiliki perbendaan, seperti suku Sasak memiliki perbedaan dengan suku Bali, dan suku Jawa.

"Namun akuilah itu kebudayaan Indonesia. Ngak ada di dunia ini yang kayak Indonesia. Berbanggalah generasi muda atau mahasiswa kita. Singapura saja bangga dengan kemajemukan dan kebhinnekaan mereka," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017