Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar, Bali, menggelar pameran seni kaca yang melibatkan karya dari 30 seniman lintas generasi, 26 September hingga 6 Oktober 2017.
"Pameran bersama tersebut mengusung tema `Rumah Kaca Nagasepaha dan Batu Belah` dalam memaknai 35 Tahun Bentara Budaya (26 September 1982-26 September 2017)," kata penanggung jawab pameran tersebut, Putu Aryastawa, di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, kegiatan pameran tersebut bekerja sama dengan pelukis-pelukis kaca dari Desa Nagasepaha, Buleleng dan Komunitas Lukis Kaca "Batu Belah Art Space" (BBAS) dari Lepang, Klungkung serta Bentara Budaya Bali.
Ke-30 seniman yang ikut ambil bagian dalam pameran kali ini Jro Dalang Diah, I Ketut Samudera, I Ketut Santosa, Kadek Suradi I Ketut Sekar, Ketut Suamba, Made Nurining, Wayan Arnawa, Made Santer, Made Wijana, I Gede Kenak Eriada, Putu Indra Diva, Ni Komang Putri dan Ketut Putra Wibawa.
Untuk seniman dari kelompok BBAS yakni Ni Nyoman Sartini, I Wayan Sujana Suklu, I Ketut Sukerta, Sinta Purnama Dewi, Gusti Ayu Puspa Dewi, Made Arik Yurustya, Wayan Rismayanti, Made Vera Yanti, Putu Hana Febriyani, Putu Mitha Permata Sari, Komang Nayang Wangi Purbani, Made Wahyu Permana, Ketut Diah Harum Laras, Komang Ayu Trisna Devi, I Wayan Angga Pranayasa dan I Wayan Aris Yuristya.
Putu Aryastawa menjelaskan, pameran tersebut menyuguhkan karya-karya lukisan kaca dua dimensi dengan ragam klasik ala Nagasepaha, Kabupaten Buleleng.
Selain itu juga mengetengahkan karya-karya dua dimensi dan tiga dimensi dari komunitas BBAS yang secara khusus mengolah limbah kaca menjadi sebentuk karya seni eksperimental.
Ragam rupa eksperimental itu tercermin dari upaya mereka mengeksplorasi benda-benda fungsional sehari-hari menjadi karya seni yang penuh simbol atau berlapis arti.
Upaya eksplorasi tersebut sejalan dengan riset yang telah dilakukan tahun 2005 oleh seniman sekaligus dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Wayan Sujana Suklu, S.Sn., M.Sn dan Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudarsana S.Sn, M.Si terhadap karya seni bermedia kaca dengan fokus lukisan kaca buah karya seniman-seniman Nagasepaha, Buleleng.
Upaya pelestarian seni lukis kaca yang tumbuh menyejarah tersebut akhirnya melahirkan komunitas lukis kaca limbah BBAS, di mana anak-anak dan remaja didorong mengembangkan bakat seninya dengan mengeksplorasi limbah kaca sebagai medium ekspresi.
Walau tidak sepenuhnya bisa disebut sebagai upaya retrospektif, namun pameran kali ini diharapkan mampu menggambarkan dinamika kreatif karya seni bermedium kaca yang lintas batas yakni dari karya klasik ala Nagasepaha hingga karya rupa modern, bahkan kontemporer; dari media kaca umumnya hingga respons karya pada benda fungsional seperti lampu, meja, botol, jendela, genteng, dan limbah kaca terapan lainnya.
"Kolaborasi antara seniman Nagasepaha dan Batu Belah ini dipicu kesadaran tentang pentingnya alih generasi yang ditandai adanya alih pengetahuan atau transfer `of knowledge` yang terus menerus," ujar Putu Aryastawa.
Acara pembukaan pada Selasa (26/9) malam akan dimaknai dengan performing art bertajuk "Cermin Diri" oleh I Wayan Purwanto dan De Pritha Kumara Janardani dan sebagai koreografer adalah I Wayan Purwanto. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Pameran bersama tersebut mengusung tema `Rumah Kaca Nagasepaha dan Batu Belah` dalam memaknai 35 Tahun Bentara Budaya (26 September 1982-26 September 2017)," kata penanggung jawab pameran tersebut, Putu Aryastawa, di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, kegiatan pameran tersebut bekerja sama dengan pelukis-pelukis kaca dari Desa Nagasepaha, Buleleng dan Komunitas Lukis Kaca "Batu Belah Art Space" (BBAS) dari Lepang, Klungkung serta Bentara Budaya Bali.
Ke-30 seniman yang ikut ambil bagian dalam pameran kali ini Jro Dalang Diah, I Ketut Samudera, I Ketut Santosa, Kadek Suradi I Ketut Sekar, Ketut Suamba, Made Nurining, Wayan Arnawa, Made Santer, Made Wijana, I Gede Kenak Eriada, Putu Indra Diva, Ni Komang Putri dan Ketut Putra Wibawa.
Untuk seniman dari kelompok BBAS yakni Ni Nyoman Sartini, I Wayan Sujana Suklu, I Ketut Sukerta, Sinta Purnama Dewi, Gusti Ayu Puspa Dewi, Made Arik Yurustya, Wayan Rismayanti, Made Vera Yanti, Putu Hana Febriyani, Putu Mitha Permata Sari, Komang Nayang Wangi Purbani, Made Wahyu Permana, Ketut Diah Harum Laras, Komang Ayu Trisna Devi, I Wayan Angga Pranayasa dan I Wayan Aris Yuristya.
Putu Aryastawa menjelaskan, pameran tersebut menyuguhkan karya-karya lukisan kaca dua dimensi dengan ragam klasik ala Nagasepaha, Kabupaten Buleleng.
Selain itu juga mengetengahkan karya-karya dua dimensi dan tiga dimensi dari komunitas BBAS yang secara khusus mengolah limbah kaca menjadi sebentuk karya seni eksperimental.
Ragam rupa eksperimental itu tercermin dari upaya mereka mengeksplorasi benda-benda fungsional sehari-hari menjadi karya seni yang penuh simbol atau berlapis arti.
Upaya eksplorasi tersebut sejalan dengan riset yang telah dilakukan tahun 2005 oleh seniman sekaligus dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Wayan Sujana Suklu, S.Sn., M.Sn dan Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudarsana S.Sn, M.Si terhadap karya seni bermedia kaca dengan fokus lukisan kaca buah karya seniman-seniman Nagasepaha, Buleleng.
Upaya pelestarian seni lukis kaca yang tumbuh menyejarah tersebut akhirnya melahirkan komunitas lukis kaca limbah BBAS, di mana anak-anak dan remaja didorong mengembangkan bakat seninya dengan mengeksplorasi limbah kaca sebagai medium ekspresi.
Walau tidak sepenuhnya bisa disebut sebagai upaya retrospektif, namun pameran kali ini diharapkan mampu menggambarkan dinamika kreatif karya seni bermedium kaca yang lintas batas yakni dari karya klasik ala Nagasepaha hingga karya rupa modern, bahkan kontemporer; dari media kaca umumnya hingga respons karya pada benda fungsional seperti lampu, meja, botol, jendela, genteng, dan limbah kaca terapan lainnya.
"Kolaborasi antara seniman Nagasepaha dan Batu Belah ini dipicu kesadaran tentang pentingnya alih generasi yang ditandai adanya alih pengetahuan atau transfer `of knowledge` yang terus menerus," ujar Putu Aryastawa.
Acara pembukaan pada Selasa (26/9) malam akan dimaknai dengan performing art bertajuk "Cermin Diri" oleh I Wayan Purwanto dan De Pritha Kumara Janardani dan sebagai koreografer adalah I Wayan Purwanto. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017