Denpasar (Antara Bali) - Keterpaduan TNI-Polri dan seluruh instansi terkait di Bali mewarnai persiapan yang dilakukan dalam mengantisipasi ancaman bencana dari Gunung Agung (3.142 meter) yang kini berstatus siaga (level III).

Berbagai rapat dan persiapan digelar di Kabupaten Karangasem, maupun di daerah tetangga Kabupaten Klungkung, Bangli dan Buleleng, dengan tujuan untuk mempersiapkan penanggulangan jika terjadi pengungsian akibat letusan gunung api tertinggi di Bali itu.

Kodim 1609/Buleleng, Bali telah mendirikan posko pengungsian di Lapangan Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula untuk mengantisipasi kemungkinan gelombang pengungsi.

"Pertimbangan kami adalah lebih baik siap siaga, meskipun seandainya nanti posko tidak terpakai, daripada tidak siap ketika nanti memang sangat diperlukan," tutur Komandan Kodim 1609/Buleleng, Letkol Infrantri Selamet Winarko.

Antisipasi itu dinilai sangat penting untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, jika sewaktu-waktu terjad peningkatan status dari siaga menjadi awas (level IV).

Kodim Buleleng menyiagakan tiga posko berskala besar di wilayah Kecamatan Tejakula yang berbatasan dengan Kabupaten Karangasem yang lokasinya mudah dijangkau untuk menyalurkan logistik.

Selain itu juga menyiagakan kendaraan angkutan mengantisipasi jika suatu saat secara mendadak diperlukan untuk mengangkut pengungsi dari desa-desa yang terdampak letusan Gunung Agung.

Semua antisipasi dan upaya yang dilakukan itu tetap menunggu garis koordinasi dengan Kodim Karangasem mengenai perkembangan status vulkanik Gunung Agung dan kemungkinan terjadi arus pengungsi ke wilayah Kabupaten Buleleng.

Ibarat mempersiapkan sebuah hajatan, sarana pendukung berupa persiapan dapur umum, lokasi untuk mandi, mencuci dan kakus (MCK) juga telah disiapkan untuk menampung ratusan orang.

Komandan Korem 163/Wira Satya Kolonel Arh I Gede Widiyana menegaskan, pihaknya mendirikan 20 tenda pengungsian di sejumlah titik di Kabupaten Karangasem, daerah ujung timur Pulau Bali.

Fasilitas pendukung yang melengkapinya berupa dua dapur lapangan, serta sejumlah tenda cabangan sebagai upaya antisipasi gelombang pengungsi dari daerah rawan bencana antara lain di Manggis, Ulakan dan Padangbai, Kabupaten Karangasem, Klungkung dan Bangli.

Semua persiapan yang telah dilakukan akan diimbangi dengan menyiagakan sekitar 1.066 personel atau sekitar 2/3 dari seluruh kekuatan Korem 163 Wira Satya.

Skenario evakuasi warga telah disiapkan bekerja sama dengan instansi terkait lainnya, jika status aktivitas gunungapi tersebut meningkat menjadi level awas.

Dalam skenario tersebut, tim terpadu dapat memaksa warga yang berada di daerah rawan ke tempat yang lebih aman atau ke tempat pengungsian, apabila sudah dalam level awas namun warga menolak untuk dievakuasi.

TNI telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, BPBD Kabupaten Karangasem, Pemkab Karangasem, kepolisian dan onstansi terkait.

Laporan pos pantau Gunung Agung tercatat pada Selasa (19/9) terjadi 427 kali gempa dan pada pukul 06.00 hingga 12.00 Wita terjadi 160 gempa vulkanik dangkal, dalam dan tektonik lokal.

Tim medis

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan tim bantuan medis untuk melayani masyarakat di daerah pengungsian.

Tim bantuan medis dari unsur dokter, perawat, bidan, tenaga farmasi, dan petugas kesehatan lingkungan yang ditugaskan bergilir selama 24 jam, menyesuaikan dengan tempatnya posko pengungsian.

Tim kesehatan itu merupakan tim dari puskesmas setempat yang ditugaskan siaga di pos pengungsian, yang nantinya akan didukung oleh tim kesehatan dari kabupaten lain, maupun dari provinsi, jika dinilai kewalahan dalam melayani lonjakan jumlah pengungsi.

Demikian pula telah menyiapkan tim reaksi cepat yang akan memberikan "assessment" terkait kondisi kesehatan pengungsi apakah perlu dirujuk ke rumah sakit ataukah langsung diobati di tempat.

Pengerahan tim bantuan medis menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Kalau tidak ada pengungsi, maka tim akan ditarik bertugas ke puskesmas masing-masing.

Upaya itu juga diimbangi dengan penyediaan obat-obatan dan masker dalam jumlah yang memadai dan 190.000 masker sudah disebarkan ke warga.

"Intinya, kami sudah siap dari sisi kesehatan, untuk segala kemungkinan baik dari kesiapsiagaan dan tanggap darurat jika terjadi erupsi gunung tertinggi di Bali itu," kata Suarjaya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengingatkan masyarakat di sekitar kawasan Gunung Agung Karangasem agar mendengarkan informasi perkembangan status vulkanik dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Informasi tentang aktivitas Gunung Agung pun ramai menghampiri masyarakat tetapi kebenaran informasi hanya yang bersumber dari instansi resmi terkait, sehingga masyarakat diharapkan waspada agar tidak terkecoh oleh berita bohong (hoax) yang dapat membuat panik dan menimbulkan kekacauan.

Namun adanya evakuasi mandiri yang dilakukan masyarakat di sekitar Gunung Agung itu bisa dipahami terjadi sebagai efek psikologis warga yang tingal di sekitar gunung mengingat pada 1963 gunung itu pernah meletus dengan sangat dahsyat serta banyak merenggut korban jiwa.

"Dalam menghadapi situasi ini memang belum ada alat yang bisa mendeteksi, seandainya terjadi tepatnya kapan, yang bisa dipelajari adalah fenomena, kegiatan, dan kecenderungannya," ujar Willem Rampangilei.  (WDY)

-----------
*) Penulis adalah wartawan dan redaktur LKBN Antara Biro Bali.

Pewarta: I Ketut Sutika *)

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017