Singaraja (Antara Bali) - Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng, Bali, mendorong peningkatan produksi garam lokal di daerah itu sebagai upaya mendukung program pemerintah pusat mencapai swasembada garam pada 2019.
"Kami rutin turun ke petani garam untuk membina bagaimana peningkatan produktivitas komoditi garam," kata Kepala Diskanla Buleleng, Made Arnike, di Kota Singaraja, Rabu.
Ia mengatakan Buleleng memiliki beberapa sentra penghasil garam, seperti di sepanjang pantai wilayah Tejakula, Kubutambahan, dan beberapa lainnya di wilayah bagian barat, yakni Gerokgak.
Beberapa daerah penghasil garam jenis lokal memang sempat tidak berproduksi karena permasalahan cuaca. Namun, saat ini produksi telah berjalan seperti biasa.
"Belum lama ini memang sempat terjadi cuaca buruk sehingga produksi garam pun terhambat. Tetapi kami ke depan terus mendorong petani terus memproduksi garam dan tidak alih profesi ke yang lainnya," tutur dia.
Arnike mengungkapkan berdasarkan penelitian, potensi komoditas garam di daerah itu menjanjikan karena memiliki ciri khas dibandingkan dengan jenis garam di daerah lain.
Buleleng, kata dia, juga memiliki variasi produksi garam. Petani diberdayakan untuk memproduksi jenis beraneka rasa, seperti rasa cokelat, mentol, jeruk, dan stroberi.
Dia mengatakan ide itu bisa saja direalisasikan ketika pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan berkenan memfasilitasi para petani garam di Buleleng, mengingat garam dengan rasa asin sudah biasa di pasaran.
"Ke depannya kami bisa mulai membuat garam beraneka rasa seperti itu dengan difasilitasi kementerian. Seperti mengadakan penelitian garam di Buleleng agar nantinya apabila garam sudah mulai diproduksi dan dikemas petani tidak rugi," kata dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kami rutin turun ke petani garam untuk membina bagaimana peningkatan produktivitas komoditi garam," kata Kepala Diskanla Buleleng, Made Arnike, di Kota Singaraja, Rabu.
Ia mengatakan Buleleng memiliki beberapa sentra penghasil garam, seperti di sepanjang pantai wilayah Tejakula, Kubutambahan, dan beberapa lainnya di wilayah bagian barat, yakni Gerokgak.
Beberapa daerah penghasil garam jenis lokal memang sempat tidak berproduksi karena permasalahan cuaca. Namun, saat ini produksi telah berjalan seperti biasa.
"Belum lama ini memang sempat terjadi cuaca buruk sehingga produksi garam pun terhambat. Tetapi kami ke depan terus mendorong petani terus memproduksi garam dan tidak alih profesi ke yang lainnya," tutur dia.
Arnike mengungkapkan berdasarkan penelitian, potensi komoditas garam di daerah itu menjanjikan karena memiliki ciri khas dibandingkan dengan jenis garam di daerah lain.
Buleleng, kata dia, juga memiliki variasi produksi garam. Petani diberdayakan untuk memproduksi jenis beraneka rasa, seperti rasa cokelat, mentol, jeruk, dan stroberi.
Dia mengatakan ide itu bisa saja direalisasikan ketika pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan berkenan memfasilitasi para petani garam di Buleleng, mengingat garam dengan rasa asin sudah biasa di pasaran.
"Ke depannya kami bisa mulai membuat garam beraneka rasa seperti itu dengan difasilitasi kementerian. Seperti mengadakan penelitian garam di Buleleng agar nantinya apabila garam sudah mulai diproduksi dan dikemas petani tidak rugi," kata dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017