Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali mengharapkan pihak swasta di daerah itu dapat turut serta mengelola sapi bali untuk meningkatkan kualitasnya agar memenuhi selera pasar.
"Di Bali kan ada sapi yang besar-besar, swasta ambillah dengan harga yang lebih mahal, dipelihara dengan bagus, dikastrasi, dikasi pakan yang bagus, pasti kualitas dagingnya akan lebih bagus," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra, di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, salah satu penyebab kerasnya daging sapi bali karena usianya ketika dipotong hingga tiga tahun untuk mencapai bobot sapi sekitar 400 kilogram.
"Karena pakan yang diberikan masyarakat itu seringkali sembarangan, sehingga untuk mencapai berat sapi 400 kilogram membutuhkan waktu hingga tiga tahun," ucapnya.
Sumantra menambahkan, jika saja sapi bali dipelihara dengan bagus, sekitar umur dua tahun sudah bisa mencapai berat 300 hingga 400 kilogram.
Oleh karena itu, dalam Raperda tentang Sapi Bali diatur mengenai seleksi, kontes, maupun uji penampilan untuk mencari sapi-sapi bali dengan kualitas yang bagus seperti saat umur dua tahun beratnya sudah mencapai 400 kilogram.
"Nanti kalau yang bagus dan pemerintah punya uang, pemerintah juga bisa membeli dengan harga lebih mahal, 1,5 kali dibandingkan harga sapi biasa. Selanjutnya sapi tersebut dipelihara, dikawinkan dengan yang lain," ujarnya.
Ketika sapi sudah beranak dan misalnya anak sapi berumur enam bulan dengan berat 150 kilogram sudah disapih, itu diambil juga untuk diberikan perlakuan yang bagus dari sisi pakan maupun dikastrasi.
"Kami harapkan hotel dan industri ikut juga mempromosikan sapi bali. Awal-awalnya mungkin masih alot sedikit, tetapi lama kelamaan dagingnya bisa bagus seperti daging sapi di luar negeri," ucapnya.
Sumantra mengingatkan memang dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk menghasilkan kualitas daging sapi seperti yang diharapkan, sama halnya dengan daging sapi wagyu dari Jepang yang membutuhkan waktu hingga puluhan tahun sampai menjadi kualitasnya sebagus saat ini.
"Pemerintah juga berupaya untuk terus melakukan pengkajian dan penelitian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak terkait. Memang upaya ini memerlukan kerja keras dan keseriusan antara pemerintah, swasta dan masyarakat," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Di Bali kan ada sapi yang besar-besar, swasta ambillah dengan harga yang lebih mahal, dipelihara dengan bagus, dikastrasi, dikasi pakan yang bagus, pasti kualitas dagingnya akan lebih bagus," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra, di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, salah satu penyebab kerasnya daging sapi bali karena usianya ketika dipotong hingga tiga tahun untuk mencapai bobot sapi sekitar 400 kilogram.
"Karena pakan yang diberikan masyarakat itu seringkali sembarangan, sehingga untuk mencapai berat sapi 400 kilogram membutuhkan waktu hingga tiga tahun," ucapnya.
Sumantra menambahkan, jika saja sapi bali dipelihara dengan bagus, sekitar umur dua tahun sudah bisa mencapai berat 300 hingga 400 kilogram.
Oleh karena itu, dalam Raperda tentang Sapi Bali diatur mengenai seleksi, kontes, maupun uji penampilan untuk mencari sapi-sapi bali dengan kualitas yang bagus seperti saat umur dua tahun beratnya sudah mencapai 400 kilogram.
"Nanti kalau yang bagus dan pemerintah punya uang, pemerintah juga bisa membeli dengan harga lebih mahal, 1,5 kali dibandingkan harga sapi biasa. Selanjutnya sapi tersebut dipelihara, dikawinkan dengan yang lain," ujarnya.
Ketika sapi sudah beranak dan misalnya anak sapi berumur enam bulan dengan berat 150 kilogram sudah disapih, itu diambil juga untuk diberikan perlakuan yang bagus dari sisi pakan maupun dikastrasi.
"Kami harapkan hotel dan industri ikut juga mempromosikan sapi bali. Awal-awalnya mungkin masih alot sedikit, tetapi lama kelamaan dagingnya bisa bagus seperti daging sapi di luar negeri," ucapnya.
Sumantra mengingatkan memang dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk menghasilkan kualitas daging sapi seperti yang diharapkan, sama halnya dengan daging sapi wagyu dari Jepang yang membutuhkan waktu hingga puluhan tahun sampai menjadi kualitasnya sebagus saat ini.
"Pemerintah juga berupaya untuk terus melakukan pengkajian dan penelitian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak terkait. Memang upaya ini memerlukan kerja keras dan keseriusan antara pemerintah, swasta dan masyarakat," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017