Gemuruh suara air yang mengalir deras dari dam Tukad Bindu, ditingkahi gemerisik daun-daun kepuh (Sterculia foetida) yang luruh diterbangkan angin.

Tidak jauh dari dam, suara riang puluhan bocah yang berlompatan masuk air. Seolah mereka menjadi saksi, betapa Tukad Bindu yang dulu dikenal kotor itu telah berganti menjadi tempat bermain yang menyenangkan bagi anak-anak.

Sungai, dalam bahasa Bali disebut tukad. Tukad Bindu terletak di wilayah Banjar Ujung, Kelurahan Kesiman, Denpasar Timur. Dahulu, sepanjang wilayah sungai ini hanya dilewati masyarakat setempat yang ingin mencuci atau mandi, karena air Tukad Bindu yang tak pernah surut.

Sejak tahun lalu, pemerintah setempat akhirnya memiliki gagasan untuk 'mempercantik' wajah Tukad Bindu. Melalui gerakan gotong royong bersama warga, kawasan sungai itu ditata dan dibersihkan.

Camat Denpasar Timur Dewa Made Puspawan senantiasa mengeluarkan imbauan, agar warga menjaga kebersihan dan keasrian di lingkungan tempat tinggal mereka, termasuk di sekitar Tukad Unda.

Gerakan kebersihan ini hendaknya didasari sikap kesadaran, demi menuju Denpasar yang bersih dan hijau. "Kalau gerakan kebersihan ini atas kesadaran, maka tidak akan sulit mencapai menuju Denpasar yang bersih, hijau, dan sehat. Denpasar yang nyaman bagi warga," ujarnya.

Imbauan ini tidak sia-sia. Kesadaran warga untuk menjaga lingkungan pun bangkit, sehingga Tukad Bindu menjadi kawasan asri yang indah. Sepanjang kawasan tepian sungai yang menjadi jalan setapak, telah dipaving.  

Dalam tempo singkat, Tukad Bindu telah menjelma menjadi objek wisata air yang menjadi pilihan warga ketika akhir pekan atau liburan tiba. Kini, objek ini dilengkapi dengan 'jogging track', beberapa kursi untuk bersantai dan tempat bermain anak-anak.

Tatkala akhir pekan tiba, ratusan warga beramai-ramai menyusuri  tepian Tukad Bindu. Berjalan kaki menikmati derak suara pepohonan bambu, deretan rumah warga, dan kepak burung-burung yang beterbangan di antara ranting serta dahan.

Beragam kegiatan pilihan di Tukad Bindu, antara lain memancing, menyewa ban, berenang bagi anak-anak, mengadakan pertemuan arisan dan sejenisnya, atau duduk bersantai menikmati hidangan kuliner lokal.

"Saya biasa mengajak keluarga duduk-duduk menikmati pemandangan sore di Tukad Bindu. Kami berolahraga jalan santai sampai dam. Setelah itu, istirahat di warung tepi tukad sambil memesan lawar, atau serombotan. Minumannya ya es daluman. Nikmat sekali makan sambil menikmati pemandangan alam Tukad Bindu," ujar Gusti Morag, warga asal Manggis, Karangasem.  

Bila malam Minggu, katanya, banyak lelaki yang memancing mulai malam hingga pagi di Tukad Bindu. Di antara hening dan desir malam, burung-burung hantu saling bersahutan keluar mengepakkan sayap mencari buah-buahan. Suara burung hantu ini seperti menjadi nada yang senantiasa memanggil para pemancing untuk datang. Suara burung hantu di Tukad Bindu.


Penghargaan Nasional

Kebersihan, keasrian alam dengan pepohonan dan keberadaan satwa yang masih lestari di Tukad Bindu, menjadikan kawasan ini baru saja mendapatkan penghargaan "lima besar" tingkat nasional, dalam Lomba Komunitas Peduli Sungai yang diselenggarakan Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan, Ditjen Sumberdaya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Penghargaan secara nasional yang didapatkan Tukad Bindu, tidak terlepaskan dari kontribusi Yayasan Tukad Bindu yang turut berperan dalam menata bantaran dan kawasan sungai itu sebagai objek wisata.

"Bersyukur sekali, dari 36 peserta dari berbagai daerah di Indonesia yang turut mengikuti perlombaan ini, ternyata Tukad Bindu masuk lima besar pada tingkat nasional," ujar Ketua Komunitas Kali Bersih Tukad Bindu, I Gusti Ari Temaja.

Ari Temaja menyatakan, penghargaan ini tidak didapatkan begitu saja. Ada upaya dan butuh waktu mengedukasi masyarakat agar mau mengubah perilaku dan sudut pandang terhadap sungai. Selama ini, masyarakat banyak yang mengasumsikan sungai merupakan tempat membuang limbah atau sampah, sehingga tampilan sungai menjadi keruh dan kotor.

Mengingat pentingnya peran air dalam kehidupan, akhirnya ada upaya untuk mengajak masyarakat, khususnya yang tinggal di sepanjang alur sungai untuk turut menjaga kebersihannya. Jika sungai bersih dan indah, maka masyarakat pun turut merasakan dampak positif.

Keberhasilan penataan lingkungan Tukad Bindu ini, tak terlepas juga dari komitmen kuat Wali Kota Denpasar Rai Mantra dan Wakil Wali Kota Jaya Negara, dalam merevitalisasi sungai di wilayah Denpasar.

"Kami juga senantiasa menekankan kearifan lokal untuk berpegang pada ajaran Tri Hita Karana, menjaga hubungan baik dengan Tuhan, sesama manusia dan alam lingkungan. Implementasinya kan bisa dengan menjaga sungai, danau, mata air ataupun waduk. Ke depan agar air di Bali tetap lestari dan kualitasnya terjaga hingga ke anak cucu nanti," ucap Ari Temaja.

Tidak hanya Tukad Bindu di Denpasar Timur, Kabid Pengairan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Denpasar Gusti Ngurah Putra menyebut pihak Pemkot Denpasar pun telah melakukan upaya revitalisasi pada beberapa sungai lainnya.

Tukad lain yang direvitalisasi adalah Tukad Rangda, Tukad Badung, Tukad Tagtag, Tukad Pekaseh, Tukad Pungawa dan Tukad Loloan.

"Itu berkat partisipasi warga dan keaktifan pasukan biru, maka kondisi sungai itu selalu terjaga kebersihannya," ujarnya. (*)

----------
*) Penulis adalah penuli buku dan artikel lepas yang tinggal di Bali.

Pewarta: Tri Vivi Suryani *)

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017