Denpasar (Antara Bali) - Wisatawan China yang menikmati panorama alam serta keunikan seni dan budaya Bali sebanyak 616.233 orang selama lima bulan periode Januari-Mei 2017 atau melonjak 59,61 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

"Lonjakan tersebut mencapai 230.137 orang dibanding periode yang sama tahun 2016 yang hanya tercatat 386.096 orang," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan wisatawan asal negeri Tirai Bambu itu sebagian besar datang melalui Bandara Ngurah Rai, Bali, dengan menumpang pesawat yang terbang langsung dari negaranya dan hanya 134 orang yang datang melalui pelabuhan laut dengan menumpang kapal pesiar.

Wisatawan China menempati peringkat pertama dari sepuluh negara terbanyak memasok turis ke Pulau Dewata yang mampu memberikan andil sebesar 26,71 persen dari total wisman ke Bali sebanyak 2,30 juta orang selama lima bulan pertama 2017.

Kunjungan tersebut meningkat 23,66 persen dibanding periode yang sama tahun 2016 yang hanya tercatat 1,85 juta orang.

Adi Nugroho menjelaskan, wisatawan asal Australia yang sebelumnya selalu bertengger di peringkat teratas karena paling banyak memasok turis ke Bali, kini bergeser ke peringkat dua, setelah turis China berduyun-duyun berliburan ke Bali.

Demikian pula tahun-tahun sebelumnya wisatawan asal Jepang yang pernah paling banyak menyumbangkan kunjungan wisatawan ke Bali kini berada di peringkat keempat, setelah China, Australia dan India.

Adi Nugroho menambahkan, melonjaknya kunjungan wisatawan China ke Bali salah satu di antaranya berkat terobosan yang dilakukan perusahaan penerbangan nasional negeri ini, yakni Garuda Indonesia dengan memusatkan perhatiannya terhadap lintasan penerbangan Tiongkok-Denpasar, Bali pergi-pulang (PP).

Dengan adanya angkutan udara relatif lancar menyebabkan angka peningkatan kunjungan turis asing asal China ke Bali cukup signifikan.

Demikian pula adanya hubungan kerja sama antara China dengan Indonesia, khususnya Bali yang telah terjalin erat sejak abad XII. Sisa-sisa hubungan akrab itu bisa dijumpai hingga sekarang antara lain dalam bentuk pementasan kesenian, tempat suci maupun arsitektur bangunan yang bercirikan khas negeri Rirai Bambu itu.

Bahkan penggunaan uang China (pis bolong) dalam berbagai ritual keagamaan bagi umat Hindu di Pulau Dewata hingga kini masih berlaku. Akulturasi seni budaya negara itu dengan seni budaya Bali terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat yang dapat memperkokoh serta memperkuat kehidupan seni budaya Bali yang diwarisi secara turun temurun, ujarnya.  (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017