Denpasar (Antara Bali) - Kesenian Janger Menyali dari Kabupaten Buleleng kembali "dihidupkan" dalam Pesta Kesenian Bali ke-39 di Taman Budaya, Denpasar, setelah mulai 1972 pamornya meredup

"Kami berusaha semaksimal mungkin menampilkan janger yang dibawakan kaum `lingsir" (sepuh) ini," kata Perbekel (Kepala) Desa Menyali Made Jaya Harta, pada pementasan tersebut, di Taman Budaya, Denpasar, Kamis.

Menurut dia, kesenian janger di Desa Menyali mulai dikenal sebagai seni pertunjukan pada 1921. Pada masa itu, selain sebagai seni pertunjukan, juga diyakini bisa memberikan kesembuhan bagi warga yang menderita sebuah penyakit.

Janger Menyali diyakini sebagai kesenian sakral, bahkan tergolong sebagai Tari Sang Hyang, yang disebut Sang Hyang Janger. Tak diketahui secara pasti sejak kapan kesenian janger ini di Desa Menyali mulai tumbuh. Namun, diyakini sudah ada sejak era pra-Hindu.

Seni Janger ini kemudian mencapai masa jayanya pada tahun 1930-an dan sempat pentas di Lombok pada tahun 1938 silam. Namun, kemudian meredup pada 1972 karena kalah pamor dengan kesenian lain.

"Ini untuk pertama kalinya kami tampil di Pesta Kesenian Bali dan penampilan pertama kali untuk pelestariannya," ujar Jaya Harta sembari menyebutkan sudah pernah pula diujicobakan tampil pada saat Galungan di desa setempat beberapa waktu lalu, kemudian tampil di Pelabuhan Singaraja.

Untuk pementasan di PKB ini, duta kesenian dari Kabupaten Buleleng tersebut melakukan rekonstruksi sejak Februari 2017. Para penari dan penabuhnya mayoritas berusia lanjut, yang merupakan penari kesenian Janger Menyali pada tahun 1970-an itu.

Dalam pementasan tersebut, terlihat Janger Menyali memiliki sejumlah perbedaan dengan tari janger yang berkembang saat ini dilihat dari gaya tarian (gerak tubuh), lagu, dan busana yang dipakai.

Dari kostumnya, para jipak (penari pria) dalam Janger Menyali mengenakan pakaian ala tentara, lengkap dengan baret, kemeja lengan pendek yang di kedua bahunya berisi tanda pangkat layaknya pasukan perang, celana pendek, kaca mata hitam, jam tangan, cincin mata satu, serta kaos kaki panjang lengkap dengan sepatunya.

Para penari pria juga menggunakan selempang dan dasi di dada. Gaya pakaian ini diyakini terinspirasi dari tentara Belanda yang berlabuh di Pabean Buleleng.

Sedangkan para parik (penari perempuan) Janger Menyali memakai pakaian tidak jauh berbeda dengan pakaian janger modern.

Dulu, pakaian para Parik Janger Menyali cuma menggunakan kain sederhana tanpa prada, dengan onggar yang terbuat dari bambu sebagai hiasan kepala.

Pada pementasan juga dihadirkan sejumlah formasi seperti posisi duduk penari yang membelakangi penonton. Formasi ini merupakan formasi awal seperti halnya tari Janger ini dipentaskan pada 1930-an. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017